3. Berkah atau Bencana?

299K 28.9K 2.6K
                                    

"Kang, anterin gue balik dong. Mau ya?"


Seperti anak kecil, aku merengek sambil mengguncang-guncang bahu Kang Rio yang duduk kalem dengan rokok menyala terselip di jarinya.

"Ana bawanya motor, Khanza. Bukan kereta kencana. Nanti lo berubah jadi mermaid kalo naik motor," katanya dengan nada guyon.

Sumpah! Di luar hujan deras, dan aku tertahan di studio selepas siaran tadi. Duh, bagaimana caranya aku pulang ke kosan? Minta Fajar jemput, mana mau dia. Wulan apalagi, tuh anak pasti sudah meluk-meluk guling––mulai membuat pondasi untuk pembuatan kolam iler.

"Terus gue baliknya gimana, Kang? Sumpah jam sepuluh Bapak Kos gue ngunci pintu gerbang," curhatku takut. Bukannya apa-apa, tapi Bapak kos tahu nomor telepon Ayah. Dan apa jadinya kalau aku ketahuan pulang malam, dan Bapak Kos mengadu pada Ayah? Ceramahnya Ayah juga pasti mengalahkan khotbah salat Idul Fitri.

"Tunggu hujan reda, mana mau gue hujan-hujanan. Ini bukan adegan di drama Korea yang sering lo tonton ya, Za. Yang rela basah kuyup buat nganterin ceweknya balik, atau nyari ceweknya yang marah karena tahu cowoknya selingkuh."

Aku semakin cemberut. Rio memang kurang garam sedikit.

"Terus kalau gue gak bisa masuk, Kang Rio mau tanggung jawab?"

"Kagaklah, gue kan nggak bikin lo hamil Za."

"Astagfirullahal'adzim... Nyebut, Kang." Aku beringsut mundur sambil menatap ngeri Kang Rio. "Jadi ngeri gue cuma berduaan sama lo di studio gini."

Kang Rio terpingkal-pingkal.

"Gue masih inget sama istri kali, Za. Lagian lo masih ingusan gitu," ejeknya.

"Enak aja," delikku protes. "Muka manis gini juga. Kalau Kang Rio mau tahu, mantan gue itu udah dua."

"Dua aja bangga," sahutnya.

"Kang, ayo dong anterin. Gak papa deh gue basah kuyup juga."

"Iya lo yang gak papa, Ana mah ogah!"

Menatap Kang Rio kesal, lalu berdiri. Bodo amat kalau aku sampai terkena flu yang penting, Gigi Hadid mau pulang dan bobo cantik.

"Eh, Khanza, lo mau ke mana?"

"Balik!" sungutku tanpa repot-repot mau berbalik badan.

"Lo bisa sakit nanti!" Kang Rio berteriak. "Pesen Ojol aja."

"Bodo amat! Abisnya Kang Rio jahat sama gue!"

"Yang jahat itu Rangga bukan gue."

Mengabaikan teriakan Kang Rio, aku terus berjalan keluar pintu studio. Membuka payung yang memang kubawa tadi. Payung tidak mungkin bisa mengalahkan hujan kalau deras begini. Paling-paling yang tidak basah itu hanya kepala saja.

Kendaraan yang lewat juga jarang kalau hujan begini. Mau pesan Ojol, takut diculik. Aku berdiri di trotoar, siapa tahu masih ada angkot jam segini. Biasanya Kang Rio selalu mengantarkanku pulang, bukan disengaja sebenarnya. Kebetulan saja rumahnya satu arah sama kosanku. Kalau tidak nebeng Rio, selebihnya Fajar yang selalu siap jadi tukang ojek dadakan.

Udah hujan, becek, gak ada ojek. Dan sekarang, Selena Gomez terlantar di pinggir jalan.

Hujan, hujan, aku tahu kamu itu berkah. Tapi, tahu situasi dan kondisi dong turunnya. Mending dipending dulu sampai aku pulang dengan selamat sentosa ke kosan. Setelah itu terserah mau hujan sampai pagi juga. Ya setidaknya meramaikan hati para jomblo yang sedang merana. Aku sih tidak termasuk ya, I'm single and very happy.

Dosen Idola (Sudah Terbit)حيث تعيش القصص. اكتشف الآن