ANGEL - 24

3.8K 233 1
                                    

Hari ini, Varo mengajak Sandra jalan. Setelah menghabiskan waktunya selama berjam-jam berkeliling di mall, akhirnya mereka pun mengunjungi restoran cepat saji untuk mengisi perut keroncongnya. 

Begitu Varo berpamitan untuk ke toilet sebentar dan meninggalkan Sandra sendirian, seorang perempuan beramput panjang yang memakai dress warna hitam pun menghampirinya.

Wanita itu berdehem, membuat Sandra mengalihkan perhatiannya dari smartphonenya.

"Sandra kan?" tanyanya dengan ramah.

Sandra tersenyum canggung. Ia ingat betul siapa perempuan yang sedang berdiri di depannya dengan senyum manisnya. Dalam hati Sandra berdecih. "Ular ini, pandai sekali dia berakting."

"Ya," jawab Sandra akhirnya.

"Boleh aku duduk?" pintanya yang langsung diangguki oleh Sandra. Sandra hanya ingin tahu, ada maksud apa wanita ini menghampirinya.

"Sendirian aja?"

"Nggak, gue dateng sama Varo."

"Oh iyakah? Terus Varonya ke mana?" tanya Velicia dengan genit. Sungguh, Sandra muak dengan wajah sok baik Velicia. Dia masih ingat, bagaimana songongnya kakak kelasnya ini padanya dulu.

"Toilet," jawab Sandra acuh.

"Kenalin, nama gue Veli. Velicia." Veli mengenalkan dirinya pada Sandra.

Sandra yang sedang memainkan ponselnya pun mendongak. "Oh iya, gue udah tahu."

"Oh ya?" tanya Veli yang kemudian mengangguk-anggukan kepalanya.

Sandra mengangguk. "Kita pernah ketemu juga sebelumnya, bahkan di sini."

"Eh, iyakah? Gue gak ingat sih, maaf," ucapnya masih dengan wajah sok manis seraya terkekeh pelan.

"Pacar Varo?" tanyanya tiba-tiba membuat Sandra mengerutkan kening. "Bukan."

"Ahhh, tapi ... Varo pernah nyatain perasaannya sama lo kan?"

"Kata siapa?" tanya Sandra dengan ketus membuat Velicia malah terkekeh. "Ternyata iya," gumamnya.

"Kalian memang mirip," ucapnya dengan acuh membuat Sandra tak mengerti. "Maksudnya?"

"Ya, lo dan mantan Varo," jawabnya seraya terkekeh. "Pantesan aja sih dia suka sama lo. Kalian mempunyai sikap yang sama."

"Ha?"

"Eh belum tahu ya, jika Varo punya mantan yang udah mati?" tanya Veli dibuat sok manis, tetapi matanya memandang Sandra dengan pandangan mengejek.

"Tahu kok," jawab Sandra dengan datar. Jujur saja, dia memang sudah tahu. Tapi, yang membuat dia terkejut, ternyata wanita yang bernama Veli juga tahu.

"Oh ya? Gimana rasanya? Sakit?" Velicia tertawa pelan.

Dalam lubuk hati Sandra yang paling dalam, dia sakit. Sangat. Sandra mengerti maksud ucapan Veli itu apa. Veli mengatakan jika Sandra dijadikan sebagai pelampiasan oleh Varo.

Tetapi sebagian hatinya menolak bernegative thinking. Tidak, selama ini Varo menyayanginya dengan tulus. Mana ada Varo menjadikannya sebagai pelampiasan?

"Kenapa harus sakit?" tanya Sandra dengan berani.

Veli mendesah pelan. "Ahh, ternyata lo gak cukup peka."

"Maksud lo, gue cuma dijadiin pelampiasan aja, gitu?"

Veli tertawa. "Gue gak bilang gitu ya, tapi ... gak salah juga. Lo pintar ternyata."

Sandra memutar bola matanya merasa jengah dengan tingkah wanita di depannya. "Terus, apa masalahnya sama lo?"

---

Alvaro yang sedang menyetir pun melirik wanita yang duduk di sampingnya dengan ujung matanya. Sedari tadi, Sandra masih menutup mulutnya rapat-rapat. Padahal, sebelum ia tinggal ke toilet, Sandra baik-baik saja. Sikapnya baik-baik saja padanya. Entahlah, Varo dibuat heran akan hal itu.

"Hallo Mbak," ucapnya memecah keheningan. Tetapi Sandra masih bergeming di tempatnya. Bahkan dia tak menoleh sedikit pun, seakan-akan jalanan di sana lebih menarik dari pada orang yang duduk di sampingnya.

"Sand!" ucap Varo kembali, kali ini dia berbicara dengan nada sedikit tinggi, membuat Sandra mau tak mau menoleh, menatap laki-laki yang duduk di sampingnya itu dengan wajah datar.

"Kenapa sih, dari tadi diem terus? Sariawan?"

Sandra mendengkus kesal. Varo itu ajaib memang. Selalu, pasti, dia membuat Sandra yang sedang mogok berbicara pun akhirnya mengeluarkan suaranya. "Apaan sih lo, gak jelas banget."

"Akhirnya, kamu bicara juga Ta."

"Ta?" tanya Sandra tak mengerti, jelas-jelas namanya tidak berakhiran ’Ta’ melainkan ’Ra’.

"Cintaaaa," jelas Varo yang kemudian tertawa dengan senang.

"Gila!" gumam Sandra yang kini memejamkan matanya. Pikirannya masih memutar ucapan yang diungkapkan wanita bernama Veli yang notabene mantan kekasih laki-laki yang sedang menyetir ini.

Sandra menghela napasnya dengan kasar. "Kalo udah nyampe, bangunin aja," ucapnya sebelum benar-benar memejamkan matanya. Earphone yang memang selalu dibawa ke mana saja pun, ia pasang di kedua telinganya. Menghindari celotehan Varo yang tak berfaedah.

---

Jam sudah menunjukan pukul sebelas malam, tapi matanya masih terjaga. Tak ada tanda-tanda jika dia mengantuk, sedikit pun. Sandra mendesah pelan, sebagian hatinya menolak untuk percaya dengan apa yang dia bicarakan dengan Veli, soal mantan kekasih Varo yang sudah meninggal itu, juga soal Varo yang menjadikannya sebagai pelampiasan.

"Siapa sih?" gumamnya seraya menekan-nekan bibirnya. "Segitu cintanya ya, Varo sama wanita itu."

Hatinya berdenyut sakit, tetapi ... bagaimana jika dirinya memang dijadikan pelampiasan oleh Varo? Apalagi ucapan Veli yang mengatakan jika mereka mirip membuat hati Sandra tak tenang.

"Ternyata, cinta bertepuk sebelah tangan gak ada apa-apanya dibanding ini," gumamnya sebelum memjamkan matanya, mencoba untuk melupakan segala hal yang terjadi hari ini.

Semoga, semoga ketika ia bangun nanti ... semuanya hanya mimpi, dan tak akan pernah menjadi kenyataan.

---

19 Juni 2018
Ekapertiwi

ANGELWhere stories live. Discover now