Chapter 29 : Proud

863 84 29
                                    

Beberapa waktu berlalu setelah pemberitahuan dari dokter, aku tetap merahasiakan apa yang sedang aku alami dari suamiku sendiri Jimin. Aku tahu aku egois tetapi ini adalah keputusan terbaik menurutku dan aku sudah menjalani kehidupan rumah tanggaku berbulan-bulan dengan Jimin sampai saat ini dan tidak memiliki masalah kesehatan yang berarti. Usia kandunganku sekarang memasuki bulan ke 6. Perutku semakin membesar dan aku harus memakai kaos big size Jimin. sebagai seorang suami, Jimin sangat bekerja keras. Dia masih saja menjalani kehidupannya sebagai seorang mahasiswa di pagi hari, waitress di siang hari dan Male stripper di malam hari. Kuliah Jimin sedang sibuk saat ini karena dia sedang membuat tugas akhir untuk kelulusannya. Aku tahu itu sangat melelahkan tetapi Jimin tidak pernah mengeluh. Aku mempunyai suami yang sangat bisa diandalkan. Perlahan-lahan tapi pasti tabungan kita bertambah sedikit demi sedikit setelah sempat defisit sebelumnya. Aku sangat bahagia hidup bersama Jimin walaupun tanpa kemewahan yang sebelumnya aku miliki. Aku merasa hidupku lebih berarti sekarang bersama Jimin

"Appa mu adalah orang yang hebat Aegi-ah" kataku pada bayi yang sedang aku kandung

"Kenapa kamu berbicara sendiri" kata Jimin sambil memelukku dari belakang

"Aku berbicara pada calon bayi kita" jawabku

Jimin membalikkan badanku untuk menghadapnya. Jimin berlutut didepanku dan mencium perutku

"Aku mencintai kalian berdua. Aku akan membahagiakan kalian berdua. Ya..... Little Jimin jangan rewel sama eomma ya" kata Jimin didepan perut besarku

"Bagaimana bisa kamu begitu yakin bahwa dia adalah little Jimin?? bisa jadi dia adalah little Cemi. Kita belum tahu kelamin dia" jawabku tidak mau kalah

"Dia harus menjadi little Jimin dan tampan seperti aku"

"Dia harus menjadi little Cemi dan cantik sepertiku" balasku tidak mau kalah sambil mencubit pipi Jimin

"Ya....!!" Jimin membalasku dengan memelukku erat

Aku berusaha melepas pelukan Jimin di bahuku tetapi.....

"Diamlah...." Pinta Jimin

Aku tidak bergerak sedikitpun dan hanya memegang lengannya yang ada di pundakku

"Diamlah jagiya dan biarkan aku menyandarkan kepalaku sebentar dipundakmu" kata Jimin sambil merangkulku dari belakang dan menyandarkan kepalanya di bahuku

"Aku merasa kuat setiap kali bersandar seperti ini kepadamu" tambah Jimin

.

.

.

Aku melihat Jimin tertidur lagi di sofa pagi ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku melihat Jimin tertidur lagi di sofa pagi ini. Terkadang aku melihatnya tertidur di sofa seperti ini karena kelelahan sepulang dari bekerja di club Octagon. Selimut yang menutupi tubuhnya sangat tipis untuk cuaca yang sedang dingin seperti ini. Aku masuk kembali kedalam kamarku dan mengambil selimut kemudian menutupi Jimin dengan selimut yang lebih tebal. Wajah Jimin terlihat sangat lelah. Aku mencium kepala Jimin dan duduk disamping bawah sofa sambil merangkul tubuh Jimin yang tertidur. Aku ingin ketika dia terbangun nanti aku selalu di dekatnya

Unconditional Love [NC21+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang