ANGEL - 21

3.7K 231 1
                                    

"Kenapa sih Var, lo dari tadi nengokin handphone terus?" tanya Zio yang merasa pusing dengan tingkah sahabatnya.

"Hah? Oh ini gue lagi nunggu balesan Sandra."

"Elah ... dicampakan lo ya," ledek Zio.

"Sorry, gak ada kamus gitu di hidup gue."

"Betul, gak ada kata dicampakan tapi langsung ditolak," sahut Dera membuat Zio terbahak, sedangkan Alvaro hanya mendengkus menyaksikan kedua temannya yang sedang menertawakan dirinya.

Malam ini, mereka bertiga sedang berkumpul di rumah Alvaro, malam mingguan....

"Ly!" seru Varo ketika melihat sang adik yang baru turun dari tangga.

"Apa?"

"Lo lagi chatan sama Sandra gak?"

"Enggak, emang ngapa?"

"Gak papa," jawab Varo.

"Itu Abang lo galau karena dicampakan sang pujaan hati," timpal Zio membuat Lyly mengerutkan kening.

"Maksud lo?"

"Udahlah bocah gak perlu tau," sahut Alvaro.

"Idih, mbong lo ya!"

"Apaan tuh mbong?" tanya Zio.

"Sombong huh," jawab Lyly sambil berlalu.

"Apa gue harus susulin ke rumahnya ya?" gumam Varo yang kemudian ditertawakan kembali oleh kedua temannya.

"Posesif banget yes, padahal pacar juga bukan," ucap Zio kemudian membekap mulutnya menahan tawa.

Alvaro berdecak. "Mblo emang gak tahu gimana rasanya jatuh cinta."

"Jadi, sejak kapan lo gak jomblo?" tanya Dera dengan santai membuat tawa Zio meledak kembali.

Handphone Alvaro bergetar membuat si empunya dengan semangat merogoh handphone yang ada di sakunya. Seketika ia kembali memasang wajah lesu kala yang menelponnya adalah Fauzan.

"Hallo Mas...."

---

Sandra terbangun dari tidurnya karena handphonenya yang terus berdering. Ia menggeliat, lalu tangannya meraba nakas yang berada di samping tempat tidur.

"Hallo," ucapnya tanpa melihat identitas yang menelponnya.

"Kemana aja sih?" tanya seseorang dengan nada kesal.

Sandra membuka matanya, suara yang sangat familiar...

"Shit!" umpatnya pelan, lalu memutuskan sambungan telponnya.

Sandra pun bangun dari tidurnya kemudian pergi ke lantai bawah setelah sebelumnya mencuci muka. Dilihatnya, manusia yang sedang dihindarinya sedang berbincang dengan ibunya. Sandra mendengkus, kemudian melangkahkan kakinya menuju dapur, haus....

Alvaro yang melihat Sandra yang baru turun dari tangga pun berseru, "Sand!"

Tetapi sayangnya, karena Sandra mengacuhkannya.

"Kalian kenapa? Lagi berantem?" tanya Giovani kala melihat sikap putrinya.

"Enggak kok Mi, Sandranya aja tuh," adu Alvaro membuat Gio menggelengkan kepalanya. "Ya udah, Mami ke dapur dulu ya. Sarapan di sini ya Var!"

"Siap Mi!"

Gio pun pergi ke dapur untuk membuat sarapan sekaligus memanggil putrinya. "Tuh Varonya kenapa di cuekin Dra?"

"Biarin aja ah Mi."

"Loh, kalian berantem?"

"Gak tahu," jawab Sandra sambil berlalu.

Kali ini panggilan Varo membuat Sandra berhenti. "Sini," ajak Varo sambil menepuk sofa di sampingnya.

Sandra mendengkus, tetapi tak urung menuruti ucapan kakak dari sahabatnya itu.

"Gak sibuk sekarang mah?" tanya Sandra begitu ia mendudukan bokongnya di samping Alvaro.

"Sibuk apaan?"

Sandra mengangkat bahunya acuh. "Ya kali aja."

"Sumpah Sand, gue gak ngerti lo ngomong apa. Jangan ngambek dong."

"Siapa yang ngambek, onta?!"

"Tuh kan, akutuh gak bisa diginiin," ucap Alvaro dramatis.

"Lebay lo!"

"Cerita sama Abang, kamu kenapa?"

"Jangan sok manis deh lo Bang. Sebel gue."

"Ya elah neng, Abang serius ini."

"Bomat."

"Serius loh ini."

"Iya terserah kok."

"Jangan marah ih kenapa sih? Nanti kita jalan deh, Abang traktir."

"Enggak! Gue gak mau. Ntar lo sibuk lagi."

"Sumpah ya, gue gak ngerti! Sibuk apaan?"

"Inget-inget aja sendiri."

"Sand...."

"Apa?!"

"Kamu kenapa?"

"Kenapa apanya?"

"Itunya."

"Heh, apaan, onta?!"

"Gak ada manis-manisnya deh tuh mulut. Sumpah."

"Gue udah manis, kalo tambah manis ntar lo diabetes."

Alvaro mendengkus. "Ya deh, ngambek kenapa sih? Dari malem di telepon gak bisa, di sms gak di bales, apa sih maumu?"

"Takut Abang sibuk."

"Sumpah ya! Aarghhh.. sibuk apaan sih gue."

"Pacaran kali."

"Pacaran?" ucapnya kemudian terbahak. "Ya kali gue pacaran sama setan."

"Gak lucu!"

"Sand ih, kamu kenapa?"

"Kamu yang kenapa? Bilangnya sibuk, eh taunya jalan ... sama cewek pula."

"Jalan? Sama cewek? Gue?" tanya Alvaro sambil menunjuk dirinya sendiri 

"Kapan sih." Alvaro terdiam, ia memikirkan ucapan gadis di sampingnya. Seingatnya, ia tak pernah jalan dengan wanita mana pun selain Sandra.

Tetapi kemudian, ia terbahak membuat Sandra yang sedari tadi hanya mengamati pun bergidik ngeri. "Ngapa lo?"

"Jadi, lo cemburu ya beb?" ucap Varo di sela tawanya. "Itu gak seperti yang elo duga Sand, percaya deh."

Sandra mengangkat bahunya acuh. "I don’t care."

Alvaro berdehem, jika Sandra sudah irit bicara maka sudahlah....

"Jadi, kemarin tuh gue ada janji sama Mas Fauzan gitu, setelahnya gue keliling mall bentar mau nyari sepatu. Tapi di tengah jalan, gue ketemu sama Veli. Dia ngajak gue gitu, katanya dia sendiri. Dia mau ke toko buku waktu itu. Ya dan akhirnya gue jalan sama dia. Gak sengaja loh itu. Beneran deh."

----

21 April 2018
Ekapertiwi

ANGELWhere stories live. Discover now