Elfarga | Seven

34.7K 1.6K 21
                                    

Sepanjang pelajaran berlangsung, pikiran Felli terus berkelana ke arah lain. Saat apel pagi tadi, ia terus memasang tampang orang bodoh karena tidak menyangka jika cowok yang tadi malam duduk di sampingnya dan bertingkah tidak jelas ternyata kakak kelas yang memiliki segudang prestasi. Tidak hanya itu yang membuat pikirannya tidak fokus seperti sekarang. Sepanjang apel pagi dan cowok itu berdiri di atas panggung, cowok bernama Elfar itu terus saja menatapnya dengan lekat. Felli sendiri tentu saja merasa tidak nyaman. Apalagi mata cowok itu sangat tajam seperti elang.

"Fel, lo nggak ngantin?"

Felli tersadar dari lamunannya. Ia menengok ke samping kanannya, dimana Rini sedang membereskan buku dan pulpennya. Gadis itu menoleh ke depan dan terkejut begitu mendapati guru mata pelajaran mereka sudah tidak ada di tempatnya.

"Bu Mariana mana?" Tanya Felli kebingungan.

Rini mengerutkan alis. "Udah keluar daritadi. Lo nggak nyadar?"

Felli menggeleng samar. Segitu asyiknyakah dirinya dengan pikirannya hingga tidak menyadari kalau jam pelajaran telah usai? Felli menjentikkan jarinya sendiri ke jidatnya, untuk membuyarkan pikirannya dan bisa fokus lagi.

"Ayo ke kantin!" Seru Nisa penuh semangat.

Ketiga gadis berseragam putih abu-abu itu melangkah santai melewati koridor kelas yang nampak ramai siswa berlalulalang. Letak kelas sebelas dengan kantin cukup jauh dibanding kelas lain. Makanya, perlu waktu lumayan untuk menuju kantin. Sambil berjalan, Felli mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Mengingat ia baru bersekolah dua hari di SMA Pancasila, jadi dia belum sempat melihat-lihat sekolah.

Makanya, ia menyempatkan dirinya mengamati gedung sekolah selama berjalan menuju kantin.

"Fel, nanti kalo di kantin, lo jangan berisik ya kalo gengan cogan ada," kata Nisa dengan suara setengah berbisik.

Felli menoleh dengan tatapan penuh tanya. "Kenapa? Terus geng cogan itu siapa?" Tanya Felli meminta penjelasan.

"Kakak kelas yang kemarin kita liat di cafe," jawab Rini menimpali.

Hanya diam setelah mendengar jawaban Rini, Felli kemudian kembali memikirkan kakak kelas yang sedaritadi ia pikirkan di kelas. Entah mengapa, cowok itu seolah menarik perhatian Felli sepenuhnya. Padahal, cowok itu tidak melakukan apapun lagi selain duduk di sampingnya tadi malam, berkata tidak jelas, dan menatapnya lekat saat apel pagi berlangsung. Hanya itu. Apakah itu bisa dijadikan alasan yang jelas, mengapa Felli terus memikirkannya?

Mata Felli menatap takjub sebuah pintu besar yang terbuka lebar. Di atas pintu terdapat tulisan canteen yang cukup besar. Beberapa siswa keluar masuk.

"Nah, Fel. Ini kantin sekolah kita." Rini memberitahu.

Felli mengangguk singkat. Tentu saja ia sudah tahu, mengingat Felli sudah melihat tulisan besar di atas pintu. Gadis itu menggandeng kedua tangan temannya sembari berjalan memasuki kantin yang sangat ramai. Suara sendok yang beradu dengan mangkuk, suara berisik orang berbicara, tawa, hingga jeritan langsung memenuhi organ pendengaran begitu Felli sudah berada di dalam kantin.

Suasana ramai khas kantin membuat Felli teringat sekolah lamanya. Suasananya hampir sama dengan kantin di sekolah lama Felli. Hanya saja, kantin sekolahnya dulu tidak sebagus kantin SMA Pancasila.

ELFARGAWhere stories live. Discover now