12 | Suspicion in life

961 176 30
                                    

10:00 KST

Jantungnya berdebar kencang begitu secarik kertas berisikan beberapa angka acak berada di genggamannya. Ditatapnya lekat deretan angka tersebut, mengira-ngira apa yang akan terjadi jika ia melakukan sebuah panggilan dari ponselnya.

Sudah yang kesekian kalinya Sana meneguk air mineral yang di berikan Jiro sejak kedatangannya. Kini air itu semakin berkurang karena kegugupan Sana akan nomor telepon itu.

"Jadi kau akan menghubunginya atau tidak?" ujar Jiro kesal. "Ahh membuatku menunggu saja." sambungnya.

Sana mengambil lengan Jiro dan meletakannya di atas dada Sana membiarkan adik nya yang bertambah dewasa itu merasakan detak jantungnya yang meningkat. "Jiro-ya, kau bisa merasakannya bukan?"

"Noona! Mwohae?! Meskipun aku adikmu, aku ini tetap seorang lelaki!" ujar Jiro cepat menarik lengannya dan merasakan pipinya yang memerah.

"Tapi Jiro-ya, apa menurutmu dia akan mengangkatnya?"

"Kita tidak akan tahu sebelum mencobanya."

"Ahh kau benar."

Sana mengambil ponselnya yang sedari tadi tergeletak di atas meja dan menekan layar ponselnya, ia memasukan sederet angka sebelum menekan tombol hijau bergambar telepon disana.

Sana menunggu panggilan tersebut terhubung seraya memperhatikan Jiro yang menatapnya meyakinkan bahwa yang di lakukan Sana sudah benar. Suara khas yang menunjukan panggilan telah terhubung terdengar memasuki telinga Sana, sekali dua kali belum ada jawaban sampai untuk yang kesekian kalinya suara lembut seseorang menjawab panggilan tersebut.

"Yeoboseyo?"

Mata Sana membulat mampu membuat Jiro melakukan hal yang sama, "Wae? Wae?" tanya Jiro menggerakkan mulutnya tanpa mengeluarkan suara.

"Yeoja." balas Sana melakukan hal yang Sama menunjuk ponselnya.

"Yeoboseyo? Chogiyo, nuguseyo?" tanya seseorang di seberang sana sekali lagi.

Sana mengerutkan keningnya merasa tidak asing dengan suara yang di dengarnya. Jiro yang menyadari ekspresi Sana ikut penasaran apa yang sebenarnya kakak nya ini pikirkan.

"Chou Tzuyu?" pekik Sana.

----
12:00 KST

Tepatnya sudah 30 menit ia duduk disini, di sebuah cafe kecil di pinggir jalan, menunggu seseorang yang tidak di sangka datang dan menuntut penjelasan darinya.

Green tea latte, minuman kesukaannya tinggal tersisa setengah dari gelasnya dan hampir habis, ia meminumnya karena rasa gugup yang terus saja mendera dan membuat tenggorokannya kering meminta sesuatu untuk di minum.

Sana melihat jam tangannya sesekali dan memperhatikan sekeliling, sudut matanya menangkap sosok wanita tinggi berambut panjang bergelombang yang sedang berjalan anggun memasuki cafe.

Sana mengangkat tangannya tinggi-tinggi memberi isyarat tentang keberadaan dirinya. Tzuyu berjalan semakin mendekat ke arah meja Sana dan duduk di hadapannya. Keduanya saling melempar senyum sampai tidak ada satupun dari mereka yang berbicara.

Entah harus dimulai dari mana Sana sendiri bingung, di tambah Tzuyu yang sedari tadi memperhatikan Sana menambah beban besar bagi Sana.

"Hai, b..bagaimana kabarmu?" ucap Sana meretas keheningan.

"Apa kau tidak akan bertanya mengapa aku bisa mengenal Yuta oppa?" ucap Tzuyu kemudian membuat Sana membulatkan matanya. "Oppa orang yang baik, semua orang suka padanya."

ANAGATA. (Completed) Where stories live. Discover now