The Chicks - GuanHo feat Woochan

2. Caspian Sea

Sebagai anggota Dewan Siswa, Guanlin secara konsisten memupuk imej sebagai siswa disiplin pemilik budi pekerti luhur. Lelaki itu tidak termasuk dalam jajaran siswa ramah, tapi juga tidak termasuk dalam kelompok yang dingin nan angkuh. Ia memilih berdiri pada garis tengah, menjadi siswa yang berada pada level moderat.

Meskipun demikian, Guanlin termasuk siswa populer di kalangan guru maupun siswa yang lain. Otaknya yang cerdas mampu menyita atensi sekaligus afeksi dari para guru, menjadikannya salah satu siswa yang dikasihi oleh guru-guru. Parasnya yang menawan mampu membuat siswa dan siswi menatapnya tanpa berkedip. Iya, si pria Lai memang terkenal di kalangan semua siswa, tidak mengenal gender. Makanya jangan heran jika melihat beberapa siswa laki-laki tersenyum malu saat melihat Guanlin berjalan melewati mereka. Padahal hanya begitu saja, tapi mereka tersipu.

Imej yang baik senantiasa dibangun dari bawah, dimulai dari angka nol. Benar kata Jinyoung, Guanlin termasuk remaja dengan masa lalu suram, norak tidak ketulungan. Dandanannya pada masa lampau sungguh tidak bisa dijadikan tren, dan penggunaan nama panggung Edward Lai pada akun media sosialnya juga sama sekali tidak membuatnya keren. Oleh karena itu, susah payah Guanlin membangun gambaran dirinya yang lebih baik di bangku SMA ini. Dan hasilnya tak sia-sia, Guanlin selalu tampak keren dan disegani saat di sekolah.

Tampilan luar yang mempesona didukung pula dengan perilaku yang sempurna. Guanlin tak ragu membantu para guru maupun siswa lain yang kesusahan. Tanpa pamrih, lelaki tinggi itu mengulurkan tangan pada setiap makhluk yang mengharap bantuan. Sama seperti yang terjadi beberapa menit lalu saat Guanlin menawarkan diri untuk membantu seorang guru membawa buku tugas milik teman-teman sekelasnya ke ruang guru. Ia tidak tega melihat wanita yang usianya sudah cukup lanjut membawa setumpuk buku menuruni tangga dari lantai dua hingga ke lantai dasar. Ya, hitung-hitung beramal sekaligus mencari udara segar, pikirnya. Percayalah, duduk di ruang kelas selama berjam-jam mempelajari reaksi kimia seolah mentransformasikan ruangan menjadi penuh sesak dengan gas Ammonia yang dapat menyebabkan iritasi kulit, mata, hidung, tenggorokan, dan paru-paru. Guanlin butuh penghiburan, sungguh.

Dan hiburannya itu tampaknya berada di dalam gedung olahraga. Tungkai panjangnya secara otomatis mengarah ke gedung olahraga, seolah ada magnet besar di dalam gedung itu. Dan ternyata magnet itu bernama Yoo Seonho.

Tepat setelah Guanlin sedikit membuka pintu gedung untuk mengintip, kepala berambut jamur itu menoleh, maniknya berbinar mendapati sosok yang familiar.

"Kak Guanlin?" Lelaki itu berlari kecil mendekati Guanlin yang masih berdiri di depan pintu. "Membolos, ya?" Lanjutnya saat ia sudah berada tepat di hadapan pria yang lebih tinggi.

Dengusan keras terdengar setelahnya. "Memangnya kapan aku pernah membolos, huh? Aku baru saja melakukan sebuah kebaikan, tahu?"

Seonho nyengir manja mendengar respon Guanlin. Ia tahu kok kalau Guanlin itu bukan pelajar yang gemar mangkir dari pelajaran.

"Sedang pelajaran olahraga, ya?" Kepala Guanlin sedikit melongok ke belakang Seonho, memperhatikan teman-teman Seonho yang sedang berebut bola di lapangan.

"Iya, futsal." Seonho mengangguk malas. "Aku tidak terlalu mahir bermain futsal, Kak. Bagaimana caranya supaya aku jadi mahir dan mendapat nilai baik saat penilaian? Berikan aku tips, ya..."

Rengekan Seonho membuat Guanlin gemas. Sang lelaki tersenyum lebar, memamerkan lesung pipit dan juga gusi merah muda. Jenis senyuman itu tampaknya harus dipatenkan karena hanya Guanlin yang memilikinya. Dan setiap kali lelaki itu tersenyum, mungkin harus disertai peringatan karena senyuman itu bisa menyebabkan diabetes.

"Ehm, tips, ya?" Sang lelaki tinggi sok serius. Jari telunjuknya yang ramping ia tempelkan di dagu runcingnya, dan netranya menerawang ke atas; berpikir. "Oke," ucapnya kemudian, sudah kembali menatap Seonho. "Karena aku sedang baik hati, aku akan memberimu tips. Dengarkan baik-baik."