17 | Remember

984 165 21
                                    

12:00 KST

"Dimana aku?"

"Yah! Jeon Jungkook!"

Jungkook mengedarkan pandangannya untuk mencari sumber suara. Punggungnya terasa sakit ketika ia mencoba bangun, Jungkook menduga-duga sudah berapa lama dirinya tertidur dengan posisinya yang sekarang? Sambil memukul pelan punggungnya yang sakit, mata Jungkook menyipit begitu menemukan Wonwoo berjalan mendekatinya.

"Apa tidur sudah menjadi keharusan bagimu? Apa tidak ada hal lain yang bisa kau lakukan selain tidur?" tanya Wonwoo.

Ini sedikit aneh, sejak kapan seorang Jeon Wonwoo mau berbicara padanya? Atau ada hal lain yang akan Wonwoo lakukan pada Jungkook?

"Yah, kau menangis?"

"Ne?"

"Airmata," ucap Wonwoo memberi tahu Jungkook bahwa ia baru saja meneteskan airmata. "Ck, aneh."

Jungkook yang terheran langsung saja mengusap airmata di pipinya, ia tidak tahu karena alasan apa cairan bening itu sudah terjatuh begitu saja. Jungkook berada di tempat ini sekarang saja, pria itu tidak tahu alasannya mengapa.

Setelah mengusap pipinya Jungkook kembali menetralkan ekspresi wajahnya sedatar mungkin dan menatap Wonwoo heran. "Waeyo? Kau menemuiku?" tanya Jungkook.

Wonwoo mengerutkan keningnya, ia duduk santai sebelah Jungkook merangkul dan menatap saudaranya itu lekat. "Yah, Kau tahu? Mendekatimu seperti ini dan duduk bersamamu saja aku sudah menahan malu." bisik Wonwoo.

Jungkook sudah menduga hal ini. Sesaat tadi, aneh jika Jeon Wonwoo bersikap baik dan peduli dengannya, pria itu tak pernah mau mengakui Jungkook sebagai saudaranya.

"Jika semua orang tahu bahwa aku memiliki saudara sepertimu? Apa mereka masih akan menganggapku waras? Aku kemari hanya untuk memberitahumu, untuk kesekian kalinya jangan pernah berbicara padaku selain di rumah." ucap Wonwoo penuh penekanan di akhir kalimat.

Jungkook hanya terdiam, ia sendiri masih bingung kesalahan apa yang sudah ia lakukan sehingga Wonwoo berbicara seperti ini padanya. Seperti orang linglung Jungkook hanya mendengarnya kali ini.

"Kita tidak pernah mengenal satu sama lain disini. Kau mengerti? Freak." sambung Wonwoo menegaskan. Ia sedikit mendorong tubuh Jungkook dengan rangkulannya lalu pergi setelah selesai.

Jungkook tahu, tidak akan pernah ada yang berubah darinya. Semua orang masih menganggapnya aneh, remeh dan sakit. Siapapun akan mengenal Jeon Wonwoo, tapi Jeon Jungkook? Nama itu hanya setitik kecil dari sebuah buku yang tercetak di akhir halaman dimana tidak ada seorangpun yang akan menghiraukannya.

Hanya satu orang yang peduli dan memperlakukan Jungkook seperti manusia normal. Tidak dengan bibi Jeon, wanita paruh baya itu sudah baik mau menerima dan mengurusnya. Hanya saja ia mengurus Jungkook bagaikan seseorang yang benar-benar sakit dengan gangguan jiwa.

Orang tersebut adalah Sana. Ya, Minatozaki Sana. Sebenarnya Jungkook sedari tadi bertanya-tanya, mengapa ia bisa berada di tempat yang bahkan tidak pernah terbayangkan olehnya untuk pergi bahkan hanya untuk menyendiri sekalipun.

Jungkook kembali menggunakan penutup kepala dari hoodie hitam kebesarannya. Seolah sudah merasa aman ketika memakainya ia bangkit membawa tas di punggungnya.

Sepanjang koridor Jungkook berjalan seraya menundukan kepalanya, menghindari kontak mata dari setiap orang yang menatapnya aneh. Ia sungguh tidak menyukai tempat ini.

Sambil berpikir kemana ia harus mencari Sana, Jungkook mengingat kembali apa yang ia lakukan terakhir kali bersama yeoja yang ia cintai itu. Yang ia ingat adalah sebuah kecelakaan dan Sana yang menangis tersedu-sedu seraya berlarian kecil mengengam tangannya erat.

ANAGATA. (Completed) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang