15 | Shadow of life pt.2

1K 151 22
                                    

10:15 KST

Sana bangkit mengambil seribu langkah menuruni tangga menuju sumber suara yang baru saja didengarnya. Ingin membuktikan kalau apa yang baru saja masuk ke indera pendengarannya bukanlah halusinasi semata.

Langkah Sana melambat begitu sesosok pria berdiri dengan punggung lebarnya, membelakangi Sana sedang melakukan kegiatan dapur. Semakin dekat Sana bisa merasakan aroma mint dari tubuhnya yang khas di pagi hari.

"O..oppa," panggil Sana lirih.

Pria itu melepaskan sarung tangan yang sebelumnya ia gunakan untuk membersihkan peralatan dapur, dan berbalik arah pada Sana yang terkejut menatapnya.

Pria itu melepaskan sarung tangan yang sebelumnya ia gunakan untuk membersihkan peralatan dapur, dan berbalik arah pada Sana yang terkejut menatapnya

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

"Kau sudah bangun? Yah, bagaimna bisa seseorang yang sedang berulang tahun bangun terlambat seperti ini?" ujarnya seraya tersenyum pada Sana. Senyum yang paling ia rindukan selama ini.

"Oppa," tiada kata lain yang dapat Sana keluarkan. Matanya berkaca-kaca lalu meneteskan airmata pertamanya ketika ia mengeluarkan kata tersebut.

Yuta terheran dengan Sana yang tiba-tiba saja menangis, ia berjalan ke arah Sana dan menyentuh kedua pundaknya lembut, "Yah, mengapa kau menangis?"

Seketika langsung Sana menarik tubuh Yuta kedalam pelukannya. Di peluknya erat pinggul Yuta dengan kedua tangannya seolah tidak membiarkan pria itu pergi lagi dari hidupnya.

"Yah, wae geurae? Jika kau melakukan ini hanya karena menginginkan sesuatu lebih baik katakan. Oppa tidak terbiasa dengan ini, kau sudah cukup dewasa Sana-ya." ucap Yuta yang mungkin kini kedua pipinya sudah memerah karena merasakan sesuatu dari Sana.

"Oppa, jangan pergi." ucap Sana sesenggukan.

Yuta menautkan alisnya bingung, "Ne?"

"Aku tidak butuh apapun, yang aku mau kau tidak pergi dan tetap bersamaku. Jebal."

"Mwoya? Memangnya kemana aku akan pergi? Apa aku baru saja mendapat lotre liburan ke luar negeri dan kau tidak memberitahuku? Selain ke rumah sakit dan kampus, oppa tidak bisa pergi ke tempat lain. Oppa terlalu sibuk. Maka dari itu berhentilah menangis, eung? Kau sedikit aneh pagi ini." ujar Yuta tersenyum gemas seraya mengelus kepala Sana.

----
"Oppa, ireona. Cepatlah bangun, kau tidak sekolah? Cepat bangun, Jungkook oppa! Isshhh!"

Jungkook membuka matanya seketika, ia mengedarkan pandangannya ke setiap sudut ruangan dan tidak menemukan siapapun. Suara tadi itu cukup terdengar nyata untuk sebuah mimpi. Sudah lama ia tidak bermimpi bertemu dengan Eunha nya.

Brak!!

Seketika pintu terbuka dan memperlihatkan Eunha membawa satu ember penuh berisikan air, bersiap untuk menyiram Jungkook agar terbangun. "Oppa!"

Jungkook terhentak, seketika saja ia terbangun duduk dan membuka matanya lebar-lebar begitu melihat Eunha berdiri menahan berat tidak jauh darinya. "O, kau sudah bangun rupanya." ucap Eunha menyimpan embernya dan berjalan mendekati Jungkook.

ANAGATA. (Completed) Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt