1 | Unpredictable

4.6K 285 44
                                    

Oktober, 2017
17:45 KST

Matahari telah hampir masuk ke dalam peraduannya. Dengan amat perlahan, menurutkan perintah dari alam, ia berangsur turun. Cahaya merah telah mulai terbentang di ufuk barat, dan bayangannya tampak mengindahkan seluruh bangunan-bangunan besar di setiap sisi kota.

Di waktu senja demikian, kota Seoul masih kelihatan hidup. Kepanasan dan kelelahan orang akibat bekerja dari pagi hingga siang, apabila telah sore di obati dengan menyaksikan indahnya warna langit saat matahari terbenam.

Hari hujan juga, mula-mula mereka sangka akan lekas redanya, rupanya hujan yang tak diikuti angin kerap lama sekali redanya. Sehingga bermenunglah seorang wanita yang sedang terduduk di dalam sebuah toko roti, melihat dari balik jendela kaca berukuran besar, titik-titik air dari atas ke tanah, menembusi pasir halaman yang terkumpul.

Kepulan asap dari hasil panggangan roti dan aroma khasnya tidak membuat wanita berumur sekitar 25 tahun itu barang sedikitpun mengalihkan tatapan kosongnya ke luar jendela. Dalam renungnya itu, berjalanlah pikirannya kian kesana kemari.

Ia teringat bagaimana 30 menit yang lalu ia masih duduk bersama seseorang, teringat wajahnya, cara bagaimana ia memanggil namanya, teringat setiap perkataannya yang mengeluarkan pujian dan sanjungan sampai akhirnya sebuah perkataan yang ia lontarkan berhasil menohok masuk dalam ke dasar hatinya.

"Kita sudahi saja sampai disini. Kau tahu eomma ku tidak menyukaimu. Hubungan kita tidak akan pernah berjalan lancar."

Sudah lama dia menunggu-nunggu suatu kalimat saja pun cukuplah, membayar semua harapan dirinya akan seseorang yang sudah bersama menemaninya selama 4 tahun belakangan ini. Baik tepat ataupun berupa sindiran, yang dapat dipegangnya, cukuplah kalimat itu baginya. Tetapi, cinta pertama adalah langkah bermula dari penghidupan.

"Bersabarlah Sana, tidak semua kecewa akan bertahan selamanya, karena badai terburuk pun akhirnya pasti akan reda. Lupakan namja brengsek sepertinya dan kau akan baik-baik saja."

Sana mengusap air mata yang menerobos begitu saja dari ujung matanya, ia mengambil gelas yang terisi penuh ice green tea latte dan meminumnya habis dalam sekali teguk meskipun cuaca di luar sama dinginnya dengan hatinya saat ini.

Setelah menyimpan gelasnya di atas meja dengan sedikit keras, Sana bangkit dari duduknya berjalan ke pintu keluar dengan bunyi gemeretak bongkahan es dalam mulutnya. Tidak peduli dengan orang di sekeliling yang terus memandanginya, Sana hanya terus berjalan meninggalkan toko tersebut.

22:00 KST

Hujan yang turun saat itu, perlahan mulai mereda seiring dengan hari yang semakin larut. Pun itu tidak membuat Sana segera pulang untuk beristirahat. Wanita yang baru saja patah hati itu kini sudah hilang kesadarannya akibat beberapa botol minuman beralkohol -soju- yang diminumnya.

"Kau tidak akan baik-baik sajaaaaaaiingggg..." ucapnya merengek sesekali.

"4 tahun? 4 tahun pantat panci gosong! Namja tetap saja brengsek! Mark Tuan kau brengsek! Yaaa yeorobun~ kalian semua harus berhati-hati dengan mereka! Lihat saja, aku akan jauh lebih kaya darimu bajingan!" sambungnya berteriak membuat aneh sekitarnya.

Duduk seorang diri seperti itu, terlihat sekali Sana baru saja dicampakkan. Terkadang ia menangis tapi sesekali juga ia tertawa meratapi nasibnya.

Setelah merasa cukup, Sana berjalan gontai menuju terminal bus untuk kembali ke flat. Tidak harus menungggu lama, bus yang di nantinya pun datang. Sana duduk di barisan depan dekat jendela menatap keluar suasana kota Seoul pada malam hari.

Sana berusaha memikirkan kenapa semuanya jadi berantakan. Ia sudah bersama pria bernama Mark itu selama 4 tahun, semuanya berjalan baik selama ini. Mereka saling mencintai dan mengasihi, memang ada satu orang yang menentang hubungan mereka hanya karena Sana yang bukan berasal dari keluarga berada. Tidak seperti mantan kekasihnya itu, semua keluarga termasuk dirinya adalah keluarga dokter. Sangat jauh bila di bandingkan dengan keluarga Sana yang hanya bertani sayuran di Jepang.

ANAGATA. (Completed) Where stories live. Discover now