Chapter 14

6.5K 407 109
                                    

Disclaimer © Kuroko no Basuke by Tadatoshi Fujimaki

🌸🌺🌼

Dua hari setelah Seijuurou memperingati Ibunya agar membatalkan keberangkatan mereka menuju Jerman, berita duka pun muncul dari dunia penerbangan. Seperti prediksi masa depan yang didapat lewat mimpi, pesawat yang terjatuh tersebut adalah pesawat milik Jerman.

Setelah masuk berita dan yang lain menontonnya bersama, Seijuurou pergi ke kamarnya dengan alasan ingin tidur lebih cepat. Dengan rasa ragu dan khawatir, mereka masih belum bisa menatap mata kakak mereka yang berbeda warna tersebut. Tak lama setelah Seijuurou pergi, Ryouta menelepon Ibunya dan menanyakan kabar. Shiori berkata mereka baik-baik saja, termasuk teman lama mereka yang akan ikut pergi ke Jerman untuk urusan bisnis.

Katanya saat Shiori mencoba meyakinkan temannya itu, dia tak percaya dan bersikeras untuk pergi di hari yang telah dijadwalkan. Pekerjaannya di Jerman sudah tidak bisa ditunda katanya, jadi dia harus segera pergi hari itu juga. Karena itu Shiori memberinya syarat agar keberangkatan ditunda sampai sore, biaya transportasi dan kerugiannya akan ditanggung. Teman Shiori serta Masaomi pun setuju, lalu kecelakaan pesawat yang akan dinaikinya dengan keras hati pun terjadi.

Awalnya dia tidak percaya, tapi Shiori menjelaskan tentang anak pertamanya yang merupakan anak spesial tersebut. Dia begitu berterimakasih dan malah akan membayar penerbangan mereka berdua keesokan harinya ke Jerman sebagai bentuk rasa terima kasih.

Keesokan harinya.

Rapat dengan para Direktur perusahaan lain berlangsung dengan lancar selama dua jam, membuat Seijuurou menghela napas karena tidak harus melanjutkan rapat keesokan harinya karena banyak kesalahan yang terjadi. Lagi pula besok dia harus pergi ke Kyoto, bekerja dibalik layar tidak begitu efisien soalnya.

Karenanya hari ini dia akan mulai berkemas, entah mengemasi pakaian atau berkas-berkas yang perlu dibawa. Jadi tidak ada waktu untuk---

"Terima kasih atas kerja kerasnya, Seijuurou-kun." Salah satu kolega mendekatinya sembari memberi jabatan tangan padanya.

"Takaki-san, good work." Seijuurou sungguh tidak ingin berbicara dengan pria yang mendekati umur setengah abad ini.

"Apa kau ada waktu malam ini?" Pria itu menepuk lengan Seijuurou dengan terus tersenyum. "Bagaimana kalau kuajak makan malam di restoran, sekalian kuperkenalkan dengan puteriku." Belum sempat Seijuurou menjawab, pria tua itu melanjutkan.

Lagi-lagi seorang penjilat, Seijuurou memasang senyum palsunya. Tidak banyak memang yang terang-terangan berhadapan dengannya dengan dalih mengajak makan malam padahal yang menjadi incaran utamanya adalah memperkenalkan puteri mereka untuk dipersunting. Mungkin jika pernikahan antar pria tidak lagi dianggap aneh di dunia ini, semua rekan bisnisnya pasti akan mendatanginya sembari membawa foto anak mereka. Entah itu wanita maupun pria.

Harta memang segala-galanya bagi mereka, mungkin jika Seijuurou hidup dalam keluarga yang menganggap uang adalah Dewa. Dirinya dipastikan akan berakhir seperti itu, menghalalkan segala cara agar bisa hidup mewah. Tapi bagi Seijuurou, keluarganyalah yang utama.

"Hari ini adik ketiga saya berulangtahun, Takaki-san. Jadi maaf, saya tidak bisa ikut."

"Oh, begitu ya." Wajahnya menunjukkan raut kecewa. "Kalau begitu kapan-kapan saja. Saya pergi dulu, banyak pekerjaan yang harus saya kerjakan. Selamat siang, Seijuurou-kun."

"Selamat siang, Takaki-san. Hati-hati dijalan."

Seijuurou mengantarkan pria itu dengan sebuah senyuman. Tapi ketika dia telah menghilang dibalik tembok, Seijuurou mengubah drastis wajahnya. Dia mengambil ponselnya di atas meja dan keluar dari ruangan diikuti Chihiro.

Our TetsuyaWhere stories live. Discover now