Elfarga | Twenty Seven

23.7K 1.1K 24
                                    

Lanjot!

***

Felli mengeringkan tangannya setelah membasuh tangannya dengan air. Niatnya ke toilet adalah untuk menenangkan pikiran, dan menghilangkan rasa suntuk kelamaan di kelas. Namun, bukannya pikirannya tenang, kini makin kacau karena mendengar gosip tadi. Ia melangkah keluar dari toilet.

Entah Felli harus mengatakan ini kesialan atau keberuntungan, ia terkejut bukan main, ketika di depan sana, tidak jauh di tempatnya berdiri sekarang, tepatnya di depan toilet khusus perempuan, Farga sedang berjalan ke arahnya dengan mata tajam yang berkilat-kilat.

Felli tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya, ditambah pikirannya kacau memikirkan cowok itu, harus cepat-cepat kembali ke kelas, dan tidak tahu harus melakukan apa lagi, ia tiba-tiba memutar arah, lalu berlari sekencang-kencang pergi dari sana. Tidak peduli harus memutar jauh karena melawan arah jalan menuju kelasnya, yang penting Felli bisa menghindari Farga dulu. Masalahnya, ia harus bagaimana ketika berpapasan dengan cowok itu?

Felli berkali-kali merutuki dirinya yang tidak cepat-cepat keluar dari toilet tadi. Karena berlama-lamaan, akhirnya ia bertemu dengan Farga. Tidak masalah jika Farga tidak melihatnya. Tetapi faktanya? Felli bergidik sendiri begitu teringat bagaimana tatapan tajam Farga tertuju ke arahnya.

.

Farga menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya kasar sebelum mengetuk pintu kelasnya sebanyak tiga kali. Ia harap, gurunya membiarkan ia masuk dan mengikuti ujian setelah terlambat hampir dua puluh menit lamanya. Jika memang tidak ada harapan, ya harus ikhlas waktu bebasnya dipotong ujian susulan, dimana hal itu paling ia benci.

"Maaf terlambat, Bu." Farga mencoba sesopan mungkin. Siapa tahu saja gurunya luluh dengan itu.

Bu Rasma, wanita berumur setengah abad dengan kacamata tebalnya itu melirik arloji ditangannya, lalu tersenyum. Bukan, senyuman itu bukan senyuman ramah yang orang sukai, namun senyuman mengerikan yang membuat hampir seluruh siswa SMA Pancasila merinding.

"Dua puluh menit," ucap Bu Rasma. "Mau tetap ikut ujian tapi nilai kamu nol, atau susulan?" Tanya Bu Rasma dengan tenang, namun tajam.

Farga menghembuskan napas panjang. "Susulan, Bu." Dengan penuh keterpaksaan, Farga akan ikut ujian susulan. Farga melirik Mark yang tengah mengejeknya dari dalam kelas.  Farga hanya bisa memaki di dalam hati. Anak baik tidak boleh mengumpat.

Bu Rasma mengangguk. "Sebentar, sepulang sekolah, ujian di perpustakaan."

"Baik, Bu."

"Silahkan keluar."

Farga memutar tubuhnya, lalu berlalu pergi dengan langkah lebar-lebar. Ia sepertinya harus meminum air putih sekarang, karena pikirannya sedang tidak fokus seperti biasanya. Ia berjalan cepat, dan matanya tertuju lurus ke depan. Sangat terlihat jelas kalau ia sedang kesal. Tidak peduli teman-teman seangkatannya yang menyapa.

Saat sudah hampir mencapai toilet khusus perempuan, Farga terkejut ketika seseorang yang tidak asing baru keluar dari sana. Mereka kini berhadapan, namun jaraknya tidak terlalu dekat. Farga tetap berjalan, membuat orang itu panik. Farga bisa melihat dengan jelas kepanikan diwajahnya. Farga hanya menatapnya sembari tetap melangkah. Sebenarnya, ia tidak peduli, namun, ketika gadis itu berbalik dan lari begitu saja, Farga berhenti melangkah.

Kedua alis Farga mengerut, lalu tanpa sadar tersenyum kecil, nyaris tak terlihat. Ia terdiam sebentar, menatap punggung gadis itu sampai menghilang dari pandangannya.

***

Jam istirahat sudah tiba, dimana semua siswa tampak antusias menyambutnya. Diiringi senyuman lebar, Rini membereskan semua buku-bukunya, begitu juga dengan Nisa. Rini itu selalu semangat dalam melakukan berbagai hal, sedangkan Nisa, dia biasa saja. Felli yang sudah membereskan buku sejak tadi hanya menatap kedua temannya itu.

"Fel, ngantin yuk!" Ajak Rini sembari merapikan rambutnya. Teman kelas mereka mulai keluar dari kelas.

"Nggak deh. Perasaan gue nggak enak," jawab Felli sembari menopang dagunya. Felli belum menceritakan tentang kejadian dimana ia dan Farga bertemu di depan toilet hingga bertatapan dan membuat jantungnya mau copot.

"Ih, kok nggak enak? Lo abis ngeliat apaan emang?" Tanya Rini dengan wajah cemberut.

Nisa menoleh, lalu memberikan tatapan penuh selidik pada Felli. "Abis balik toilet, kok lo aneh ya, Fel? Diem aja daritadi, terus kek mikirin sesuatu gitu. Kesambet jangan-jangan?" Nisa sudah memasang wajah ngeri, sedangkan Felli hanya mendengkus sebal.

"Gue tadi ketemu someone," jawab Felli. Pikirannya kembali menerawang ke kejadian beberapa saat lalu. Hanya sekilas memang, tapi efeknya pada Felli itu luar biasa.

"Siapa?" Tanya Rini.

"Kak Farga."

"Ssst!" Nisa reflek menempelkan jsri telunjuknya di depan bibirnya, memberi isyarat agar Felli mengecilkan suaranya.

"Kenapa?" Tanya Felli tanpa suara.

"Kalo lo mau bicarain Kak Farga, suara lo harap dipelanin. Soalnya banyak mata-mata, Fel. Kalo lo dilaporin, bisa-bisa lo kena imbas dari Kak Cinta."

"Lah, emang udah kena gue." Ucap Felli dalam hati. "Oh gitu, ya," lanjutnya kemudian.

"Fel, lo tadi ketemu Kak Farga dimana? Lanjut!" Desak Rini dengan suara pelan.

"Di depan toilet cewek dekat kelas dua belas," jawab Felli.

"Terus masalahnya apa?" Tanya Nisa sembari memperbaiki hijabnya. Sekedar informasi, diantara mereka bertiga, hanya Nisa yang mengenakan hijab.

"Gue tadi belum sempet bilang 'kan, kalo gue ambil buku dianterin sama Kak Farga?"

"WHAT?!" Rini reflek menutup mulutnya. Nisa juga sama kagetnya, namun, ia cepat-cepat mengontrolnya.

"Lu serius? Nggak bohong 'kan?" Tanya Nisa excited.

"Ngapain gue bohong sih? Lagian gue juga nggak tahu alasan dia nganterin gue. Mana gue belum sempet bilang makasih lagi. Terus pas ketemu di depan toilet tadi, gue malah kabur karena takut. Tatapannya ngeri banget." Felli mengeluh.

Rini yang sudah selesai dengan ketekejutannya, kini mendekat pada Felli, lalu menatapnya lekat. Felli sampai bergidik ngeri dengan tingkah Rini itu.

"Kenapa lo?" Tanya Felli bingung.

"Fel, kayanya Kak Farga ada sesuatu deh sama lo. Ya 'kan, Nis?" Rini menoleh pada Nisa untuk meminta pendapat cewek itu.

"Iya. Kentara banget. Selama ini tuh, belum ada sejarahnya Kak Farga ngeboncengin cewek di sekolah, kecuali Kak Cinta. Itupun karena terpaksa."

Felli mengibaskan wajahnya di depan wajah. "Ngaco lo berdua! Kebetulan aja tadi Kak Farga mau nolongin gue. Sesuatu apaan coba? Gue sama dia baru ketemu berapa kali. Tahu nama gue aja mungkin enggak tuh orang."

"Ya siapa tahu aja 'kan? Hati orang siapa yang tahu?" Nisa mengerdikkan bahunya dan bersiap ke kantin.

"Feeling gue sih, Kak Farga punya kesan sama lo," timpal Rini. "Udah ah, yuk ngantin!"

TBC

Vote sama komen dums wkwkwkwk


ELFARGATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang