[2017.10.27] VERNON (버논) - PINWHEEL #LAST

1.7K 124 3
                                    

Di sini aku berdiri.

Sendiri.

Seperti sebuah kincir angin yang tertiup angin.

Aku hanya berputar di tempat.

Mataku menelusuri sekitar.

Orang-orang berlalu lalang, ada bertanya sedang apa aku di sini, menawarkan bantuan, bahkan tidak sedikit yang menatapku aneh dan melewatiku begitu saja

Seperti angin, kau sama seperti sebagian orang-orang itu. Pergi begitu saja setelah meniupku.

🕐🕑🕒🕓

"KIREY BANGUN! SUDAH SIANG!"

Ahh, tidak, Kenapa harus mimpi itu lagi? Aku bisa gila lama-lama karena mimpi itu. Dengan langkah ringan diriku beranjak dari ranjang menuju ke kamar mandi. Aku hampir menghabiskan waktu satu jam berada di kamar mandi. Tidak biasanya aku seperti ini. Tidak, aku terlalu banyak melamun tapi aku tidak tau apa yang aku lamunkan.

"Kenapa lama sekali? Cepat habiskan sarapanmu nanti kau ketinggalan bis."

"Baik, bu." Aku menuruti perintah ibuku dan segera berangkat ke halte bis untuk ke sekolah. Aku tidak boleh telat, kalau aku telat bisa-bisa kepalaku meledak karena 'nyanyian' guru bahasaku.

🕐🕑🕒🕓

Bis berhenti di depan halte sekolahku, aku berjalan santai menuju ke sekolah yang harus dilalui dengan berjalan kaki sebentar. tidak begitu lama kakiku berhenti dengan sendiri. Diriku terheran dengan ini. Mataku menelusuri sekitar.

De Javu!

Ini seperti...

Tempat yang ada di mimpi yang muncul di tidurku beberapa hari belakangan.

Tas...

Sebuah kincir angin kecil terbuat dari kertas jatuh di depanku entah darimana. Tanganku tergerak untuk mengambil benda itu.

Benda berwarna kuning itu berputar seiring berputarnya diriku mencari sesuatu yang dapat menjawab pertanyaanku.

Kenapa aku berhenti di sini dan tidak melanjutkan langkahku?

Pandanganku tertuju pada laki-laki berambut abu-abu yang sedang berdiri menghadapku dengan pandangan yang... aku tidak bisa mengartikannya.

Ia terlihat bergerak dari tempatnya, berjalan mendekat ke arahku. Anehnya aku tidak bisa bergerak sama sekali dari tempatku berdiri sekarang. Sampai orang asing itu berada tepat di hadapanku.

Ia tersenyum lalu bertanya, "Kau ingat denganku?" Alisku berkerut. Aku tidak tau siapa dia. Melihat saja sepertinya aku tidak pernah.

"Aku tidak akan memaksamu untuk memngingat, kecelakaan saat itu memang sangat hebat," ucapnya membuatku semakin bingung.

"Kincir angin ini kau..."

"Ya, itu dariku, untukmu, Kirye."

"K-kau tau namaku?"

"Kenapa tidak? Aku milikmu, dan kau milikku." Dasar aneh, bicara apa orang asing ini?

"Kau tau kenapa aku memberimu kincir angin warna kuning?" tanyanya, aku menjawab dengan menggelengkan kepalaku.

"Kuning itu menandakan keoptimisan, aku yakin di masa depan kita akan terus bersama. Dan sekaranglah masa depan itu." Ia maju lagi satu langkah sehingga posisi aku dengannya sangat dekat. Lagi, aku tidak bisa menggerakkan kakiku untuk menjauh darinya. Tangannya menyentuh kedua pundakku lembut, herannya aku tidak merasa takut, justru aku merasa nyaman.

"Aku bukan pergi meninggalkanmu begitu saja, aku sudah berjanji padamu akan kembali hari ini. Kau pasti lupa karena kejadian menyedihkan itu. Tapi, Rye, aku menepatinya. Aku kembali. Aku akan membantumu untuk mengingat semuanya," ujarnya, membuat hatiku merasakan sesuatu, bukan hanya hatiku tapi memori otakku juga merasakan sesuatu. Seperti ada yang ingin aku sampaikan tapi terlalu berat.

Aku menatap tepat di matanya, seperti ada kekuatan yang menusuk, bibirku mulai bergerak untuk mengucapkan sesuatu.

"V-..."

"Ya?"

"V-ver... ver... non?"

"Kau ingat aku?"

"Kau?"

"Aku Vernon, Rye."

"Ka- akh!"

"Jangan dipaksakan, aku akan membantu perlahan." Kepalaku terasa pening, seperti ada yang menusuk-nusuknya.

"Ahh, kau harus masuk ke kelas, aku akan menjemputmu nanti sore dan membantumu mengingat masa lalumu perlahan," ucapnya.

Akhirnya kakiku bisa bergerak setelah tidak berfungsi sementara tadi. Kulangkahkan kakiku dengan cepat menuju sekolah, sebentar lagi bel masuk. Sesekali aku menoleh ke belakang untuk melihatnya yang masih berdiri di tempatnya dengan senyum lebar khas miliknya. Sebelum aku benar-benar melewati gerbang sekolah ia berteriak, mengucapkan kalimat selamat ulang tahun, untukku, ya untukku, karena tiga hari lalu aku berulang tahun dan usianya genap tujuhbelas tahun.

Ahh, sepertinya dia memang sangat tau tentang diriku. Aku tidak sabar ingin mengingat semuanya yang selama ini terlupakan.

Terima kasih Vernon.


THE END.

🎉 Kamu telah selesai membaca [SEVENTEEN FANFICTION] PROJECT / MY DAY - Complete 🎉
[SEVENTEEN FANFICTION] PROJECT / MY DAY - CompleteTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang