Bab Enam

1.5K 211 20
                                    

Senin

"Ayo langsung ke sana," ajak Jenna.

"Gue gak yakin," jawab Dea.

"Gue juga, Jen," sahut Raul.

"Ya udah, gue sendiri aja. Tapi susah juga sih kalo gak ada saksi." Jenna berjalan keluar kelas—sendirian.

"Raul, apa dia sudah gila?" tanya Dea ketika sosok Jenna sudah tidak terlihat.

"Sudahlah." Raul menghela napas. "Kita pulang saja."

***

"Pasti ini elo yang ganti," ucap Kate kesal.

"Kate, ini jelas-jelas tulisanmu loh," jawab Joy.

"Gak usah sok ngomong aku-kamu. Lo itu keterlaluan," ucap Kate.

"Apa? Aku keterlaluan?" Joy menaikkan salah satu alisnya.

"Gue punya mata. Gue lihat sendiri di buku itu seluruhnya adalah tulisan lo!" Kate menggebrak meja yang ada di dekatnya. "Lo itu udah ngebohongin kita semua. Apa maksudnya jangan percaya dengan legenda sekolah? Jawab!"

Tepat saat Joy hendak membuka mulutnya, Rick membuka pintu dan masuk ke Ruang OSIS.

"Kenapa sih ribut? Kedengeran tau sampe luar," tanya Rick.

"Ceritanya panjang," jawab Joy. "Ah, Rick. Kebetulan kau ada di sini. Aku ingin ke kelas dulu untuk mengambil tas. Bantu pekerjaan Kate, ya."

Joy langsung pergi setelahnya. Kate ingin sekali-kali menampar pipi merona Joy. Memang, siapapun yang melihat wajah Joy, pasti berpikir jika ia adalah anak yang manis.

Kulitnya putih, wajahnya mulus, pipinya merah merona, rambutnya hitam legam. Apa yang kurang dari Joy? Tetapi, sesempurna apapun seseorang, pasti memiliki sisi gelap. Mudah bagi orang seperti Joy untuk menyembunyikannya.

"Dia memang manusia bertopeng," ucap Kate.

"Siapa? Joy?" tanya Rick.

"Iya, Joy. Dia benar-benar harus berterima kasih karena memiliki wajah yang imut," jawab Kate.

"Apa ada sesuatu yang terjadi?" tanya Rick. "Bisa ceritain ke gue?"

Kate menceritakan seluruh kejadiannya. Tidak lupa, ia juga menunjukkan buku daftar legenda sekolah kepada Rick.

"Benar-benar," gumam Rick.

***

Jenna pergi menuju Ruang BK. Ia melihat sekeliling dan tidak terlihat satu orang pun. Sepi. Dengan penuh keyakinan, ia menghampiri lonceng itu. Tangannya sudah siap untung menggenggam loncengnya.

"Hei!"

Langkah terakhir Jenna untuk melaksanakan tugasnya pun lenyap. Tangannya dilepaskan kembali. Ia menoleh. Dari arah barat, terlihat Joy yang sedang berlari ke arahnya.

"Sekali lagi kau mencoba menyentuh loncengnya, aku yang akan melenyapkanmu!" ucap Joy setengah kesal.

Jenna terdiam. Ia tidak bisa berkata apa-apa. Keinginannya untuk menggenggam lonceng itu pun sirna.

"Siapa namamu?" tanya Joy.

"Jenna."

Joy hanya menatap mata Jenna lalu pergi melewatinya—seakan Jenna hanyalah benda mati.

Jenna kembali melihat ke arah lonceng. "Kau ini saksi bisu pembunuhan massal kan? Mengapa kau tidak kotor sama sekali?"

Jenna melihat lonceng itu dengan sangat teliti.

Lonceng ini tidak memiliki debu. Seperti selalu dibersihkan setiap hari, batin Jenna.

Beberapa saat kemudian, ponsel Jenna berdering.

Dea : Jenna!
Dea : lo udah nyoba?

Jenna : belum

Dea : lo mau lakuin itu?

Jenna : gue ketauan kak joy
Jenna : katanya kalo gue nyoba nyentuh lonceng, gue bakal dilenyapin sama kak joy

Dea : untung ada kak joy
Dea : loh kok ancamannya gitu sih?

Jenna : gak tau
Jenna : tapi gak mungkin lah ketua osis bisa sampe begitu

Dea : hooh
Dea : ya udah pulang gih
Dea : ngapain di sekolah

Jenna : iya ini lagi turun tangga

***

Kate mengeluarkan semua buku catatan yang ada di tasnya. Ia meminta Rick untuk membandingkan tulisan Kate dengan tulisan yang ada di buku daftar legenda.

"Cara penulisannya sama," ucap Rick. "Joy memang berbahaya. Ia bisa saja memalsukan tulisan lo dalam sesuatu yang penting nantinya."

Saat mereka berdua sibuk memeriksa buku per buku, pintu ruangan itu diketuk.

"Masuk," ucap Kate.

Terlihat Rama yang sedang membuka pintu kemudian masuk.

"Lagi ngapain?" tanya Rama.

"Lo telat banget, Ram," kata Rick.

"Ram, coba liat." Kate menunjukkan kalimat terakhir pada legenda ruang musik. "Ini tulisan siapa?"

"Elo, Kate," jawab Rama.

"Ini Joy yang nulis. Dia malsuin tulisan gue," ucap Kate.

"Lah? Joy mana mungkin niat ngelakuin itu sih. Itu elu yang nulis, Kate. Kenapa fitnah si Joy?" Rama mengerutkan dahinya.

"Ini tulisan Joy, Ram! Si Joy memang sudah membohongi kita semua. Lo bego banget ya, bisa percaya sama dia," jawab Kate.

"Orang gue liat sendiri lo yang ganti saat jam istirahat," kata Rama.

=====

05-07-2017

Bloody BellWhere stories live. Discover now