Bab Dua

2K 263 26
                                    

"Bosan!" teriak Kate sesampainya di ruang OSIS.

"Jujur, setiap minggu seperti ini, rasanya ingin muntah," tambah Rick.

"Harusnya Joy yang merasa seperti itu. Kalian kan hanya duduk diam mendengarkan," ucap Rama.

"Tetap saja, membosankan! Ngabisin waktu doang. Mending gue di rumah aja, tidur," jawab Kate.

"Jangan berkata seperti itu. Ini memang pekerjaan OSIS. Aku menganggap hal ini sangat seru," ucap Joy.

"Seru? Seru apanya? Lu masih waras?" tanya Kate. "Lagian gak ada yang tau kebenaran tentang kasus itu, kan? Emang kalian yakin itu kasus beneran ada? Kalo ada, kenapa sekolah kita bisa berdiri sampe sekarang? Kenapa gak hancur aja?"

"Gue juga berpikir begitu. Masa masih ada aja orang yang mau daftar di sekolah ini? Padahal sekolah kita udah terkenal angker," ucap Rick.

"Kalo gue gak dipaksa sama orang tua gue, mah, mana mau sekolah di sini. Jadi OSIS lagi!" keluh Kate.

"Kenapa sih gak guru aja yang selidikin sendiri? Pake nyuruh-nyuruh kita. Kenapa gak sewa tuh detektif yang pintar dan terpercaya. Sekolah ini juga bukan sekolah negeri. Pasti punya biaya dong," ucap Rick menambahkan.

"Joy? Lu ngapain? Serius amat?" tanya Kate yang baru sadar jika dari tadi Joy hanya asik bermain ponselnya daripada mendengarkan keluhan Kate dan Rick.

Beberapa saat kemudian, Joy terlihat tersenyum. Tetapi mereka tidak sadar jika Joy bukan tersenyum, melainkan menyeringai.

"Joy, ngapain lu senyum? Lagi chat sama gebetan? Siapa? Cerita kek," ucap Kate.

"Gila, ya. Saking seriusnya, sampe tega ngacangin kita," tambah Rick.

Tiba-tiba, datang dua murid yang berlari kencang ke dalam ruang OSIS. Wajah mereka terlihat panik.

"Kak! Ada teriakan kencang dari ruang musik!" ucap yang satu.

"Teriakannya sangat kencang. Padahal ruang musik itu kedap suara, Kak," ucap yang satu lagi. "Apa ada legendanya?"

"Kami akan memberitahu besok. Saat ini bukan waktu yang tepat untuk menjelaskan," ucap Joy.

Rick, Rama, dan Kate saling pandang. Mereka mengernyit bingung.

"Baik, Kak. Terima kasih. Permisi," ucap kedua murid itu.

"Joy maksu--"

Baru saja Kate hendak bertanya, orang yang dituju itu sudah pergi keluar ruang OSIS lebih dulu.

***

Jumat

Jumat, hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh siswa yang haus akan rasa penasaran. Para pengurus OSIS, terutama Joy, sangat sibuk membuat jadwal dan memberi pengumuman.

Letak ruang pertemuan Jumat berada tepat di depan Laboratorium Bahasa. Ada sebuah legenda di Lab. Bahasa, di mana salah satu komputer menyala sendiri tanpa ada murid yang menggunakannya. Ada juga speaker yang volumenya bisa berubah-ubah. Kadang bisa menjadi suara teriakan wanita, wanita menangis, dan suara anak kecil tertawa. Terkadang juga dapat mati dengan sendirinya. Semua hal itu nembuat Lab. Bahasa sudah tidak digunakan lagi.

"Terima kasih sudah datang di Pertemuan Jumat. Silahkan duduk di bangku yang sudah disediakan," ucap Joy.

"Saya akan membaca susunan pembahasan kita minggu ini. Pertama, sejarah lonceng kecil di Ruang BK. Kedua, kisah gelap di lapangan. Ketiga, kejadian di ruang musik. Keempat, kembali lagi ke sejarah pembunuhan massal sekolah kita. Terima kasih," ucap Rick.

"Pembahasan pertama, sejarah lonceng di depan Ruang BK. Bagi siswa yang sudah kelas XI dan XII pasti sudah mendengar kisah ini. Tetapi, kami sudah meningkatkan sejarahnya.

"Sepuluh tahun yang lalu, ada pembunuhan massal di sekolah ini. Barang pertama yang ditemukan di TKP adalah lonceng itu. Petugas pun menggantung lonceng itu di depan Ruang BK. Alasannya adalah karena ada lima orang guru yang dibunuh di sana. Kami berharap lonceng tersebut dapat kembali ke pemiliknya.

"Jika lonceng itu berbunyi, mitosnya adalah akan ada murid yang hilang esoknya," jelas Joy.

"Kak, bagaimana cara membedakan suara lonceng itu dengan bel sekolah?" tanya salah satu murid.

"Bel sekolah?" Joy mengerutkan dahi.

"Iya, Kak. Bel sekolah," jawab murid itu yakin. "Yang berbunyi saat hari pertama sekolah itu loh, Kak."

Joy terkejut. "Sekolah kita tidak memiliki bel..."

Seisi ruangan yang tadinya ramai menjadi sepi. Suara menjadi lenyap secepat mengedipkan mata.

"I-itu suara lonceng?" tanya murid tersebut dengan gemetar.

"Ya, itu suara lonceng," jawab Joy.

"Apa sudah ada siswa yang hilang?" tanya murid yang lain?

"Itu rahasia sekolah kami," jawab Joy singkat.

Situasi di ruangan itu sudah tidak bisa dikendalikan. Beberapa orang bertanya-tanya tentang suara lonceng itu. Ruangan menjadi ribut dan masing-masing orang mendapat paranoia tersendiri.

"Baik, akan saya lanjutkan. Suara lonceng itu hanya bisa didengar oleh tiga puluh orang. Makanya, tidak semua orang bisa mendengar suaranya. Ini baru mitos, tetapi saya pikir ini kenyataan. Hal itu karena ada satu kelas yang terdiri dari tiga puluh orang saat sebelum pembunuhan itu terjadi.

"Naasnya, satu kelas itu tidak ada yang tidak menjadi korban. Jasad dari kelas tersebut juga tidak ditemukan satu pun. Jadi, kurasa ada tiga puluh orang yang diikuti oleh mereka. Karena mereka masih ada di dunia sana, maka kita akan bisa ikut mendengar suara lonceng itu.

"Jika kamu bilang ada suara lonceng saat hari pertama, dipastikan kamu sudah diikuti oleh mereka," jelas Kate. "Mitos lainnya adalah, orang yang bisa mendengar akan menjadi korban hilang selanjutnya."

====

20-06-2017

Bloody BellWhere stories live. Discover now