[2017.10.23] THE 8 (디에잇) - MY I

1.3K 137 1
                                    

"Selamat ulang tahun yang ke-enambelas, Chenla. Semoga kita bertemu lagi," ujar seorang laki-laki yang langsung pergi begitu saja setelah sebelumnya memberiku sekotak hadiah.

Sesampainya di rumah kubuka kotak itu dan ternyata isinya adalah kotak musik berwarna biru langit dengan hiasan kuda di atasnya. Oh jangan lupakan secarik kertas berwarna merah muda.

'Aku sebenarnya ingin lebih dekat denganmu, Chen tetapi aku tidak tau apakah kita bisa bertemu lagi atau tidak.'

Tulisnya di secarik kertas itu, ia tau diriku tapi aku tidak tau dirinya. Siapa dia? Dia memakai seragam sekolah yang sama denganku tapi aku baru melihatnya tadi.

Apa dia anak baru? Tapi ia selalu mengatakan tidak tau apakah kita bisa bertemu lagi atau tidak. Ahh, tidak jelas. Sudahlah, lebih baik aku mengerjakan PR-ku daripada memikirkannya.

🕐🕑🕒🕓

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Chenla Hwang, selamat ulang tahun."

"Ayo buat permohonan dan tiup lilinnya."

Hari ini umurku genap tujuhbelas tajun dan hari ini tepat satu tahun laki-laki itu memberiku hadiah, selama setahun itu aku tidak pernah bertemu dengannya lagi, bahkan aku bertanya kepada orang-orang di semua kelas tidak ada yang tau satupun.

Jadi, siapa sebenarnya dia?

"La, bagaimana kalau kita makan di dekat kolam ikan?"

"Ide bagus, ayo." Aku dan beberapa temanku beranjak dari kelas sambil membawa sepotong kue.

"Ah, tidak aku lupa membawa air minumku," pekik Aejin lalu berlari kembali ke kelas mengambil botol minumnya, dasar manusia super irit, padahal jarak ke kelas dan ke kantin lebih dekat kantin.

"Mmm... Kue buatan ibumu super enak, La. Sayang hanya dibagi sedikit-sedikit."

"Tenang saja, besok kalau main ke rumahku akan kuminta ibuku membuatkan kue."

"Sungguh? Yeay!"

"La aku ke toilet dulu ya, tidak tahan,"

"Iya, sana nanti keluar di sini."

"Seon temani aku."

"Ck, kapan kau bisa sendiri? Selalu minta ditemani." Mereka berdua temanku yang kembar, tiada hari tanpa bertengkar, ada saja masalah yang timbul. Dan sekarang hanya tersisa aku di sini, menikmati kue sambil ditemani angin sepoi-sepoi.

"Astaga!" Aku terlonjak karena ada yang menyentuh pundakku tiba-tiba. Dibuat semakin terkejut karena yang menyentuh pundakku tadi adalah orang yang menemuiku setahun lalu. Akhirnya aku bertemu dengannya lagi.

"Akhirnya kita bertemu lagi," ucapku. Ia tersenyum lalu duduk di sebelahku.

"Oh ya, terima kasih untuk hadiah yang kau berikan tahun lalu tapi aku penasaran denganmu, kau siapa? Bagaimana bisa mengenalku? Kau sekolah di sini juga?" Oh pertanyaan terakhirku sangat tidak mungkin, ia memakai seragam yang berbeda.

"Minghao," ucpanya dengan suara pelan.

"Siapa? Ming?"

"Minghao, namaku Xu Minghao. Aku cucu dari kepala sekolah, aku tidak sekolah di sini melainkan di sekolah milik orang tuaku sendiri tapi aku sering ke sini. Bagaimana aku bisa mengenalmu? Karena adikku."

"Adik? Maksudmu?"

"Aku ke sini ingin menyampaikan sesuatu," ujarnya, aku tidak membalas apa-apa melainkan hanya menunggu ucapan berikutnya. Ternyata dia cucu kepala sekolah, kenapa aku tidak pernah bertemu dengannya ya? Padahal aku sering mengunjungi ruang kepala sekolah. Ahh, mungkin timingnya yang tidak pas.

"Kalau kau menganggap orang yang setahun lalu memberimu hadiah itu adalah aku, itu salah."

"M-maksudmu?"

"Dia adikku, adikku yang sudah meninggal tepat setahun lalu, tujuh jam setelah dia bertemu dengamu." Lagi-lagi aku dibuat terkejut. Berarti...

"Kami kembar identik, adikku bernama Myungho pergi karena penyakit langka yang dideritanya sejak kecil. Ia bersikukuh untuk bertemu denganmu sebelum ajal menjemputnya," jelasnya agak panjang, membuat hatiku teriris.

"Dia tertarik padamu saat pertama kali melihatmu. Mungkin kau tidak sadar tapi selama ini adikku selalu memerhatikanmu setiap kali dirinya datang ke sini."

"Aku tidak tau kalau... Ahh, maksudku kenapa tidak hampiri saja aku, kenapa harus sembunyi-sembunyi? B-bukan aku terlalu percaya diri tapi akan lebih baik jika kita dekat seperti itu," jelasku.

Minghao menggeleng, "Ia takut tidak bisa bertemu denganmu lagi, ia takut pergi tanpa neninggalkan jejak, ia bukan tipe orang yang suka memberitahu masalah penyakitnya pada orang lain," ujar Minghao membuat hatiku miris. Ia lalu menyodorkan kotak hadiah ke arahku.

"Itu titipan dari Myungho, ia menitipkannya padaku setahun lalu sebelum ia pergi, dan menyuruhku untuk memberikannya tepat di hari ulang tahunmu yang ke-tujuhbelas. Ia mengatakan ulang tahunnya sehari sebelum ulang tahun kami berdua." Aku menerima kotak itu dari tangan Minghao, kubuka kotak itu dan ternyata isinya sebuah kalung.

"Ia membeli kalung itu saat kami masih kecil, ia mengatakan kalau akan memberikan kalung itu pada orang yang ia sayang," ujar Minghao, membuatku menoleh ke arahnya.

"Besok adalah ulang tahun kami, ia memiliki satu permintaan lagi."

"Apa itu?"

"Ia sangat menginginkan kau pergi ke makamnya."

"Aku akan pergi ke sana. Temani aku ya?"

"Em, pasti. Oh ya, ada permintaan dia yang terakhir."

"Apa?"

"Sebenarnya aku ragu untuk mengatakannya." Minghao menarik nafas panjang, lalu melanjutkan kalimatnya. "Aku mewakili adikku, aku akan menggantikan posisi adikku, aku diminta olehnya untuk... Hm... Myungho benar-benar tertarik padamu, jadi, ayo kita kencan." Kupukul lengan Minghao kuat-kuat, sialan pipiku memanas. Aku tersenyum dan menganggukan kepala.

"Kurasa bukan ide buruk kalau besok kita kencan sepulang dari makam Minghao," ujarnya lalu berlari meningglkanku.

"Sialan kau Minghao! Kita belum kenal lebih dekat."

"Akan lebih baik kalau kau mengenalku dari kakekku. Oh ya, selamat ulang tahun, Chenla, Wo ai ni!" teriaknya dari jauh.

Ck. Dasar laki-laki itu, heran, kenapa aku menerimanyanya? Padahal aku belum mengenalnya lebih dekat. Ahh, sudahlah jangan dipikirkan. Aish! Tapi tidak bisa. Gila, baru kali ini aku seperti ini dengan laki-laki.


THE END.

[SEVENTEEN FANFICTION] PROJECT / MY DAY - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang