Chapter 10 | A Little Incident

37.1K 2.3K 199
                                    

Happy Reading

Happy Reading

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

***

Sebuah pelataran luas dari gedung instansi hukum dibatasi oleh pagar hitam menjulang tinggi dengan banyak mobil patroli yang terparkir di halaman depan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Sebuah pelataran luas dari gedung instansi hukum dibatasi oleh pagar hitam menjulang tinggi dengan banyak mobil patroli yang terparkir di halaman depan. Pepohonan hijau tumbuh rindang di sana, meneduhkan kawasan itu dari sinar matahari pagi.

Zean baru saja tiba. Dia menutup pintu mobilnya hingga berdebum cukup keras lalu berjalan memasuki bangunan penjara Saskatchewan dengan langkah lebar. Mata biru jernihnya menatap lurus tajam dengan dagu yang terangkat ke atas.

Hampir semua petugas polisi yang bertugas di sana hafal apa alasan dan tujuan Zean datang ke sana. Mereka sudah sering melihatnya singgah sebentar untuk berbicara dengan salah satu tahanan rutin setiap beberapa bulan.

"Mr. Zean datang berkunjung," seorang polisi muda yang mengenakan seragam rapi dan bertugas menjaga sel tahanan mengeluarkan kunci.

Pria tua berkepala plontos bernama Freddie yang diketahui dari baju narapidana yang dipakainya itu mendengus, namun tetap bangkit dan mendekat ke jeruji besi saat polisi memberikan jalan padanya untuk keluar. Ia digiring menuju ruang komunikasi yang dikhususkan untuk tempat kunjungan. Luas dan bercat putih. Hanya diisi dengan berderet – deret bangku tanpa sekat. Membaur bersama tahanan – tahanan lain dan Zean terlihat sudah duduk di sana. Dari kursinya masing – masing, mereka beradu tatapan sengit.

"Apa maumu!!" sembur pria itu. "Kau tidak bosan menanyakan pertanyaan yang sama setiap kali menemuiku, hah!" Freddie bersungut – sungut, raut mukanya terganggu. Pria itu kesal setengah mati. Ia lelah Zean tak menyerah juga mengorek informasi darinya bahkan setelah sekian lama.

Zean menyeringai dingin, mengacuhkan. "Bosan??" tawa sinis keluar dari mulutnya.

Zean membusungkan dada, melipat tangannya di depan tubuh lalu melanjutkan perkataannya. "Kupikir kau sudah tahu bahwa aku akan selalu kembali sebelum mendapat jawaban yang kuinginkan." Kalimat itu mengandung tuntutan tegas. Zean menatap serius lawan bicaranya.

"Dan aku akan membuatmu kembali pulang dengan jawaban yang sama lagi hari ini." Freddie keras kepala, "seperti yang sudah – sudah." Lanjutnya, mencemooh. Seolah tak mempan terhadap tekanan intimidasi dari Zean.

My Beast Charming✅Where stories live. Discover now