Bab 15 - Ingatan

269 57 17
                                    


Dia tak bisa merasakan apa-apa. Segalanya gelap dan dingin. Dia tidak tahu apakah dirinya benar-benar sedang berbaring atau tidak. Dia tidak merasakan dirinya menyentuh tanah. Dia merasa dirinya melupakan hal yang sangat penting. Apa yang dilupakannya?

Pertama-tama dia berusaha mengingat namanya. Kanre. Benar, begitulah orangtuanya memanggilnya. Dia mencoba untuk mengingat hal yang pertama kali diingatnya.

Ayahnya mengajarinya bagaimana berbicara dengan alam. Dia bilang, alam adalah sekutu mereka. "Kanre, cobalah menghembuskan angin," kata ayahnya. Kanre mencoba melakukannya, tapi yang tercipta bukanlah hembusan angin, melainkan puting beliung kecil. Ayahnya tampak terkejut sekaligus bangga.

Lalu ingatan itu buyar. Apa lagi yang bisa diingatnya sekarang? Kanre memikirkannya dengan keras, berusaha mengingat apa yang dilupakannya. Tapi dia masih belum menemukannya. Dia pun mencoba untuk menyusun semua ingatannya.

Ayah kedatangan tamu dari luar pulau. Pria tua yang aneh, memiliki janggut kelabu yang sangat panjang. Kanre tidak mau bertemu dengan orang luar. Dia pun pergi ke belakang rumah, menuju hutan. Sekilas dia melihat teman pria tua berjanggut panjang yang juga sudah cukup tua itu menatapnya dan tersenyum.

Entah mengapa, senyuman pria itu membuat Kanre sedikit merasa tenang, tapi Kanre tidak peduli dan tetap pergi ke hutan. Dia berjalan-jalan, menikmati udara dan bunga di sana. Burung-burung berkicau indah. Kanre memanggil seekor burung agar hinggap di bahunya. Kanre sangat senang karena mampu melakukannya. Dia bersyukur memiliki ayah seorang penyihir sejati.

Kanre bermain-main sejenak, mengelus bulu lembut si burung. Tiba-tiba saja burung itu tersentak, lalu dia terbang pergi tanpa diminta Kanre. Kanre jadi merasa sedikit takut, lalu melihat ke sekeliling. Seekor serigala tengah mengawasinya dari balik bayangan.

Serigala itu maju mendekati Kanre secara perlahan. Kanre tidak takut dan mencoba membuat si serigala jinak dengan sihirnya. Dan serigala itu pun mendatangi Kanre dengan jinak dan bersahabat.

Ah, kenapa di saat begini hal itu baru teringat?

Lalu Kanre ingat bagaimana dirinya diundang masuk ke Sekolah Sihir, dan bagaimana dirinya menolak tawaran tersebut. Kanre mengobrol dengan Grilma sejenak sebelum Grilma akan pulang ke pulaunya. Pria itu mengajari Kanre tentang keseimbangan alam dan keindahannya jika tetap terjaga.

Kanre sangat menyukai pria itu. Bahkan orang itu lebih hebat daripada ayahnya dan Kepala Sekolah, tapi dia menolak untuk menggunakan kekuatannya.

Ingatan kembali menari-nari dalam benaknya. Dia ingat ketika pertama kali bertemu dengan seorang pria tua yang berbicara kepada udara dengan bahasa yang tidak dikenalnya sama sekali. Kanre tertarik pada pria itu dan memintanya mengajari bahasa naga.

Pria itu senang karena Kanre tertarik, lalu mengajarinya. Pria itu sangat baik dan bersahabat. Tanpa sadar, Kanre bercerita lebih banyak kepada pria itu dibanding kepada orangtuanya. Dia pun sesekali menceritakan tentang seorang gadis yang cantik dan lembut.

"Elona? Kau pernah lihat bunganya?" tanya Malik. Kanre menggeleng, lalu Malik mengundangnya untuk melihat bunga itu. "Wanginya memiliki efek untuk menenangkan hati dan pikiran. Ini, cobalah tehnya."

Elona menjawab lamaran Kanre. Segera setelah mendengarnya, Kanre langsung teringat akan wajah Hierdo. Pria itu bertubuh besar dan tegap, lebih gagah dari Kanre, dan dia lebih percaya diri tentang Elona dibanding Kanre. Tapi nyatanya, Elona memilih Kanre. Kanre pikir Hierdo akan marah besar dan memusuhinya, tapi yang terjadi malah sebaliknya.

Hierdo memutuskan untuk menjadi bajak laut agar patah hatinya terobati. Kanre marah besar dan memusuhinya. Hierdo tidak mengurungkan niatnya untuk menjadi bajak laut dan meninggalkan Kanre.

The WizardWhere stories live. Discover now