#10

2.6K 199 27
                                    

Tiga bulan setelah kematian Ratu Kim.

Pagi nan cerah di istana menyibukkan Hwa Young yang merupakan seorang gungnyeo, ia bergerak kesana kemari dengan lincahnya. Terakhir, gadis itu bertemu dengan Lee Min Hwa, gadis kecil dengan gelar gongju yang masih  bersedih karena kematian mendadak sang ibu. Dulu di satu minggu pertama meninggalnya Ratu Kim, Min Hwa mengurung diri di kediamannya, menolak bertemu dengan siapapun bahkan ayahnya sendiri, Raja Seojeong, hingga akhirnya Min Hwa mau membuka diri hanya untuk Hwa Young yang memang selalu menemaninya bahkan sejak ia masih kecil, itulah kenapa Hwa Young dan Putri Min Hwa amat dekat. Kedekatan mereka bahkan membuat Raja Seojeong kadang merasa iri, iri karena ia tidak bisa seperti Hwa Young amat dekat dengan anaknya padahal Putri Min Hwa adalah putri semata wayangnya dengan Ratu Kim.

"Hwa Young eonni!" panggil Putri Min Hwa antusias saat Hwa Young yang nampak keberatan dengan semua barang yang ia bawa memasuki pintu ruangan Putri Min hwa dengan sudah payah. Putri Min Hwa terkekeh kecil melihat tingkah sahabat ayahnya itu. Dalam hati ia berdoa, semoga ada keajaiban yang membuat gadis baik hati dengan hati sejernih air itu bisa menjadi istri ayahnya, bahkan tak apa jika hanya menjadi selir asalkan ia bisa menganggap Hwa Young selayaknya Ibunya, bukan lagi sebagai kakaknya seperti perintah dari sang ayah yang memintanya memperlakukan Hwa Young begitu.

Setelah selesai meletakkan semua barang-barang di hadapan Putri Min Hwa, Hwa Young menyeka keringat yang membanjiri pelipisnya, juga mulutnya sibuk mengomeli Putri Min Hwa, membuat gadis kecil itu tersenyum penuh arti.

Hwa Young eonni. Kau harus tetap semangat!

♚Moondust♚

Min Kyung Hee, gadis dari keluarga bangsawan yang merupakan putri tunggal menteri peperangan Min kini dibawa tandu menuju istana untuk memenuhi panggilan dari Ibu Suri Agung Baek, Kyung Hee bukannya bodoh karena ia tahu betul mengapa Ibu Suri Baek memanggilnya.

3 Bulan paska meninggalnya Ratu Kim yang merupakan sahabat dekatnya saat masih kecil masih menyisahkan luka mendalam dalam hatinya. Namun, ada perasaan lain yang membuatnya entah kenapa merasa lega. Perasaan yang seharunya tak boleh ia rasakan disaat-saat seperti ini, membuatnya merasa bersalah karena merasa bahagia saat seluruh negeri dirundung duka dengan mangkatnya Ratu yang amat mereka sayangi.

.

Min Kyung Hee kini menapakkan kakinya di istana. Kupu-kupu warna kuning langsung menyambut pemandangannya saat ia telah sepenuhnya keluar dari tandu yang membawanya. Ini pertama kalinya ia menginjakkan kakinya di istana setelah beberapa bulan yang lalu, saat ia menemani Raja Seojeong dan Ratu Kim sebagai rutinitas yang selalu ia lakukan. Setiap satu Bulan sekali, Kyung Hee selalu mengunjungi Ratu Kim di istana, tak aneh jika Ratu Kim juga mengajak Kyung Hee jika kebetulan pada hari itu ia tengah berjalan-jalan bersama Raja Seojeong.
Kembali ke masa kini. Saat ini, Kyung Hee tak luput matanya dari memandang kupu-kupu yang menari dengan cantiknya di sekitarnya, bergerak memutari tubuhnya lalu terbang menjauh seolah menuntun Kyung Hee untuk mengikutinya ke suatu tempat.

Kyung Hee yang terpesona dengan keberadaan kupu-kupu itu mengikuti gerakannya, meninggalkan pelayan setianya juga dayang yang diutus Ibu Suri Agung Baek untuk menjemputnya. Seolah tersihir, Kyung Hee dengan chima warna biru langitnya menyapu jalanan istana, menuju suatu tempat yang kian lama kian sepi, seolah jauh dari peradaban hidup manusia.

Kupu-kupu itu lantas berhenti, hinggap disalah satu bunga yang tumbuh di bawah pohon dekat paviliun.

Kyung Hee kini tersadar ia telah pergi terlalu jauh dari tempatnya.

"Dasar gadis bodoh yang tidak tahu malu!"

Umpatan penuh rasa kebencian barusan mengagetkannya, tak sadar, ia bergerak mencari dimana sumber suara itu berada. Setelah melangkah mendekati lapangan di belakang paviliun, Kyung Hee mendapati pemandangan menyedihkan di depannya.

[Discontinued] Moon DustTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang