Bab Dua Puluh Dua

1.3K 167 22
                                    

Senin

"Oh! Gue inget sesuatu," kata Shena. "Jenna!"

"Apa?" tanya Jenna malas.

"Lu pernah menyentuh loncengnya, kan?" tanya Shena.

"Hah? Siapa yang mengatakannya?" Jenna kembali bertanya.

"Hm? Memangnya masalah dengan siapa yang memberitahukan hal tersebut? Jawab pertanyaan gue," jawab Shena.

"Nggak. Gue nggak pernah."

Shena tersenyum. "Oke."

"Kenapa reaksi lu kayak begitu?" tanya Jenna.

"Tidak apa-apa," jawab Shena. "Tetapi, dari saat ini pun, kita sudah tahu siapa yang sering berbohong."

Rick dan Rama saling pandang. Apakah mereka jatuh cinta? Gak, gak.

Dion yang tidak mengerti apa-apa pun menghampiri Rick dan Rama yang sebenarnya juga tidak mengerti.

"Apakah memang setiap tahun selalu seperti ini ya?" tanya Rama.

"Meneketehe," jawab Rick cepat. "Gue kan diangkat jadi OSIS barengan sama lo."

"Ada apaan?" tanya Dion.

"Dion," panggil Rick.

"Ha?"

"Elo beneran yang lolos OSN tingkat kabupaten?" tanya Rick.

Dion mengangguk dengan polosnya. Ia bahkan tidak sadar jika dirinya disindir. Memang ironi--disindir dengan pencapaiannya sendiri.

Jenna dan Shena terlihat saling menatap sinis. Padahal sebelumnya mereka terlihat seperti domba-domba kecil yang sangat pendiam. Tetapi, lama-kelamaan sifat asli mereka pun terlihat.

Tentu Shena si Ranking Satu Paralel ini tidak bisa dikalahkan dengan kata-kata. Cara pikirnya cepat dan IQ-nya memang tinggi. Sangat berbeda dengan Jenna. Jenna hanyalah murid biasa dengan nilai pas-pasan. Ia hanya beruntung karena "dekat" dengan Joy.

"Ayo kita bermain," ucap Rama berusaha mencairkan suasana.

"Bermain apa?" tanya Dion.

Rama terlihat berpikir. Sebenarnya, ia bukan tipe orang yang suka bermain. "Permainan apa yang sedang terkenal?"

"Kita semua yang ada di sini tidak ada yang eksis, Ram," jawab Rick. "Kita pun tidak tahu."

"Kita exist, kok!" ucap Dion.

"Bukan exist, Yon. Eksis. E-K-S-I-S," jawab Rick.

"Jadi, kita main apa?" tanya Shena kembali ke topik.

"Truth or Dare?" tanya Rick.

"Leh uga," jawab Rama.

"Tunggu sebentar!" ucap Shena setengah berteriak.

"Kenapa?" tanya Rick.

"Gimana kalo kita mainnya sambil menyelidiki kasusnya? Truth ataupun dare-nya harus berhubungan dengan penyelidikan," kata Shena.

"Jangan," ucap Rick cepat.

"Kenapa?" tanya Shena.

"Lebih baik jika begini," jelas Rick. "Masing-masing dari kita akan memberi pertanyaan. Yang salah menjawab maka harus membuktikan salah satu legenda sekolah kita."

"Boleh pilih sendiri mau legenda yang mana?" tanya Dion.

"Boleh."

"Oke. Ayo mulai," ucap Shena.

Bloody BellTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang