Chapter 11

6.1K 477 83
                                    

Disclaimer © Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

🌸🌺🌼

Daiki memutar gagang pintu kamar Ryouta tanpa mengetuknya terlebih dahulu, mungkin dia tidak ingin orang lain terbangun karena suara ketukannya. Daiki bahkan percaya diri bahwa Ryouta belum tidur, kamarnya pun jarang terkunci jadi Daiki merasa tak perlu mengetuk pintu.

Setelah pintu terbuka, lampu yang menerangi kamar Ryouta hanya berasal dari lampu redup di atas meja. Terdengar sedikit suara gumaman yang membuat Daiki segera menutup pintu tanpa menimbulkan suara, dia mendekati Ryouta yang sedang duduk menyandar pada kepala ranjang dengan wajah tertekuk ke lutut.

"Sudah kuduga kalau kau menangis, dasar Ryouta cengeng." Sindir Daiki sembari duduk di samping Ryouta di atas kasur.

"Aku tidak menangis, Daikicchi nii." Ryouta mengangkat kepalanya, matanya yang bengkak dan merah menatap Daiki. "Apa yang kau lakukan di sini, Daikicchi nii? Kalau kau datang hanya untuk mengejekku, pergi saja sana."

"Pasti kau masih kesal dengan kekalahanmu 'kan?"

Ryouta diam tak menjawab.

"Makanya kubilang kau cengeng, bahkan Tetsu tidak pernah menangis saat kalah darimu."

"Daikicchi nii tidak pernah kalah dari adik sendiri, karena itu tidak bisa mengerti bagaimana perasaanku."

"Jadi kau membenci Tetsu?"

"Aku mencintai Tetsuyacchi, kenapa aku harus membenci adikku hanya karena kalah?"

Daiki tersenyum. "Kalau begitu, berarti kau baik-baik saja." Ryouta sungguh tidak mengerti maksud Daiki. "Lagipula kita sudah dikalahkan Tetsu saat Seijuurou nii mengizinkannya bersekolah di Seirin, apa kau tidak merasakannya?"

Ryouta terdiam lagi, perkataan Daiki memang benar. Tetsuya sudah mengalahkan mereka sejak lama.

"Karana itu aku datang ke sini untuk menghiburmu, coba tutup matamu dan buka mulutmu."

Tanpa merasa curiga, Ryouta menutup matanya dan membuka mulut. Beberapa detik kemudian dia merasakan sesuatu yang panjang dan dingin di masukkan ke dalam mulutnya, lalu Ryouta menutup kembali mulutnya dan membuka matanya atas arahan Daiki.

"Nii, apa ini?" Tanyanya polos, masih mengemut benda kenyal tersebut.

"Cicak." Jawab Daiki innocence.

Mata Ryouta melotot lebar, dia mengeluarkan benda yang dibilang cicak tersebut dengan bantuan tangannya, lalu membuangnya ke wajah Daiki.

"Daikicchi nii, berhenti mengerjaiku." Protes Ryouta.

"Apa yang kau lakukan, Ryouta? Itu enak!" Daiki ikutan protes.

"Itu cicak!"

"Ini permen yupi bentuk cicak, Ryoutawake."

"Eh?"

Daiki mengambil permen kenyal tersebut, lalu memberikannya pada Ryouta. "Makan."

"Tidak."

"Kenapa?"

"Meskipun permen, itu tetap menjijikkan."

Daiki berdecak, dia memasukkan permen tersebut ke dalam mulutnya sendiri, lalu menutup mata dan hidung Ryouta. Si pirang yang kehabisan napas membuka mulutnya, memberikan kesempatan Daiki menyuapinya dari mulut ke mulut. Ryouta yang benar-benar kehabisan napas hanya bisa memegang erat punggung Daiki, tapi kemudian dia bisa menghirup napas banyak-banyak dari hidungnya setelah tangan Daiki berpindah ke tengkuknya. Tangan yang semula menutup matanya pun pindah ke belakang kepalanya, membuat Ryouta bisa melihat wajah Daiki di remangnya kamar.

Our TetsuyaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora