Bab 6 - Pemburu Naga

521 72 13
                                    


Seid terbangun dengan perasaan yang enak. Dia tidak bermimpi buruk pada tidur yang kedua. Ingatannya tentang kejadian kemarin masih terpatri kuat dalam kepalanya, tapi dia tidak merasa ketakutan seperti kemarin, hanya merasa jijik.

Kanre sedang tertidur pulas, dia mendengkur keras. Seid membiarkannya tertidur selama mungkin, karena semalam Kanre menemaninya sampai tertidur. Seid ingat bagaimana Kanre memeluknya untuk menenangkannya. Perasaan seperti itu, entah kapan Seid terakhir kali merasakannya. Rasanya sudah lama sekali, atau bahkan tidak pernah.

Seid tidak tahu harus menganggap Kanre seperti apa. Apakah seperti rekan? Kakak? Ayah? Seid menggelengkan kepalanya. Tidak. Di mata Kanre, Seid hanyalah seekor monster. Itulah alasan Kanre membawanya berkelana. Entah apa yang sedang dicari Kanre, tapi Seid akan mendukungnya.

Tapi Seid tidak mengerti, kenapa kemarin dia merasa begitu ketakutan. Lelaki itu hanya mencari jantung naga tertua, tidak mencari dirinya, manusia lemah dan bodoh, yang bahkan masih anak-anak. Tapi pemandangan itu membuatnya mual. Naga Penghancur sekalipun, mereka masih berhak mendapatkan kehidupan yang pantas. Mereka memakan untuk hidup, dan manusia melawan—membunuh—untuk hidup. Sedangkan pria itu, memakan jantung naga... untuk apa?

Seid merasa kerongkongannya kering. Dia meraih wadah air mereka, tapi sudah kosong. Dia pun berusaha mendengarkan suara sungai. Samar, terdengar suara sungai dari kejauhan. Seid pun pergi mendekati suara itu.

Benar saja, ada sebuah sungai tidak jauh dari tempat mereka. Seid meminum airnya, lalu mencelupkan seluruh kepalanya ke dalam air sungai. Dia menutup matanya, merasakan kesegarannya, lalu mendengar suara yang teredam dari dalam sana. Suara beberapa orang lelaki, berbincang-bincang dengan suara yang keras. Seid pun mengeluarkan kepalanya dan segera mengisi wadah airnya.

"Dan aku menjegal kakinya! Dia terjatuh!" kata suatu suara. Lalu suara sekumpulan lelaki tertawa. "Dia sungguh naga yang bodoh!"

"Tunggu!" peringat seseorang, menyela tawa ramai mereka. "Aku merasakan sebuah hawa kekuatan besar. Mungkinkah ada naga di sekitar sini?"

Mendadak suara para pria menjadi hening. Seid menengok mencari-cari sekumpulan pria yang berbincang-bincang, lalu melihat empat orang pria sedang mengendap-endap dan melihat ke sekeliling dengan waspada agak jauh darinya, di seberang sungai. Salah seorang dari mereka melihat Seid.

"Hei, Nak, apakah kau melihat seekor naga di dekat sini?" tanyanya. Seid menggeleng. "Kalau begitu berhati-hatilah! Mungkin ada di dekat sini! Atau mungkin makhluk lain dengan kekuatan yang sama berbahayanya..."

Mereka berempat memakai jubah hitam yang seragam, dan rompi bersisik yang tampaknya kuat dan keras. Seperti sisik naga, hanya saja besarnya sepersepuluh sisik yang dilihat Seid kemarin.

"Kalian adalah...?" tanya Seid. Salah seorang dari mereka, yang bertubuh besar dan berotot, tampak senang ditanyai begitu.

"Benar, Nak! Kami adalah Pemburu Naga!" katanya penuh kemenangan. "Tak usah takut akan dimakan naga! Selama kami masih ada, kau takkan pernah disentuh naga!"

Seid memutar bola mata, mengingat baru pada hari sebelumnya dia sudah pernah melihat gigi naga dan mencium baunya.

"Tampaknya kau tidak percaya pada kami, Nak!" tambah seseorang yang lain, yang paling tua tapi tak kalah sombong dengan pria sebelumnya. "Rompi ini adalah buktinya! Rompi ini terbuat dari sisik naga yang kami kuliti."

"Sisiknya kecil," protes Seid.

"Tentu saja," timpal pria yang lain. Pria itu memiliki perawakan yang mirip dengan Kanre, tapi sedikit lebih berotot dan dadanya lebih bidang, serta dagunya lebih terangkat oleh kesombongan. "Kami mengambilnya dari naga yang masih kecil."

The WizardWhere stories live. Discover now