8 | Case

1.1K 175 14
                                    

15:00 KST

Rintik hujan perlahan perlahan-lahan turun membasahi tanah, mengeluarkan aroma khas menenangkan saat menciumnya. Sana berlari melewati jalan, menembus hujan yang mulai lebat.

Setelah berhasil menepi dan berteduh di lobby utama rumah sakit, Sana menepuk-nepuk rambut serta pundaknya yang basah terkena air hujan di beberapa bagian. Ia menengadah ke atas, memandang langit gelap yang terus saja menjatuhkan rintik hujan seolah mencelanya di setiap kali dirinya sedang bersedih.

Sana hendak masuk melangkahkan kakinya sebelum segerombolan orang berpakaian putih berlarian ke luar menembus hujan yang turun. Di belakangnya menyusul seorang wanita paruh baya yang terlihat tidak asing bagi Sana.

Terlihat panik dan khawatir wanita paruh baya tersebut hendak berlari menyusul para perawat sebelumnya. Sana mulai menduga terjadi sesuatu yang buruk pada Jungkook kali ini. Untuk membuktikan kebenarannya, Sana refleks menyentuh lengan wanita tersebut mencegahnya untuk pergi.

"Nuguseyo? Bisa kau lepaskan aku?! Aku sedang terburu-buru sekarang!" ujarnya cepat dengan nada suara tinggi.

"Ahjumma, apa ada yang terjadi? Mengapa mereka berlarian ke luar di saat hujan seperti ini? Dimana Jungkook?" tanya Sana tidak peduli dengan perkataan bibi Jeon.

"Kau mengenalnya? Tolong! Tolong bantu kami! Jungkook kembali melarikan diri, kami sedang berusaha mencarinya sekarang! Tolong bantulah kami." ujar bibi Jeon yang sudah mengeluarkan air matanya.

Sana perlahan merenggangkan genggaman tangan nya, ia tidak percaya dan tidak mengerti dengan semuanya. Hatinya kembali merasakan sakit yang amat sangat mendengar keadaan Jungkook sekarang. Mengapa sampai terjadi hal seperti ini di saat Sana ingin membantu Jungkook melewatinya? Apa Sana sudah terlambat?

Dengan segera Sana kembali berlari di bawah rintik hujan yang deras bersamaan dengan bibi Jeon. Ia tidak pedulikan pakaiannya yang sudah basah dan bagaimana caranya ia pulang nanti, sekarang yang terpenting adalah dirinya bisa menemukan Jungkook.

Mereka menyebar berlarian ke sekitar rumah sakit untuk menemukan Jungkook. Sana bersama beberapa perawat rumah sakit mencarinya di sekitar belakang rumah sakit yang ditumbuhi dengan beberapa pohon besar.

"Jungkook! Jeon Jungkook!" teriak Sana menggelegar seraya mengedarkan pandangannya.

Tidak terdengar jawaban ataupun tanda-tanda keberadaan dari Jungkook. Sana kembali berlari kecil lebih dalam mencari Jungkook, langkahnya terhenti begitu ia mendengar suara seseorang yang menangis dari balik semak-semak gooseberry.

Sana perlahan berjalan mendekati sumber suara tersebut. Matanya membulat, mulutnya terbuka tidak percaya begitu ia menemukan Jungkook sedang duduk memeluk kakinya dan menangis sesenggukan menundukan kepalanya.

Mata Sana memanas melihat keadaan Jungkook, butiran-butiran air mata jatuh dari pelupuk matanya bersamaan dengan air hujan yang menutupinya. Perawat yang bersama dengan Sana bersiap untuk membawa Jungkook sebelum Sana mencegahnya, "Biar aku," ujar Sana berbisik.

Sana melangkahkan kakinya perlahan mendekati Jungkook, "Jungkook-ah," panggilnya lembut. Jungkook mengangkat kepalanya, matanya sudah sembab karena menangis seharian, tubuhnya bergetar akibat kedinginan, wajahnya berubah sedikit kurus dari biasanya dan Sana merasa sedih melihatnya.

"Aku terlambat," ujar Jungkook lirih. "Eunha sudah mati! Dia mati dan aku terlambat menyelamatkannya!" teriaknya.

Sana terdiam kembali menangis di balik tetesan air hujan yang menutupinya. "Jungkook-ah gwaenchana, Eunha baik-baik saja. Dia berada di rumah sakit sekarang. Kajja, dia menunggumu." ujar Sana mengulurkan tangannya.

ANAGATA. (Completed) Where stories live. Discover now