Chapter 5 | Get Out of My Head

48.2K 2.6K 233
                                    

Playlist♪ : One Direction – One Thing

Happy Reading

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Tidak apa – apa. Lanjutkan kembali pemeriksaannya," ucap Zean begitu dia melihat Marx yang langsung berdiri saat mengetahui kedatangannya memasuki kamar Alfred. Dokter pribadi keluarga Archer itu terlihat sedang melakukan pemeriksaan rutin pada Alfred yang terbaring sambil bersandar di papan dipan tempat tidurnya.

"Bagaimana keadaanmu Dad?" Zean sudah menduduki salah satu sofa yang tersedia di sana ketika menanyakan pertanyaan itu.

"Keadaan tuan semakin memburuk. Saya rasa penyakitnya kambuh lagi karena dipicu stres belakangan ini." Bukan suara Alfred yang terdengar menyahut, melainkan Marx.

"Kenapa kau harus memikirkan hal lain di saat perusahaan sudah berada di tangan yang tepat?" kata Zean dengan nada menjengkelkan. Berpura – pura seolah tidak terjadi apapun dan menganggap nol semua kekacauan yang dia perbuat kemarin. Bahkan tidak berhenti sampai di situ saja, Zean masih terus mengatakan omong kosong yang lain dengan perangai sok polosnya.

"Atau selama ini Dad memang menyembuyikan sesuatu dariku. Sepertinya aku harus bertanya pada Mom, sejak kapan kau mulai sering susah tidur? Sebagai putramu, aku berhak tau apa yang membebani pikiranmu sampai kau merasa cemas berlebihan seperti ini," ujarnya sembari membalik halaman dari buku yang dia pegang.

"Kapan kau akan mulai bersikap serius Zean?!" tegur Alfred.

Zean terkekeh pelan, menyilangkan kaki kanannya di atas kaki kiri kemudian merebahkan punggung ke sandaran sofa. "Kau sangat mengenal sifat putramu, aku baru sadar kalau ternyata aku tidak pernah serius selama ini."

Zean memiringkan arah pandangannya, beralih pada Marx yang sibuk menensi tekanan darah Alfred, "Marx, apa menurutmu juga begitu?"

Butuh waktu cukup lama bagi dokter itu untuk menjawab pertanyaan sederhana dari Zean. Raut wajahnya saat ini menunjukkan bahwa pria itu sedang kebingungan dalam pengamatannya. Bila diperhatikan dari konteks manapun, Zean sepertinya bukan termasuk orang yang suka bermain – main seperti apa kata Alfred. Bahkan wajah Zean selalu terlihat menyeramkan karena terlalu sering memasang ekspresi serius meski perbincangan mereka saat ini tentang hal sepele.

"Tidak, tuan muda. Saya beranggapan lain."

Zean langsung tersenyum puas walau derajat kecekungannya masih terhitung tipis. Dengan ini Marx membuktikan ternyata orang lain lah yang lebih mengenal dirinya daripada ayahnya sendiri. Zean melirik sekilas Alfred yang juga tengah menatap tajam ke arahnya. "Aku tidak seserius itu Marx. Jangan hanya menilaiku dari penampilan saja, itu tidak cukup."

"Ngomong – ngomong Dad, apa kau masih ingat dengan Blue Dolphin?"

Ketika mendengar nama perusahaan itu mendadak disebut dalam pembicaraan ini, Alfred seketika melebarkan tatapannya. "Ada apa kau tiba – tiba menyebut perusahaan itu di depanku?"

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now