ANGEL - 15

3.7K 256 4
                                    

"Pe ... pe ... pesa ... wat mereka," ucap Lyly terbata. Sungguh, ia tak kuasa harus melanjutkan kalimat menyakitkan ini.


"Kenapa?" tanya Alvaro dengan panik.

"Ke ... ke ... ke ... ce ... laka ... an Bang," jawab Lyly dengan suara bergetar membuat Alvaro langsung melepaskan pelukannya dengan kasar.

Alvaro memegang kedua pundak adiknya dengan erat membuat Lyly meringis. "Jangan bercanda!" tegasnya.

"Bang." Lyly menangkup wajah kakaknya yang terlihat pucat. "Mereka sudah tiada." Begitu mendengar ucapan adiknya, ia merasa sesak. Tidak! Ini tak boleh terjadi, cukup dia yang hanya meninggalkannya. Alvaro menjambak rambutnya dengan kasar, kemudian dia pun berlari menuju area parkir tanpa memedulikan adik dan kedua temannya yang meneriaki namanya.

"Susul dia Der," suruh Zio yang langsung diangguki oleh Dera
Setelah kepergian Dera, Zio mendekati Lyly yang tengah terduduk di lantai kolidor kelas. Tanpa berucap apapun, Zio merengkuh tubuh Lyly ke dalam dekapannya. Bukan mencari kesempatan dalam kesempitan, Zio hanya berniat untuk menenangkan adik dari sahabatnya.

Selang beberapa menit kemudian, ketiga sahabat Lyly pun datang menghampiri keduanya dengan raut wajah bingung. Seolah mengerti tatapan ketiganya, Zio meletakan jari telunjuknya di depan bibir bermaksud untuk menyuruh ketiganya diam yang langsung diangguki oleh ketiganya.

Setelah tangis Lyly mereda, Zio pun melonggarkan pelukannya.

"Terima kasih," ucap Lyly dan Zio pun hanya mengangguk sambil tersenyum.

Tersadar bahwa ketiga sahabatnya tengah memperhatikan dirinya, Lyly pun berkata, "Gue gak papa."
Ucapan Lyly memang benar jika dilihat dari fisik bahwa ia tidak apa-apa, tetapi ada suatu hal yang membuatnya merasa kenapa-napa.

Sandra dan Viona berjalan ke arah sahabatnya yang sekarang tengah berdiri di hadapannya. Mereka berdua memeluk Lyly dengan erat, membuat yang di peluk pun tak dapat menahan tangisnya kembali.

"Mama Papa gue," ucap Lyly dengan terisak.

Keduanya mencoba untuk menenangkan sahabatnya dengan mengusap pelan punggung Lyly.

"Mereka ... kecelakaan ... me ... re ... ka ninggalin gue untuk selamanya," ucapnya pelan.

Setelah mendengar apa yang diucapkan sahabatnya, Sandra dan Vivi pun melotot tak percaya. Mereka memejam matanya, mereka harus kuat, harus bisa menenangkan sahabatnya.

"Susul Abang gue Sand," ucap Lyly sambil menatap Sandra dengan pandangan memohon membuat Sandra tersenyum dan mengangguk.

"Dia ke mana?" tanya Sandra kepada Zio yang tengah memandang mereka, dan ah jangan lupakan juga Rayhan yang tengah duduk di samping Zio dengan mata yang memerah.

"Parkiran, cari aja mobil Dera."
Setelah mendapat jawaban dari Zio, Sandra pun berlari menuju parkiran dan gotcha! Ia melihat Dera yang tengah berdiri di sebuah mobil warna hitam. Seolah mengerti dengan kedatangan Sandra, Dera pun berkata, "Dia di dalem, masuk aja."

Dengan langkah perlahan dengan sesekali menarik napas dan menghembuskannya, Sandra membuka pintu kemudi yang kebetulan tidak di kunci.

"Gue bilang, tinggalin gue sendiri!" ucap Varo membuat Sandra mengernyit lalu tersenyum.

Dilihatnya Alvaro yang tengah menenggelamkan kepalanya di dashboard mobil dengan tangannya sebagai bantalan.

"Bang," ucap Sandra membuat gerakan tangan Varo yang sejak sedari tadi menjambak rambutnya pun berhenti.

Perlahan, Alvaro menegakan tubuhnya. Dilihatnya Sandra yang tengah duduk di sampingnya sambil tersenyum. Tanpa berniat mengeluarkan sepatah atau dua patah kata, Alvaro melemparkan diri pada pelukan Sandra. Sandra menggelengkan kepalanya melihat sikap kakak sahabatnya ini. Dengan senang hati, Sandra pun membalas pelukan Alvaro dengan sesekali mengusap Alvaro yang berada di pundaknya.

"Kenapa Tuhan bertindak adil sama gue?!"

"Kenapa Tuhan selalu mengambil orang-orang yang gue sayang?"

"Kenapa?!!"

"Kenapa bukan gue!"

"Kenapa?"

Alvaro meracau dalam tangisnya. Rasa sakit muncul begitu saja dalam hati Sandra, entah kenapa ia merasab sesak melihat seseorang yang ada di pelukannya bersedih. Dengan perlahan, Sandra pun mengusap ujung matanya yang terasa perih. Tidak, ia tak boleh menangis. Ia harus tegar.

"Sand ... jangan pernah tinggalin gue ya?" ucap Varo dengan jelas membuat hati Sandra semakin sakit.

"Gue cuma punya elo sama Lyly di hidup gue sekarang."

Sandra menghela nafas sebelum menjawab, "Iya, gue gak bakalan pernah tinggalin elo bang!"

Dengan cepat Varo melepaskan pelukannya dan menatap Sandra dengan mata berbinar. "Janji?" ucapnya sambil mengucapkan jari kelingkingnya.

Sandra terkekeh di buatnya, "Pinky promise?"

Alvaro mengedikan bahunya acuh seraya berkata, "6

"Oke, I’m promise," ucap Sandra sambil mengaitkan jari kelingkingnya miliknya dengan Varo.

"Makasih," ucap Varo tiba-tiba.

"Untuk?"

"Pundaknya."

"Haha it’s okay."

"May i hug you once again?" tanya Varo terdengar ragu. Sandra pun mengangguk sambil tersenyum.

"Gue sayang banget sama elo Sand, je t’aime," ucap Varo masih dengan memeluk tubuh Sandra.

Kata-kata Varo membuat dirinya sesak, entahlah Sandra pun tak tahu mengapa ia bisa sesesak ini.

Varo pun melepaskan pelukannya, kemudian menatap Sandra sambil tersenyum.

"I love you!" ucapnya sambil meloncat ke jok belakang.

"Ishh! Gunanya pintu buat apa sih?"

"Kelamaan, sini deh," ucapnya.

"Ngapain?"

"Udah, cepet."

Sandra pun keluar dari pintu depan menuju ke belakang. Setelah Sndra duduk dengan nyaman, Alvaro membaringkan kepalanya di paha Sandra tanpa permisi membuat Sandra berteriak kaget.

"Bentar aja," gumam Varo yang sudah memejamkan matanya
Kali ini Sandra membiarkannya. Ia tahu, kakak dari sahabatnya ini sedang dalam masa kesulitan. Jadi tak ada salahnya jika ia membantunya sedikit, bukan?

Jika dipikir, ini adalah kali pertama Sandra begitu dekat dengan seorang pria. Tak lama kemudian, terdengar napas teratur dari orang yang berbaring di hadapannya. Dengan refleks, Sandra mengelus kepala Alvaro dengan sayang.

---

15 Februari 2018
Ekapertiwi❤

ANGELWhere stories live. Discover now