Chapter 2

11.6K 869 99
                                    

Disclaimer © Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

🌸🌺🌼

Awal cerita kenapa Tetsuya bisa mendapatkan lebam di tubuhnya dimulai dari rasa tidak suka akan perbedaan. Menurut cerita Ryouta, sebelum kejadian tragis itu terjadi, dia memang sempat mendengar beberapa orang membicarakan adiknya yang memiliki wajah imut plus manis.

"Akashi Tetsuya itu sungguhan laki-laki tidak sih? Dia sangat lemah dan wajahnya imut pula."

"Ya, aku juga heran. Kakaknya selalu memeluknya setiap bertemu, jangan-jangan dia memang perempuan."

Bukan hanya jadi bahan gosip di kelas empat saja, tapi di kelas lima dan enam pun Tetsuya cukup terkenal untuk dijadikan bahan pembicaraan.

Banyak yang suka dan banyak pula yang tidak suka.

Itu sudah jadi hal biasa bagi Ryouta, bahkan Daiki juga sudah biasa dan malah tambah jatuh cinta pada adiknya. Karena itu, meski Ryouta mendengar adiknya dijelek-jelekkan di belakangnya, dia tidak peduli dan hanya menganggap itu perasaan iri yang sepintas datang dan akan lenyap dengan sendirinya. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa hal ini akan terjadi pada adiknya satu-satunya.

Saat ingin menjemput Tetsuya untuk pulang bersama di kelasnya, adiknya itu tidak ada di tempat duduknya. Padahal biasanya dia akan menunggu dengan duduk manis sambil membaca bukunya sampai kakaknya datang menjemputnya. Saat bertanya ke teman perempuan Tetsuya, mereka mengatakan kalau Tetsuya diajak pergi oleh ketiga teman laki-lakinya entah kemana.

Merasakan firasat yang buruk, Ryouta berlari mengelilingi Sekolah. Otaknya terus berpikir dimana biasanya seorang teman mengajaknya pergi untuk di--- bahkan Ryouta tidak mau memikirkan kemungkinan terburuk yang akan terjadi pada Tetsuya yang imut.

Dan bingo! Tetsuya terlihat tersungkur di bawah pohon yang rindang bersama ketiga temannya yang terus menendang pinggang dan kakinya.

Ryouta berlari sekuat tenaganya sembari berteriak "SIALAN, JAUHI TETSUYACCHI!"

Akibat teriakannya pula, ketiga anak tersebut lari terbirit-birit karena takut ketahuan. Karena Ryouta sudah mengingat wajah anak-anak tersebut, dia mengabaikan mereka dan lebih fokus pada keadaan Tetsuya yang sedang sekarat. Dengan sangat pelan dan lembut, Ryouta mengangkat tubuh Tetsuya, membawanya ke pelukannya.

"Ryou--- nii-chan?"

Hati Ryouta yang mendengar suara lirih tersebut merasa seperti ditusuk ribuan jarum, dia menangis selama beberapa detik sebelum menyadari bahwa Tetsuya harus segera diobati. Setelah menghapus jejak air mata di wajahnya, Ryouta menaikkan Tetsuya di punggungnya dan membawanya ke gerbang Sekolah dimana supir pribadi keluarga Akashi sedang menunggu majikan datang. Lalu melesat menuju rumah.

Ryouta menyelesaikan ceritanya dengan membuang beberapa bagian dimana dia menangis seperti anak kecil.

"Jadi, iri?" Tanya Atsushi pada Shintarou yang sedang berpikir dengan memegang dagu.

"Lebih spesifiknya, benci akan perbedaan."

Yang pertama datang ke rumah setelah dikirimi pesan dari Ryouta adalah Daiki, dia memang punya tubuh yang kuat sehingga larinya cukup cepat ---faktor lain karena jarak SMP Teikou dengan rumah lebih dekat dari pada Akademi Rakuzan, kemudian disusul Atsushi dan Shintarou. Setelah melihat Tetsuya yang tengah tertidur di atas kasurnya dengan kening berkerut, Shintarou mengajak Ryouta dan yang lain untuk turun ke ruang keluarga agar dia bisa mendengarkan cerita lengkapnya.

"Untung saja Sei nii-chin ada di luar negeri, kita bisa memikirkan untuk memberitahunya nanti."

"Tidak, sudah terlambat Atsushi." Shintarou memijit pelipisnya, tekanan sungguh dirasakannya. "Seijuurou nii-san sudah tahu."

Our TetsuyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang