Bab Sembilan Belas

1.4K 181 9
                                    

Jumat

Sepulang sekolah, kelima anggota tim penyelidik dipanggil ke Ruang OSIS. Dengan tidak langsung, tim tersebut merupakan bagian dari OSIS.

Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, Sekarang OSIS sudah tidak mengandalkan siswa biasa lagi. Mereka hanya fokus dalam OSIS.

Kelas dua belas diberi kebebasan untuk lebih fokus belajar. Kelas sepuluh diberi kebebasan untuk mengenali sekolah seperti apa yang merupakan tempatnya menuntun ilmu. Sedangkan kelas sebelas berada di antara keduanya.

"Kami sudah mendapatkan tiga alumni. Kalian bisa bertemu dan menginterogasi mereka di tempat berikut," ucap Shena lalu memberi selembar kertas yang berisi alamat kepada salah satu anggota tim.

"Saya sarankan untuk memasang kamera saat interogasi. Tetapi, jangan sampai diketahui oleh alumni. Kalian bisa menggunakan tas yang sudah tidak terpakai dan buat lubang kecil untuk lensa," kata Jenna. "Jika merekamnya secara terang-terangan, alumni akan merasa tidak nyaman dan bisa saja berbohong."

"Untuk apa direkam?" tanya salah satu anggota tim penyelidik.

"Meskipun interogasi, bukan berarti kita mendapat informasi yang benar, kan? Kita punya ahlinya," ucap Jenna lalu menunjuk Rama dan Shena. "Ahli pembaca mimik seseorang yang berbohong."

"Oh, Shena juga bisa?" tanya Rick sedikit terkejut.

"Bisa," jawab Shena singkat.

"Kapan kita akan melakukan interogasi?"

"Besok. Lagipula sekarang sudah sore. Lebih baik kalian pulang. Ingat larangan di sekolah ini, kan?" jawab Jenna.

***

Sabtu

"Ini semua letaknya di cafe?"

"Iya. Agar lebih mudah untuk merekam," jawab Jenna.

Lima anggota OSIS dan lima anggota tim penyelidik sudah berkumpul di Ruang OSIS. Mereka memutuskan untuk berkumpul lebih dulu sebelum menjalankan misi.

"Kalian sudah menyiapkan kameranya?" tanya Rick.

"Sudah." Mereka menunjukkan tiga tas kecil yang tentunya sudah ada lubang untuk lensa.

"Kerja bagus," ucap Rick. "Karena tasnya ada tiga, lebih baik kalian dibagi menjadi tiga tim. Tetapi yang menginterogasi tetap satu orang. Sisanya menunggu di luar atau pura-pura menjadi pelanggan cafe."

***

Tim 1

"Selamat pagi," sapa anggota tim.

"Pagi juga. Kau ingin interogasi? Apa kau tau, saat aku ditelpon akan diinterogasi, aku sampai berpikir, apa kejahatan yang sudah kubuat," ucapnya lalu tertawa.

Anggota tim ikut tertawa kecil. "Bisakah Anda memberi saksi tentang kasus pembunuhan massal sekolah sepuluh tahun yang lalu?"

"Kasus pembunuhan? Sekolah itu kebakaran."

"Memangnya bukan pembunuhan?"

"Kebakaran. Kakak saya menjadi korban kejadian itu," jawabnya dengan datar.

"Apakah ada yang bisa membuktikan bahwa sebenarnya kejadian itu kebakaran?"

"Anda bisa lihat di Kelas XB, ada bekasnya di langit-langit ruangan."

Bloody BellWhere stories live. Discover now