Elfarga | Eleven

30.7K 1.4K 3
                                    

Waktu sudah menunjukkan hampir pukul lima sore, dan Felli masih berada di cafe Brown, bersama dengan lima cowok yang baru dikenalnya itu. Acara makan-makan mereka sudah selesai dan kini mereka mengobrol. Felli sebenarnya tidak termasuk karena gadis itu hanya diam sambil menyimak. Mau ikut mengobrol juga, tapi ia tidak tahu apa yang mereka obrolkan. Obrolan laki-laki.

"Gue juga heran kenapa si Danendra nyari masalah lagi. Padahal masalah udah clear berbulan-bulan yang lalu," katat. Cowok itu menyenderkan tubuhnya pada sandaran kursi sambil bersedekap dada.

"Namanya juga dendam. Lo nggak tahu hati orang gimana," balas Mark.

"Tapi dia nggak capek apa, ya? Dari dulu nyari masalah mulu, giliran diladenin, dianya yang babak belur. Lucu," tambah Rudy.

"Terus, gimana, Ga? Lo mau terima ajakan duelnye Si Danendra?" Tanya Fikri.

Semua mata langsung tertuju pada Farga. Termasuk Felli. Gadis itu turut menunggu jawaban Farga. Meski ia tidak mengerti duel macam apa yang Fikri maksud, tapi Felli tahu jika itu berbahaya. Dalam hati, Felli ingin Farga menolaknya. Namun, Felli siapa? Ia bukan siapa-siapa disini.

"Dia bilang kapan?" Jawab Farga.

"Terserah lo aja siapnya kapan kata dia."

"Lusa."

"Hah? Lusa kenapa?" Tanya Rudy penasaran.

"Duel."

"Lo mau terima tantangan si Nendra?!" Rudy berteriak dengan tidak santainya.

"Maybe?"

Mulut Felli sudah gatal ingin menanyakan duel apa yang akan Farga lakukan. Selain itu, disatu sisi, sisi malaikatnya ingin mencegah atau pun melarang Farga melakukannya.

"Menurut gue sih nggak usah. Mau lo jabanin atau nggak, si Danendra nggak bakalan kapok," timpal Aldo.

"Daripada dikata pengecut."

Felli sedikit menggeleng karena kagum dengan balasan Farga. Cowok itu benar-benar dingin. Setiap kalimat yang ia keluarkan tidak bernada sama sekali dan jawabannya menohok.

"Tapi kalo lo kenapa-napa gimana?" Tanya Fikri.

Farga tidak menjawab. Ia terlihat memikirkan sesuatu, terlihat dari keningnya yang bertaut, dan matanya sedikit memicing. Felli setuju dengan apa yang Fikri bilang. Farga bisa kenapa-napa jika mengikuti duel itu. Felli hanya sedikit tahu duel apa saja yang biasanya dilakukan para anak lelaki. Balapan misalnya. Apa Farga akan balapan? Itu yang Felli perkirakan.

"Ga, mendingan lo nggak usah ladenin lagi apa yang Danendra bilang. Palingan nanti dia capek sendiri, terus berhenti," kata Mark.

"Iya bener."

Entah sadar atau tidak, Felli tiba-tiba bersuara. Gadis itu menggigit bibir bawahnya pelan dan tersenyum kikuk saat semua mata langsung tertuju padanya. Tak terkecuali Farga yang kini menatapnya dengan tatapan datar.

"Gitu dong, Fel. Lo ngomong juga dong! Daritadi diem-diem bae," kata Rudy sembari tersenyum sumringah.

"Nggak usah cegah gue. Gue tetep bakal pergi."

Fikri terdengar menghela napas kasar begitu Farga berbicara lagi. "Terserah lo deh. Kalo ada apa-apa telpon gue aja," ucap Fikri tak bersemangat.

Hening sesaat, sebelum akhirnya suara dering ponsel memecahkan keheningan. Suara itu berasal dari saku jaket Farga. Dengan gerakan malas, cowok itu merogoh saku jaketnya dan mengeluarkan ponsel hitam yang layarnya sedang menyala-nyala. Farga menatap Mark sesaat, lalu menggeser tombol hijau dan langsung menempelkannya ditelinga kanan.

"Apa?"

Felli menatap Farga dengan seksama. Cara mengangkat telepon cowok itu saja sangat beda.

"Buat apa?"

"Gue sibuk!"

"Nggak!"

"Bangsat."

Felli pastinya terkejut mendengar Farga mengumpat sebelum mengakhiri teleponnya. Ia tidak tahu apa yang membuat cowok itu begitu marah. Apalagi sekarang wajahnya benar-benar menyeramkan. Mata elangnya menyorot begitu tajam ke arah ponselnya.

"Gue balik duluan." Kata Farga sembari berdiri dari kursi dan memakai tasnya. Tak lupa memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku jaket.

"Yang nelpon tadi siapa? Si tante?"

"Hm." Balas Farga cuek.

"Ya udah deh. Gue juga mau balik. Udah sore." Ujar Mark, ikut-ikutan berdiri. Melihat itu, Felli juga bergerak membereskan barangnya dan bersiap pulang.

"Mark, gue bayar makanan gue dulu," ucap Felli sembari mengeluarkan dompetnya dan berjalan menuju kasir. Namun, Mark langsung menahan tangannya.

"Nggak usah bayar. Farga yang traktir," ucap Mark.

"Hah?" Felli mengerutkan alisnya bingung.

"Udah, ayo pulang!" Mark berjalan keluar dari cafe lebih dulu. Begitu juga Aldo, Fikri, dan Rudy yang mengikut di belakangnya. Tak mau berlama-lama, Felli menyusul mereka.

Begitu sampai di depan cafe, Felli mengedarkan pandangannya. Mark, Aldo, Fikri dan Rudy terlihat sedang mengobrol sambil membentuk formasi persegi. Farga sudah pergi entah kemana. Felli sendiri heran, mengapa dirinya mencari cowok itu.

"Ayo, Fel!" Mark berseru.

Felli mengangguk cepat sembari melangkahkan kakinya menghampiri Mark. Entah sejak kapan, cowok itu telah berada diatas motornya sambil memegang helm yang akan Felli pakai.

Tbc

Guys, sebenarnya tbc-nya bukan sampai sini. Cuma gatau why wattpad error sampe gabisa nyimpen. Padahal udah pulihkan revisi, tetep aja gabisa dipulihkan. Oke deh, lanjut dibawah!!!

ELFARGAWhere stories live. Discover now