Naruto & Pesta

4K 459 24
                                    


Seorang perempuan berdecak pelan, manik birunya menatap kesal pada seseorang yang duduk jauh di hadapannya, di dalam ruangan.

Bukan inginnya dia bisa sampai di acara seperti ini. Sumpah, dia sama sekali tidak suka dengan tempat ramai begini. Terlalu berisik dan penuh bau menyengat yang membuatnya sedikit mual.

" Ck, Sialan!" umpatnya kesal. Menggumam pelan betapa inginnya ia segera meninggalkan tempat ini dan kembali bergelung di bawah selimut tebalnya di rumah.

" Berhenti mengumpat dan nikmati saja pestanya," seseorang mendekat, membuatnya tersentak pelan.

Si gadis melirik. Kemudian menghembuskan nafas kasar begitu mendapati Shikamaru berdiri di sebelahnya dengan segelas martini.

" Nikmati saja sendiri," balasnya ketus. Kembali menyandarkan pinggang rampingnya pada pagar balkon rumah teman sekantornya.

" Ini memang pestaku. Tanpa kau suruh pun aku sudah menikmatinya sedari tadi."

" Berisik!" Naruto mendesis pelan. Shikamaru hanya memutar bola matanya bosan. Sudah terlalu biasa dengan si pirang yang judesnya minta ampun.

Laki- laki itu menyesap sedikit martini- nya dan menarik nafas panjang, " Tumben kau datang di acara begini. Ada yang menyeretmu?" tanyanya kemudian.

Naruto menoleh sebentar lantas melengos, melabuhkan pandangannya pada jalan raya yang semakin malam justru semakin ramai.

' Malam minggu. Pantas ramai,' pikirnya.

Shikamaru mendengus melihat reaksi sahabat pirangnya, dari gelagat yang ditunjukkan gadis itu jelas menunjukkan bahwa yang ia ucapkan adalah benar.

" Lalu ke mana alien yang sudah menyeretmu ke sini?"

" Mana kutahu," balas Naruto cepat.

Terkekeh pelan, Shikamaru menyahut," Jangan bohong. Kau sudah melihatnya tadi."

Si pirang mendengus. Mengerucutkan bibir kesal dengan kedua alis yang menukik lucu.

" Dia sedang berpesta," ujarnya sinis.

" Kau sedang cemburu?"

" Mana mungkin! Dia bukan pacarku!"

" Benarkah? Woaa, kupikir kalian malah sudah punya selusin anak," ledek Shikamaru kemudian menenggak habis minumannya.

" Kepalamu!"

Shikamaru tergelak.

Diliriknya gadis berambut pirang sepinggang yang berdiri di sampingnya. Gadis yang sudah seperti adiknya sendiri itu tampak mengumpat kesal sesekali menyebutkan nama seorang laki- laki yang telah membuatnya dalam kondisi menyebalkan seperti sekarang.

" Kubilang jangan mengumpat. Dan kenapa kau pakai celana panjang dan kemeja begitu? Ini pesta ulang tahunku, dan semua gadis di dalam sana memakai gaun seksi."

Naruto berdecak. " Aku sama sekali tidak niat datang kok," balasnya dengan senyum usil.

" Apaan?"

"Lalu si sok ganteng itu tiba- tiba datang ke markasku di lantai atas, mengganggu tidurku dan merengek tidak jelas. Berani sekali dia menyeretku ke kamar mandi. Benar- benar wajah jeleknya itu minta dipukuli," lanjut Naruto cepat. Dengan wajah yang kembali masam.

" Kau bilang jelek pun tetap saja kau jatuh cinta padanya. Cih!"

" Cerewet!"

" Ahh, kau benar- benar," Shikamaru mendengus. " Lagi pula kejam sekali tidak mau datang ke pesta ulang tahunku."

Naruto menoleh cepat.

" Aku akan datang kok. Tapi bukan di pesta begini."

" Ya, kau biasa mentraktirku ramen saat aku ulang tahun," pria bermata kuaci itu terkekeh kecil.

" Sebentar," Naruto berujar, meraih ponselnya dari saku celana.

" Sms? Dari siapa?"

" Si Teme," balasnya pendek.

Shikamaru mendengus geli. Pandangannya beralih pada pria di dalam ruangan yang kini melempar tatapan tajam padanya.

" Ck, merepotkan," gumam Naruto pelan.

" Hei-"

" Apa? Kau pikir kau saja yang boleh mengatakannya? Dasar pelit. Aku masuk," Naruto melangkahkan kakinya memasuki ruangan. Suara musik terdengar semakin jelas. Jeritan dan pekikan girang dari teman- teman wanitanya sedikit membuat telinganya berdenging. Membuat pening kembali menyerang kepalanya.

" Sasuke, ayo katakan padaku. Apa kau sudah menikah?" seorang gadis tampak berusaha mengalihkan perhatian pria di hadapannya dari ponsel.

" Kita sudah lama tidak bertemu. Apa kau sudah memiliki kekasih?" tanya Karin lagi. Ino mengangguk antusias. Benar- benar ingin tahu banyak hal tentang idola SMA mereka dulu.

Pria yang dengan kurang ajar membuat banyak gadis patah hati dan herannya tetap saja banyak yang naksir padanya. Laki- laki ini jelas semakin mempesona.

Sementara di belakang mereka, Naruto melihat lagi ponselnya saat benda persegi berwarna orange itu kembali bergetar. Menunjukkan sebuah notifikasi pesan masuk.

Lama ia mengerutkan kening, beberapa saat kemudian kedua netranya membola.

" Chk, benar- benar. Aku cuma ingin cepat pulang kenapa malah begini," gerutunya kesal.

Wanita berambut blonde itu lekas memasukkan ponselnya kembali ke saku celana. Kemudian meraih rambutnya yang tergerai dan mengikatnya menjadi satu di kepala belakang, memperlihatkan kulit lehernya yang membuat seorang pria mengumpat kesal karenanya.

" I'm sorry, ladies," ujarnya pada kedua gadis yang tidak ia tahu namanya. Ia tidak sekolah di jepang ketika SMA.

Karin dan Ino menoleh cepat, mengerutkan kening begitu mendapati seorang wanita yang tidak mereka kenal. Gadis tomboy yang dengan percaya diri datang ke sebuah pesta dengan kemeja dan celana panjang. Manis sih. Tapi kan ... salah tempat sekali.

" Siapa kau?" tanya Ino, tak mampu menahan rasa penasaran.

Tak berniat membalas, Naruto justru melangkah mendekati sofa di mana seorang pria tengah duduk tenang menatapnya.

Kedua gadis itu melotot kaget ketika melihat wanita bersurai pirang itu duduk di pangkuan Sasuke dan lantas memagut bibir pria itu lembut selama beberapa detik.

" Sudah kulakukan, jadi ayo pulang," rengek Naruto. Di balas senyuman kecil dari sasuke.

" Seharusnya kau tidak menggelung rambutmu begini. Kau pikir aku suka saat istriku jadi perhatian banyak pria, Dasar bandel," pria itu melepas kuncir rambut Naruto. Membiarkan rambut berwarna pirang mengkilap itu kembali tergerai.

Naruto memutar kedua bola matanya bosan. wanita itu lantas berdiri dan meraih telapak tangan besar suaminya. Menggenggam erat.

" Ayo pulang," erangnya lagi dengan muka kusut.

Sasuke mendengus geli dengan tingkah istrinya. Naruto memang tidak bisa disatukan dengan acara seperti ini.

" Jadi kalian benar- benar tega akan meninggalkan pestaku yang baru selesai satu jam ke depan?" tanya Shikamaru, mengabaikan dua gadis yang menatap Naruto dengan mata melotot dan mulut menganga. Membuatnya ingin tergelak.

" Besok, jam sepuluh di kedai paman Teuchi, oke?" Naruto melangkah meninggalkan pria berkuncir itu disertai seretan maut pada suaminya.

" Pelan- pelan saja, Sayang."

" Diam, Teme!"

" Galaknya."

Shikamaru terkekeh. Naruto dan pesta memang tidak bisa disatukan.

END

Be Everything I wantWhere stories live. Discover now