ANGEL - 5 ✔

5.3K 377 49
                                    

Seorang wanita tengah bergelayut manja di lengan kekasihnya. Dia sedang membujuk sang kekasih supaya menemaninya pergi.

"Baby, nanti anter aku ke salon yah."

"Nggak bisa Vel, gue ada kumpulan sama anak-anak," ucap kekasih si wanita itu masih dengan pandangan fokus ke handphonenya.

Veli cemberut. "Ih kok gitu sih Baby."

"Lain kali aja ya."

"Nggak mau! Aku maunya nanti. Ini rambut aku butuh perawatan, masa kamu lebih mentingin teman-teman kamu daripada aku sih, kamu jahat!"

Alvaro menghembuskan napasnya perlahan. "Tapi aku nggak bisa kalo hari ini Vel, lagian masa harus terus-terusan izin sama anak-anak, padahal minggu kemarin aku izin. Itu juga kan buat nemenin kamu jalan," jawab Varo dengan lembut, sesekali tangannya mengelus rambut sang kekasih dengan sayang. Sungguh, Alvaro kembali jatuh cinta kepada mantan kekasihnya ini.

Velicia masih saja merengek, membuat Alvaro mengusap wajahnya dengan kasar. "Vel,
kamu bisakan ajak temen kamu. Aku oke sih kalo cuma buat nganter kamu, tapi aku nggak bisa nemenin. Gimana?"

"Enggak Var, kamu ngertiin aku dikit deh! terus aja kamu mentingin bola basket kamu
daripada pacar kamu sendiri."

"Bukan gitu Vel...."

"Terus gimana?" bentak Veli.

"Vel, please ngertiin gue."

Veli melepaskan tangannya yang semula bergelayut manja di lengan Alvaro. Ia kesal! Sikap
Alvaro dari dulu memang seperti ini, tak berubah. Selalu saja dirinya di nomor duakan
setelah Club basketnya.

Velicia memutar bola matanya. "Kamu tuh egois Var!"

"Bukan gitu sayang...."

"Udahlah, bete!"

Alvaro yang sudah merasa kesal dengan tingkat wanita di handapannya pun berkata. "Vel!
Lo kenapa sih? Buang sifat manja lo! Lo bisa sendiri 'kan? Atau ajak temen lo, apa susahnya sih nurutin kata gue? Please, ngertiin gue. Gue janji besok gue jalan sama elo."

Veli mendesah, jawaban Alvaro selalu saja seperti itu. "Oke, kalo kamu nggak mau, aku bakalan ngajak Reno. Dia bakalan lebih mentingin aku daripada kesibukannya. Dia nggak bakalan kayak kamu yang selalu menjadikan aku nomor dua dari segala-galanya!" ucapnya
sambil menekankan nama mantan kekasihnya itu yang sontak membuat Alvaro marah besar.

Alasan berpalingnya dulu dari Alvaro memang gara-gara masalah sepele seperti ini. Tentang Alvaro yang cuek, yang selalu menomor duakannya.

Wanita itu butuh dimengerti. Memangnya ada yang mau punya pacar seperti Alvaro yang selalu menomor duakan kamu? Jawabannya pasti tidak bukan? Wanita itu selalu benar, dan dia selalu ingin menjadi nomor satu di atas segala-galanya.

"Oh, jadi masih ada Reno di hati lo? Terus, ngapain lo balik ke gue kalo lo masih cinta sama dia? Ngapain lo ngajak balik ke gue kalo di hati lo masih ada dia? Gue udah coba sabar buat lo! Gue udah coba buat lupain semuanya Vel. Gue udah coba buka hati gue buat lo, ngasih kesempatan lagi buat lo. Tapi elo? Kayaknya lo cuma mempermainkan gue. Lo kira gue itu apaan? Lo anggap gue apa heh? Bahan mainan yang bisa lo mainin sesuka hati lo? Kalo udah bosen ditinggal gitu aja? Gue manusia Vel! Gue masih punya hati! Dan GUE NYESEL
PERNAH KENAL SAMA ELO! Anggap aja semuanya nggak pernah terjadi," jelas Varo menggebu, kemudian berlalu meninggalkan Velicia yang kini menegang di tempat. Ia tak menyangka jika ucapannya bisa sefatal ini.

"Aduh ... salah ngomong gue," keluh Veli.

"Baby, maksud aku tuh bukan gitu." Veli mengejar laki-laki yang telah berjalan jauh dari dirinya.

Varo pun berhenti, membalikan badannya untuk menatap perempuan yang kini sudah
berstatus mantan kekasihnya untuk yang kedua kalinya. "Terus gimana? Jelasin ke gue!"

"Aku lebih sayang sama kamu daripada sama dia. Percaya deh sama aku," ucap Veli dengan
lirih, sesekali air matanya keluar membasahi pipi mulusnya.

"Gue nggak butuh air mata buaya lo!" Alvaro pun pergi meninggalkan Veli.

Veli berdecak kesal. "Lihat saja nanti Baby!"

---

"Itu muka atau bola kusut? Lecek amat!" celetuk Zio begitu Alvaro datang menghampirinya.

"Kenapa Lo?" tanya Dera.

"Putus lagi sama Veli?" lanjut Zio.

"Hm."

"Alhamdulillah...." ucap kedua sahabat Varo dengan kompak.

Alvaro mendengkus. "Temen dapet musibah malah Alhamdulillah. Temen macam apa kalian ini?"

Zio menggelengkan kepalanya. "Ini mah Good News Bro!"

---

Sherly yang sedang mendengarkan musik lewat laptopnya pun bersenandung pelan. Dia memutar soundtrack salah satu drama korea yang telah ditontonnya.

Eotteoke malhalkka
Neol joahandago
Geujeo baraman bwado
Nae gaseumi tto tteollyeoondago

Naege useo boimyeon
Nan naragandago
Sesang modeun yuchihan noraedo
Modu nae mam gatdago

Haru jongil ni saenggage
Dugeungeorineun haengbokan sangsangdeul
Oneul gateun bam kkumkkwotdeon sigan
Modu nae mame dameullae

Haetsari joeun nal anin nal
Iyu eopsi manyang geunyang seulpeun nal
Geudae sonjabajulge
Ije nae mam deureobwa

Tiba-tiba lagu yang sedang didengarnya terhenti, matanya yang semula fokus menatap layar handphonenya kini mendelik ke arah Kakak laki-lakinya yang sedang nyengir.

"Ck, Bang! apaan sih lo maen dimatiin segala, pewe nih."

"Jalan yuk," ajak Alvaro yang kini sudah membaringkan tubuhnya di samping sang adik.

"Dih apaan, ogah banget gue. Meskipun gue jones, tapi sorry sorry aja ya, gue gak mau jalan
sama elo."

Alvaro menaikan sebelah alisnya. "Apaan tuh Jones?"

"Jomblo Happiness dong."

"Pake dong gitu? Kirain jomblo ngenes. Gue traktir deh Ly, gue bosen nih di rumah."

"Dih, elo aja yang ngenes, gue enggak. Ogah, ajak si dua kampret aja noh."

"Mereka lagi pada sibuk katanya," jawab Varo berbohong, padahal dirinya pun tak mengetahui keberadaan dua sahabatnya itu sedang apa dan di mana.

"Halah sok sibuk!"

"Lo juga."

Lyly tertawa kecil. "Gue bukan sibuk sih Bang, temen gue bakalan main ke sini."

"Vivi sama Ray?"

Lyly mengangguk mengiyakan.

"Emang lo nggak bosen apa temenan sama mereka terus?"

"Suka-suka gue dong," ucap Lyly kemudian beranjak keluar dari kamarnya, karena bel
rumahnya berbunyi.

---

27 Oktober 2017
Ekapertiwi

ANGELWhere stories live. Discover now