Goukon

4.3K 487 34
                                    

Disclaimer : Masashi kishimoto
Warn : AU, GS, OOC, Typo

Cerita ini dibuat semata- mata hanya untuk hiburan ..dan tidak bermaksud untuk menjatuhkan salah satu karakter.

Happy Reading ~
..
..
Naruto menatap kalem segelas ocha yang baru saja diletakkan di atas meja pendek, tepat di depannya, berikut sepiring besar shusi dan tempura menyusul dan diletakkan di bagian tengah meja persegi panjang di salah satu bilik rumah makan sederhana di dekat SMA nya.
Dua pemuda di depannya duduk bersimpuh, sama seperti posisi duduknya dan kedua teman perempuannya yang ada di sebelah kiri. Seorang pemuda lagi di bagian paling ujung dekat pintu, duduk bersila seraya mengetukkan jemarinya malas ke atas permukaan meja, seolah tak mengenal sopan santun.

Dalam hati Naruto memaki.
Mimpi apa semalam sampai- sampai ia diseret paksa oleh kedua teman sekelasnya, Sakura dan Ino untuk mengikuti acara kencan buta mereka. Apa sih itu istilah kerennya?

Naruto mengerutkan kening. Mencoba mengingat sebuah kata yang pernah didengarnya.

' Goukon? Ah, ya, Goukon,' batinnya.

Disertai iming- iming akan bertemu dengan pemuda paling ganteng, seksi, berotak encer, ganteng, dan berdompet tebal dari SMA tetangga, sebuah sekolah menengah yang Naruto tahu dikhususkan untuk siswa berjenis kelamin laki- laki. Oh, tunggu! Dia menyebut ganteng dua kali?

Naruto mendengus.

Ia tak perlu melirik siapa yang duduk paling ujung di dekat pintu. Sama sekali tidak perlu.

Sasuke Uchiha.

Tidak ada yang tidak mengenalnya. Dia pemuda populer, Naruto tahu. Wajahnya ganteng dan punya tingkat intelligence tinggi, katanya. Yah, Sakura benar. Pemuda dengan marga Uchiha satu ini memang pantas menjadi incaran utama gadis- gadis yang mengenalnya.

Tapi demi Tuhan, Naruto sama sekali tidak ingin ikut acara goukon atau apalah ini. Dia hanya ingin cepat- cepat pulang dan meminta saudara angkatnya, Utakata, untuk menemaninya membeli ponsel baru. Kalau bukan karena kekasih brengseknya yang dengan kurang ajar melempar si ponsel malang ke atas aspal di depan rumahnya senja kemarin, ia tidak akan sudi pergi ke counter besar untuk memilih ponsel dengan merk yang bejibun banyaknya.

Ahh, ia cukup menyayangkan ratusan foto yang belum sempat di simpannya ke memory card. Dan itu benar- benar membuatnya kesal hingga rasanya ingin menjambak rambut kekasih brengseknya.

Naruto beringsut, menyamankan duduknya dan menegakkan tubuh.
Menatap pemuda berambut jabrik di depannya. Wajah bengal pemuda itu bergerak miring saat memperhatikan wajahnya lekat.

" Aku seperti pernah melihatmu," ujarnya memecah keheningan.

" Serius," lanjutnya menegaskan.

Naruto diam sejenak.

" Benarkah?" balasnya kemudian membuka suara dengan nada malas.
Ohh, man. Dia benar- benar ingin cepat keluar dari tempat sempit ini. Bahkan kakinya mulai kesemutan.

Pemuda itu mengangguk dengan kening berkerut. Mencoba mengingat- ingat sesuatu.
Naruto bisa mendengar kedua teman perempuannya juga mulai bersuara. Mencoba mencairkan suasana yang terasa tidak nyaman karena pemuda paling ujung itu belum juga bersedia menyumbangkan suaranya dan malah mengedarkan mata ke sekeliling ruangan dengan malas dan tampang kusut.

" Sungguh, aku pernah melihatmu," si jabrik kembali membuka suara.

' Oh, masih belum ingat?' batin Naruto malas.

" Di layar ponsel seseorang. Aduhh, siapa ya?" pemuda berkulit pucat itu masih terus berusaha mengingat dengan otak payahnya yang nyaris tidak bisa diajak bekerja sama.

Be Everything I wantWhere stories live. Discover now