Bab Delapan

1.5K 218 21
                                    

Setelah pelajaran selesai, seluruh murid segera pulang ke rumah masing-masing. Berbeda dengan Jenna, ia tetap berada di kelas untuk menunggu semua temannya pulang.

Ia tidak ingin ketahuan lagi oleh Joy. Ia mengantisipasinya dengan bersembunyi lebih dulu di kelas. Dari kelas, Jenna bisa melihat murid yang berlalu-lalang dari kaca kelas. Biasanya ada murid yang bertugas untuk memeriksa tiap kelas. Tetapi sedari tadi, Jenna tidak melihatnya.

Jam sudah menunjukkan pukul empat sore. Di mana legenda ruang musik mulai menjadi nyata. Sudah dua jam ia menunggu di kelas. Tetapi, murid yang piket belum juga memeriksa kelasnya.

Jenna segera masuk ke ruang musik. Lagipula, siapa yang berani masuk ke ruang musik setelah pukul empat? Kecuali Jenna, pastinya.

Jenna duduk di kursi pianis. Ia menunggu sampai sekolah ini benar-benar kosong dan hanya dia sendiri di sini.

Jari lentiknya mencoba menyentuh tuts piano. Jenna tidak pernah memainkan piano sebelumnya. Ia hanya asal menekan tuts-tuts piano—agar tidak bosan.

"Jenna!"

Jenna terkejut lalu menoleh ke arah pintu.

Itu Joy.

Jenna berhenti memainkan piano lalu hanya bisa membeku. Ia berpikir keras, bagaimana Joy bisa tau jika dia ada di sana?

"Kau benar-benar nyari mati ya? Sudah dibilang jangan mencobai legenda!" teriak Joy kesal.

"Makanya, Kak. Aku ingin menyentuh lonceng itu. Siapa tau bisa memberi petunjuk," jawab Jenna.

"Dasar gila!"

"Aku yang menyentuh. Kakak yang menjadi saksi. Bagaimana? Lagipula aku juga yang akan hilang. Lumayan kan bisa menambah petunjuk," ucap Jenna.

Joy menghela napas. "Ikut aku."

Joy pun melangkah dengan Jenna yang membuntutinya. Joy membawa Jenna menuju ruang OSIS. Ia langsung menyalakan salah satu komputer di ruangan itu. Di ruang OSIS terdapat lima komputer. Komputer yang sedang dinyalakan Joy hanyalah satu-satunya komputer yang memiliki kata sandi. Joy menyembunyikannya.

Di layar monitor terlihat puluhan gambar dengan bentuk kotak. Semacam grid. Jenna menyipitkan matanya agar bisa melihat dengan jelas.

Komputer ini terhubung dengan CCTV!

Anehnya, mengapa komputer ini diletakkan di ruang OSIS? Bukan di ruang guru ataupun di ruang kepala sekolah?

"Hanya kau dan aku yang tau tentang isi komputer ini. Kamu bisa dipercaya, kan?" Joy menatap wajah Jenna.

"Aku akan merahasiakannya," jawab Jenna yakin.

"Aku melihat kau berada di ruang musik." Joy menunjuk salah satu gambar. "Sebenarnya ruang musik itu belum dibuat lubang udara. Yang diperintahkan Cornelly itu sama sekali belum dilakukan oleh pihak sekolah. Mereka menganggapnya sebagai lelucon. Aku pun begitu."

Jenna mengangguk mendengar penjelasan Joy. "Pantas saja kau bisa tau saat aku menghampiri lonceng kemarin."

"Itu beda hal." Joy tertawa singkat. "Salah satu keramik di depan ruang BK itu kupasang kamera khusus. Kamera yang hanya bisa merekam kaki seseorang yang ingin menyentuh lonceng. Kamera itu terhubung dengan aplikasi di ponselku."

"Apa kau berada di sekolah seharian? Mengapa kau belum pulang jam segini?" tanya Jenna.

"Untuk berjaga-jaga jika ada orang sepertimu," jawab Joy.

"Apa kau berada di ruang OSIS dari tadi?"

"Iya," Joy mengangguk lalu mengambil buku daftar legenda di rak. "Dan membaca ulang buku ini setiap hari. Untuk menghapalnya."

"Apa kakak tidak mencoba untuk menyelidiki kasusnya?" tanya Jenna.

"Aku juga selalu berusaha, kan?"

"Aku penasaran dengan lonceng," ucap Jenna tiba-tiba.

"Kau ingin mencoba menyentuh lonceng?" tanya Joy. "Ayo ikut aku."

Joy mematikan komputernya lalu berjalan di depan Jenna. Mereka menuju ruang BK.

Semua guru sudah pulang sejak pukul tiga sore. Sepertinya yang masih ada di sekolah hanyalah Jenna dan Joy.

"Kau lihat," ucap Joy.

"Oke."

Joy menyentuh lonceng itu beberapa detik. Lalu ia menggerakkannya sehingga berbunyi.

"Lihat? Tidak terjadi apa-apa," ucap Joy.

"Lalu di legenda itu?" tanya Jenna.

Joy langsung merangkul Jenna dan membuat mereka membelakangi lonceng.

"Aku akan memilihmu menjadi ketua OSIS tahun depan," ucap Joy.

Mereka berdua mulai berjalan menuju tangga untuk segera pulang. Mereka sudah tidak punya urusan lagi di sini.

"Mengapa aku menjadi ketua OSIS?" tanya Jenna.

"Karena kurasa tidak akan ada yang bisa menahan beratnya pekerjaan itu. Kecuali kau," jawab Joy.

Mereka berdua turun dan berjalan menuju gerbang sekolah.

Mereka tidak tahu jika lonceng itu menjatuhkan sesuatu. Setetes cairan berwarna merah.

Joy sengaja menyembunyikannya? Yakin?

====
09-07-2017

Bloody BellWhere stories live. Discover now