Nineteen - Avowal, Past and The Truth

2.4K 445 16
                                    

I hate fact.

××××

Aku sedikit merasa ada yang aneh dengan Luhan Gege, dia terlihat baik sekali padaku hari ini. Dia tidak punya maksud lain bukan?

Dia tersenyum padaku sepanjang hari.

"Kau senang?"

Aku mengangguk kecil. Bolehkah aku jujur?
Jika boleh, aku memanglah sangat senang bisa bersama Luhan Gege seharian ini.

Tapi masalahnya, entah mengapa hanya ada nama Sehun di dalam kepalaku. Tidak hanya sekedar namanya, aku bahkan melihat dia mondar-mandir di hadapanku sambil tersenyum atau menatap sebal ke arahku.

Apa aku sudah gila?

"Haeri?"

"Eoh, ya?"

Luhan Gege terlihat menghela napasnya pelan sebelum mengeser duduknya lebih dekat denganku. "Mungkin kau sedang bersamaku saat ini, tapi pikiranmu tidak ada disini. Jadi Haeri..."

Dia mengulurkan tangannya dan menangkup wajahku dengan tangannya yang besar. Membuat pipiku bersemu merah.

"Kemana pikiranmu pergi?" Dia melanjutkan.

"Gege..."

"Tidak usah di jawab jika berat, tapi bisakah kau kosongkan sedikit tempat dalam pikiranmu untukku?"

Hah?

Aku menatapnya tidak mengerti. "Maksudmu?"

"Aku... Aku menyukaimu Haeri, aku ingin selalu ada di dalam pikiranmu, menjadi yang pertama kau pikirkan ketika kau kesulitan. "

Mataku mengerjap cepat. Tunggu...menyukaiku? Dalam artian apa? Kenapa perkataannya terdengar sangat manis?

Aku berani bertaruh jika kedua pipiku tidak ditutupi oleh tangan besar Luhan, mungkin saat ini sangat terlihat jelas jika pipiku semerah tomat.

"Menyukaiku..." gumamku tidak jelas.

"Haeri... Mungkin aku terlihat jahat karena mengungkapkan perasaanku padamu, ketika situasimu baru putus dengan Sehun..."

Kepalaku tertunduk lesu, kenapa harus membawa-bawa nama Sehu lagi sih?

"Percayalah, aku menyukaimu jauh sebelum kita bertemu di rumah sakit."

Keningku berkerut samar. Sebelum bertemu di rumah sakit? Ya Tuhan, apa maksudnya sih? Aku sungguh tidak mengerti.

"Gege...aku tidak mengerti..."

****

Author POV

Musim Dingin 3 tahun yang lalu.


Angin yang berhembus kencang membuat pria berdarah China itu merapatkan mantelnya sambil sesekali meniup kedua tangannya agar hangat.

Dia mengerutkan kening bingung ketika melihat seorang gadis SMA berdiri di depan sebuah gedung sambil memeluk dirinya sendiri dengan sebelah tangan. Tangan yang satunya lagi terlihat sibuk memainkan ponsel.

Hagwon.

Kelihatannya gadis itu baru saja selesai les, tapi kenapa gadis itu belum pulang? Bukankah Hagwon sudah tutup sebelum tengah malam.

Sekarang pukul satu malam, dan gadis itu nampak sedang berdiri kedinginan sambil terus menggerutu pada ponselnya.

Dia pasti sedang menunggu seseorang.

Enchanted | OSH - COMPLETE √Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang