Elfarga | Twenty Nine

22.1K 1.3K 108
                                    

Votenya ya:)

Author berusaha ngebut revisinya, biar cepat selesai:)

***

Felli berhenti ditengah-tengah anak tangga rumahnya. Ia menengok ke bawah, di ruang tengah, dimana Farga tengah duduk. Felli mengambil napas dalam, lalu menghembuskannya kasar. Ia harus menguatkan dirinya menghadapi Farga. Entah mengapa, ia sedikit takut berhadapan dengan cowok itu. Dari tatapannya saja membuat Felli merinding. Padahal pagi tadi, cowok itu membantunya.

Sambil memegang kotak P3K, Felli lanjut berjalan hingga sampai di depan kakak kelasnya, alias Farga. Felli sedikit ragu ketika harus mendekatkan wajahnya, mengamati luka yang Farga dapatkan disudut bibirnya. Felli mengambil posisi di samping Farga, lalu menghadap ke arah cowok itu.

“Hadap sini, Kak, aku obatin,” kata Felli seraya membubuhi betadine ke atas kapas.

Farga menurut. Ia memutar tubuhnya, berhadapan dengan Felli yang berstatus adik kelasnya di sekolah.

Felli menahan napas beberapa detik ketika bertemu pandang dengan Farga. Mata cowok itu seperti mata elang, tajam dan memiliki kesan menakutkan. Dengan hati-hati, Felli mulai mengobati sudut bibir Farga menggunakan betadine.

“Kakak dipukulin sama siapa? Kok parah banget kaya gini?” untuk menghilangkan kecanggungan yang melanda keduanya, Felli membuka pembicaraan, meskipun ia sudah tahu Farga tidak akan memberitahu siapa yang memukulnya.

Farga hanya diam sambil memejamkan matanya, seolah menikmati sentuhan tangan Felli diwajahnya. Felli berganti mengolesi luka lebam Farga menggunakan minyak agar bengkaknya turun.

“Selain dimuka, kakak kena pukul dimana lagi? Dada, ya?” saat pertama kali menemukan Farga tadi, Felli melihat Farga memegangi dadanya sambil menahan sakit. Sudah pasti cowok itu mendapat serangan dibagian dadanya.

Farga mengangguk pelan, membuat Felli langsung menatap iba. Pasti sakit sekali karena Felli sudah pernah merasakannya ketika bertanding dulu. Felli menyodorkan botol minyak pada Farga.

“Kakak obatin sendiri, ya? Kalo nggak diobatin cepet, kakak bisa cedera parah,” ucap Felli menerangkan.

“Enggak usah.”

“Dengerin, Kak. Nanti nyesel lho kalo dada kakak terus-terusan sakit. Sakitnya bisa permanen, Kak.” Felli lagi-lagi menggerakkan tangannya yang sedang memegang minyak, memberi isyarat kepada Farga agar segera mengambilnya.

Senyum Felli sedikit mengembang ketika Farga mengambil botol minyak dari tangannya. Namun, senyumnya sirna seketika ketika Farga tiba-tiba mengangkat seragam sekolahnya hingga perutnya kelihatan. Felli nyaris menjerit, tetapi berhasil ia tahan.

Reflek, tangannya menutup kedua matanya, lalu segera memutar tubuhnya membelakangi Farga. Ia mengomel didalam hati. Bisa-bisanya Farga bertindak tiba-tiba seperti itu.

“Udah.” Suara datar Farga kembali terdengar. Felli memutar tubuhnya kembali, lalu mengambil botol minyak dari Farga.

Setelah membereskan obat-obatan ke dalam kotak P3K, Felli berdiri lalu berjalan ke dapur. Ia berniat mengambil air minum untuk Farga.

Farga mengamati sekeliling. Ia daritadi bertanya-tanya, kenapa Felli bisa menemukannya di gang yang sepi itu. Setahunya, tempat itu jarang dilalui, dan kenapa Felli bisa terdampar di daerah itu? Pertanyaan-pertanyaan itu terus bersarang dipikiran Farga dan memaksa untuk dikeluarkan. Hingga dimana, Felli kembali dengan membawa segelas air putih.

ELFARGAWhere stories live. Discover now