Chapter 11 | Hero

33.7K 2.1K 226
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

"Kau harusnya bilang kalau kakimu sakit." Aneira merunduk dan sebisa mungkin menghindari tatapan Zean. Ia tidak bermaksud bohong soal itu, tapi saat Zean mengulurkan tangan untuk menariknya keluar dari lift, Aneira justru mengabaikan bantuannya dan terdiam cukup lama.

Reaksi yang membuat Zean berpikir kalau Aneira benar – benar tak sanggup berdiri karena sakit. Sehingga kini, alasan kenapa dia berakhir dalam gendongan lelaki itu adalah sebuah kesalahpahaman. Dan Aneira tidak punya pilihan lain selain melanjutkan aksi pura – puranya itu.

Tidak mungkin Aneira meluruskan jika sebenarnya dia bisa berjalan sendiri dan membuat dirinya terlihat bodoh di hadapan Zean. Kesadaran Aneira hanya sedang konslet saja. Dia tidak menyangka jika efek ciuman Zean waktu lalu bisa membuatnya segila ini.

Setiap kali lelaki itu mengatakan sesuatu, yang ada fokus Aneira selalu saja tertuju pada bagian bibir Zean. Oh, demi Tuhan... setan antah berantah manakah yang meracuni otaknya dengan pikiran rendah semacam ini!! Bulu kuduk Aneira langsung meremang najis.

"Jangan terpesona dulu," ucapan Zean kembali menyadarkan Aneira dari lamunannya. Aneira terlihat mengerutkan kening sambil mendongak bingung.

"Wujud ini masih kurcaci, belum pangeran." Setelah mengatakan itu, pandangan mata Zean turun menatap dalam manik Aneira yang berkilat cemerlang seperti kristal. Dari mata wanita itu, tampak bayangan wajah Zean dari bawah.

"Perubahanku masih nanti malam. Ingat??" Zean berucap lagi yang membuat Aneira langsung mendengus kencang dalam dekapannya.

Dasar sinting! Lelaki ini tidak bisa waras sehari saja, batin Aneira.

Dan sialnya, dia jadi tak sengaja melihat bibir Zean lagi. Itu membuat jantung Aneira malah berdebar semakin keras hingga rasanya terdengar ke telinga lelaki itu juga. "Jangan—salah paham." Aneira mengelak dengan terbata. "Kau terlalu percaya diri."

"Oh, begitu..," jawab Zean santai. Wajah tampannya tercemari dengan seringai aneh yang terkesan mencurigakan. "Tapi aku mendeteksi gejala itu darimu, bahkan terlalu jelas," goda Zean sembari terkekeh geli.

Damn! Dia ketahuan. Sepertinya Aneira memang tak berbakat menyembunyikan sikapnya yang terlalu blak – blakan saat memperhatikan Zean tadi, atau bisa jadi lelaki itulah yang terlalu susah dikelabuhi.

"Aku bilang kau sok tau, beast!" erang Aneira, bibirnya merengut kesal.

Tetapi sekali lagi Zean menguji kesabarannya dengan menunjukkan senyum tipis yang begitu menyebalkan. Lelaki itu bahkan merespon dengan gerakan biasa saja seakan ocehan Aneira tidak berarti apa – apa dan dugaannya menang telak.

"Kenapa ponselmu tidak bisa dihubungi?" tanya Zean begitu dia telah menuruni tangga eskalator.

"Seseorang tidak sengaja menabrakku saat berjalan, dan aku baru tahu kalau layarnya retak waktu jatuh karena itu tak bisa menyala lagi."

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now