Chapter 16

1.9K 248 3
                                    

Chanyeol menatap temannya yang lain, sadar sepertinya dia lagi yang harus menjelaskan.
"Kami mencari tongkat pusaka milik pangeran Sirena dan 4 buah shuriken milik pengendali pasir" Dewi Gozd terkejut bukan main, dia tahu pasti akan terjadi sesuatu yang membahayakan. Ini harus di cegah, dia tahu seseorang yang jahat tengah merencanakan hal buruk. Hanya saja dia tidak tahu siapa, haruskah dia meminta pertolongan Sirena untuk mencari tahu. Jika sudah begini maka dia harus ikut mereka, bagaimanapun caranya dia harus mencari tahu dalangnya.

"Apakah kalian sadar barang yang kalian cari itu adalah benda berbahaya? Jika saja ketiga benda itu di satukan, bisa saja akan mengancam banyak nyawa"
Chanyeol menunduk hatinya sesak memikirkan apa yang akan di rencanakan adiknya itu, dia tidak menyangka setelah dia meninggalkan kedua adiknya malah membuat semua menjadi semakin buruk. Bahkan dia tidak mengetahui perubahan kedua adiknya, harusnya dirinya tidak egois. Baekhyun menatap Chanyeol sedih Baekhyun tidak tahu kenapa dirinya jadi seperti merasakan perasaan Chanyeol. Baekhyun menghampiri Chanyeol dan duduk di sampingnya, menggenggam tangannya erat memberinya kekuatan agar sedikit lebih tenang. Baekhyun tidak tahu apa yang difikirkannya tapi tidak ada salahnya dia membantunya dengan memberi semangat dan memberitahu bahwa semua akan baik-baik saja. Chanyeol tersenyum saat Baekhyun menatapnya khawatir, kembali dia menatap Dewi Gozd.
"Aku akan ikut kalian sekaligus mencari tahu siapa dalang dari semua ini, dan untuk kau" tunjuk Dewi Gozd pada Chanyeol "Aku cukup sadar ada sesuatu terjadi pada adikmu itu"
Dewi Gozd bangun langsung menghampiri Jungkook dan menepuk kepalanya dua kali.
"Sayang jaga pria manis itu dengan baik, karena kau sudah terikat. Jadi bersikaplah dengan baik dan jadilah anak yang penurut" nasihatnya pada Jungkook, Jungkook hanya bisa menuruti perkataannya. Lalu Dewi God menyentuh salah satu pohon besar dan terciptalah sebuah pintu dimensi yang berwarna warni.
"Kalian ikutlah denganku lebih dulu, kalian butuh istirahat untuk perjalanan besok" satu persatu mereka langsung mengikuti Dewi Gozd di belakangnya.

🌸🌸🌸


Pagi mulai menyapa dua insan yang masih terlelap itu, salah satu dari mereka yang sedikit lebih berisi terlihat mulai bangun dari lelapnya. Dia meregangkan kedua lengannya yang terasa kaku, lalu dia menguap dengan lebar. Jimin menatap orang disampingnya yang masih tidur dengan lengan yang melingkar dipinggangnya, Jimin sedang malas bergerak jadi dia menyandarkan punggungnya pada sandaran kasur.

Ketukan pintu mengejutkannya, lalu pintu itu terbuka menampilkan empat pelayan kerajaan.
"Maaf mengganggu anda Tuan, saya kemari membawa sarapan pagi anda dengan Yang Mulia"
"Terima kasih, taruh saja diatas meja" ketiga pelayan yang membawa makanan itu langsung dengan sigap mengikuti perintah Jimin.
"Kami permisi kembali bekerja Tuan" keempat pelayan itu langsung undur diri setelah meletakkan makanannya.

Jimin menatap Yoongi yang mengeratkan pelukan pada pingganya, dia memutar matanya malas.
"Cepat bangun sarapanmu sudah datang" ujarnya tapi masih tak ada pergerakan dari Yoongi.
"Aku tahu kau sudah bangun Yang Mulia" Jimin menyilangkan tangan didepan dada. Yoongi diam-diam tersenyum kecil dia jadi mengingat ibunya dulu dia sering dibangunkan seperti ini. Dengan terpaksa dia membuka matanya dan menatap Jimin yang tengah menatapnya tajam.
"Baiklah, baiklah. Aku sudah bangun, kau lihat" Jimin berdecih, dia bangun dan langsung memasuki kamar mandi.

Yoongi menunggu Jimin yang tengah mandi, dia juga tengah makan beberapa buah yang telah di siapkan. Yoongi sangat menikmati harinya dengan sangat senang, biasanya dia hanya di kelilingi hal yang monoton. Tapi kini dia ada yang menemani, Yoongi melihat Jimin yang baru saja keluar. Yoongi sudah mulai memahami Jimin, dia sepertinya memang sudah terbiasa keluar dengan hanya selembar handuk di pinggangnya. Sangat menyenangkan memperhatikan Jimin yang tengah memakai baju, entahlah tapi sepertinya itu sudah menjadi daya tariknya tersendiri. Mungkin? Jimin menghampiri Yoongi yang menyuapkan sepotong buah kedalam mulutnya sendiri.
"Sepertinya kau selalu menikmati pemandangannya" ujar Jimin sambil mengambil satu buah apel utuh dan menggigitnya, pernyataan yang di ucapkan Jimin membuat Yoongi tersenyum tanpa sadar.
"Tentu saja, apa lagi pemandangan di pagi hari" Yoongi mengambil satu sendok makanan sejenis cake lalu mengarahkannya pada mulut Jimin yang masih mengunyah apelnya, Jimin menelan apelnya lalu melahap makanan yang di siapkan Yoongi untuknya.
"Kau sangat perhatian" Jimin ikut duduk di samping kiri Yoongi, dia cukup senang dengan sikap Yoongi padanya. Padahal saat pertama kali bertemu mereka tidak begitu dekat, dan dalam waktu sehari langsung akrab. Baginya itu terlihat aneh Jimin fikir mungkin Yoongi memang seperti itu.
"Pergilah mandi kau sangat bau" Jimin menggeser sedikit tubuhnya menjauhi Yoongi
"Hei, aku tidak sebau itu" Yoongi langsung mengendus tubuhnya, sungguh dia tidak mencium apapun pada tubuhnya. Mengangkat bahunya acuh Yoongi langsung pergi meninggalkan Jimin untuk mandi.

🌸🌸🌸

Luhan pagi ini masih terbaring tidur di atas kasurnya, dia tidak terusik sedikitpun. Luhan mulai terusik dari tidurnya matanya mulai terbuka, saat dia membuka matanya pemandangan pertama yang dia lihat adalah dua orang yang tidak dikenalnya. Mereka adalah Tema dan Xiumin yang sudah menunggu Luhan bangun dari lelapnya.
"Siapa Kalian?" Tema mengernyit aneh.
"Tuan anda tidak mengingat kami?" Luhan makin bingung, dia mencoba untuk mengingat. Dia teringat saat pertama kali datang kemari, dua orang itu adalah bawahan Sehun.
"Kalian bawahan Sehun" Tema makin tidak mengerti, dia merasakan ada sesuatu yang aneh. Lalu dia melihat cincin yang dipakai Luhan terlihat berubah, Tema langsung mengerti.
"Maaf apa kami mengganggumu?" tanya Tema, Luhan menggeleng.
"Kami membawakan anda makanan untuk anda sarapan, silahkan dinikmati" Tema dan Xiumin langsung membungkuk memberi hormat lalu pergi meninggalkan Luhan yang masih kebingungan.

Setelah menghabiskan sarapannya Luhan langsung pergi membersihkan diri, saat Luhan masih sibuk mandi seseorang masuk kedalam kamarnya. Sehun melihat sekeliling kamarnya mencari keberadaan Luhan, dia hanya mendengar seseorang tengah bersenandung. Sehun duduk di pinggiran kasur, dia memikirkan keadaan Luhan sekarang. Sejak perubahan Luhan membuatnya berfikir keras, apa yang terjadi sebenarnya dengan Luhan. Sehun sendiri juga merasakan hal yang aneh seperti ada sesuatu dalam diri Luhan, tanpa di sadarinya Luhan sudah berdiri didekatnya.
"M..maaf" Sehun langsung menatap Luhan yang terlihat gugup dan takut.
"Untuk apa?" tanya Sehun.
"Aku tidak bermaksud tidur di atas kasurmu" Sehun menghampiri Luhan dan berdiri dihadapannya, dia memberikan senyum singkatnya.
"Tidak apa apa" tangannya mengusap rambut Luhan yang masih basah "Keringkan rambutmu agar tidak sakit" lalu Sehun membuka pintu lemari dan mengambil satu lembar handuk kecil. Sehun mengusak rambut Luhan dengan handuk yang di pegangnya itu, Luhan terdiam tidak tahu harus bersikap bagaimana. Karena baru pertama kali untuknya seseorang mengeringkan rambutnya dengan lembut seperti ini, dan itu sungguh membuatnya gugup setengah mati.

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
To Be Continued

Forest Of SecretsWhere stories live. Discover now