Chapter 13

5.8K 495 167
                                    

Disclaimer © Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

🌸🌺🌼

Sudah lebih dari setengah tahun Akashi bersaudara hidup tanpa orangtua, tapi komunikasi mereka tidak pernah putus. Selain Tetsuya, yang lain jarang mau menelepon duluan kalau tidak ada hal yang benar-benar penting. Dalam hal itu, Shiori sendiri lah yang memulai duluan. Biar bagaimanapun dia tetap rindu pada anak-anaknya yang ditinggalkan meski mereka sudah cukup dewasa untuk menjaga diri sendiri, namanya juga orangtua. Semua sangat memakluminya.

Hari ini tidak ada latihan basket, jadi Tetsuya memutuskan untuk pulang saja membaca novel yang baru dibelinya pagi tadi. Lagi pula di rumah jam segini belum ada yang pulang, semua sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing. Mungkin baru bisa berkumpul seperti biasa saat jam makan malam. Jadi Tetsuya meminta salah satu Maid untuk mengantarkannya jus melon ke kamarnya.

Tetsuya menoleh pada ruang baca yang pintunya tertutup rapat. "Apa aku harus meminta antar ke ruang baca saja ya?" Tapi baru saja ingin mengoreksi tujuan ke Maid, yang diajak bicara sudah pergi ke dapur.

Tidak ada pilihan lain, lebih baik Tetsuya masuk saja dulu ke ruang baca, nanti dia akan mengambil sendiri ke kamarnya. Dari seisi rumah, memang ruang baca tempat yang dia sukai. Di sana ada jendela besar yang langsung menghadap ke arah taman bunga, lalu ada sofa yang membelakangi jendela. Jadi saat membaca, cahaya matahari dari luar sangat membantu.

Tetsuya terdiam sesaat dia memasuki ruang baca yang menjadi ruangan favoritnya, sedikit tidak biasanya menemukan kakaknya tidur di sana, di atas sofa empuk. Tetsuya tidak begitu mempermasalahkan tentang tidurnya, tapi yang melakukannya adalah si kakak merahnya. Biasanya Seijuurou hanya akan nyaman tidur di kamarnya sendiri, apa dia benar-benar tertidur?

Tetsuya berjalan perlahan mendekati Seijuurou, mendapati wajah kakaknya yang keringatan, dan rasanya sedang kesakitan. Tetsuya sadar bahwa Seijuurou saat ini sedang bermimpi buruk, mimpi apa yang dilihatnya sampai membuatnya begitu tersiksa? Untuk saat ini yang bisa Tetsuya lakukan adalah menggenggam tangan kakaknya, dia tidak ingin pergi atau lari dengan alasan tidak ingin mengganggu. Karena mungkin, Seijuurou membutuhkannya.

Si kepala biru menggeleng. Tidak, bukan seperti itu. Sekalipun Seijuurou tidak membutuhkannya, Tetsuya akan terus disampingnya. Untuk kali ini biarkan dirinya melindungi Seijuurou, entah dari kenyataan atau mimpi buruk sekalipun.

"Tetsuya?"

Perlahan Tetsuya membuka matanya ketika mendengar kakaknya memanggil namanya. Meski agak sedikit tersentak ketika mata mereka bertemu, tapi Tetsuya langsung tahu sesuatu.

"Sei nii-chan baik-baik saja?" Tanyanya dengan nada khawatir, wajahnya pun mengikuti isi hatinya.

"Aku baik-baik saja." Seijuurou bangun, duduk sembari menyingkirkan rambutnya ke belakang. "Selamat datang, Tetsuya. Sepertinya aku ketiduran, sejak kapan kau datang?"

"Baru saja." Tetsuya menempatkan dirinya duduk di samping Seijuurou, wajahnya masih menunjukkan kekhawatiran. "Nii-chan?" Tetsuya memanggil.

Seijuurou berbalik, menatap adiknya tepat di mata dengan mata heterochromia miliknya. "Ya?"

"Nii-chan— bermimpi lagi?"

Seijuurou tersenyum tipis. "Sepertinya." Entah karena sudah biasa, Seijuurou jadi bisa menghadapinya dengan tenang.

Tapi bagi Tetsuya, baru kali ini dia melihat Seijuurou sangat tersiksa seperti itu. "Sei nii-chan, jangan menahan diri lagi. Bicarakan saja padaku." Senyum Seijuurou rasanya menghilang seketika. "Mungkin aku tidak akan bisa menanggung beban nii-chan meski sedikit, tapi aku ingin Sei nii-chan memberikan beban itu padaku. Jadi, jangan menahan diri lagi. Ceritakanlah padaku."

Our TetsuyaWhere stories live. Discover now