Bab 5 - Kekuatan Besar

575 78 20
                                    


Kanre berlari dan terus berlari. Dia melupakan segalanya dan hanya melihat gadis itu, hanya tertuju padanya. Semak dan ranting menggores tubuhnya, namun Kanre tidak merasakannya, seolah rasa sakit meninggalkan tubuhnya. Yang dipikirkannya hanyalah kejar, kejar!

Gadis itu menoleh, lalu membalikkan tubuhnya, berlari mundur. "Berhenti," ucapnya dengan suara yang berat dan serak. Tubuh Kanre mendadak saja menjadi kaku dan ia tak sanggup mengangkat kakinya. Gadis itu pun kembali berlari, meninggalkan Kanre tanpa melepas sihirnya.

Kanre menjadi murka. Dia berusaha melawan sihir itu, berteriak sekuat tenaga, lalu berhasil melepaskan diri. Jauh di depan, gadis itu terkejut dengan kekuatan Kanre. Dia pun berhenti berlari, menunggu Kanre menyusulnya.

Dalam jarak tiga meter, mereka saling berhadapan. Kanre terengah-engah penuh amarah. Gadis itu menatap Kanre dengan tatapan merendahkan.

"Kau mencariku?" tanyanya dengan suara berat yang sama. Kanre belum bisa mengatur napas maupun amarahnya dengan baik, dan dia membiarkan gadis itu menunggu jawabannya. "Sungguh tidak sopan."

"Kau sendiri, mengapa lari?" tanya Kanre, masih belum berhasil mengendalikan napasnya. Lalu Kanre tersadar sesuatu. "Bukan. Mengapa kau mendekati kami?"

"Aku merasakan kekuatan besar," jawab gadis itu setelah diam sesaat. "Kekuatan yang tak mungkin dihasilkan dari dirimu. Anak itu, bukan?"

"Kau menyadarinya?"

"Tentu saja, sekali bertatapan mata, aku akan langsung tahu," katanya. "Aku pun tahu mengapa kau mencariku."

Kanre terkejut dan langsung mengalihkan pandangannya. "Kukira hal itu hanya berlaku kepada para Naga Penghancur."

"Tentu saja itu pun berlaku pada Naga Pelindung," katanya. Kanre, pada saat pertama kali bertemu, sudah melihat Naga Pelindung di balik kulit manusia itu. Dan kecurigaannya diperkuat dari obrolan mereka yang menggunakan bahasa naga. Gadis itu kembali menatap Kanre dengan pandangan merendahkan. "Jangan harap aku mau mengabulkan permintaanmu, manusia! Itu adalah permintaan terbodoh sekaligus tak termaafkan! Dasar manusia rendah!"

Lalu satu kedipan mata kemudian gadis itu berubah menjadi seekor ular yang langsung melesat ke langit. Dia terbang di langit senja yang jingga bagaikan berenang di sungai. Kanre menatap makhluk itu jauh dari bawah, dengan tatapan penuh kebencian.

Naga Pelindung tidaklah lebih baik dari Naga Penghancur. Mereka memiliki harga diri yang terlalu tinggi dan memandang rendah makhluk lain selain kaum mereka sendiri. Mungkin mereka memberikan berkah kepada manusia, memberikan kehidupan pada alam, pada kebun dan ternak, tapi mereka sendiri selalu menghindari untuk melindungi manusia secara langsung. Bukan karena takut mati, tapi takut sisik mereka yang indah disentuh oleh Naga Penghancur yang menjijikkan.

Kanre menghempaskan dirinya ke tanah, terduduk lemas. Dia masih berusaha mengisi paru-parunya dengan oksigen. Sekarang dia dapat mengingat rasa sakit, dan rasa sakit itu menyengatnya. Dia tertunduk lemas, menatap luka-luka pada tangan dan kakinya. Bayangan besar melintas cepat di bawahnya. Dia terkejut, dan melihat sesosok Naga Penghancur di atas kepalanya. Dia melesat menuju barat.

Ingatan mulai menghantam kepalanya bagaikan palu. Dia meninggalkan Seid sendirian!

Seid tak tahu harus berbuat apa. Kanre mengejar seorang gadis dan menghilang begitu saja dari pandangannya. Seid ingin mengejar, tapi takut tersesat karena Kanre sudah terlampau jauh. Akhirnya dia pun memutuskan untuk menunggu.

Matahari sudah cukup jauh di barat. Seid menengadah untuk melihat langit jingga. Beberapa saat kemudian dia melihat burung yang terbang cepat di atas langit. Burung itu menukik tepat di atas Seid, membuat Seid bingung kenapa dia melakukannya. Tapi kemudian burung itu membesar dan terus membesar, dan Seid melihat seekor Naga Penghancur.

The WizardWhere stories live. Discover now