5. Suez Canal

349 49 25
                                    


"Apa kau masih ingat padaku?"

Guanlin yang hendak beranjak dari kursinya terkejut mendapati Tzuyu berdiri di hadapannya. Sejak kapan gadis itu berdiri di situ? Seingatnya, tadi gadis bermata besar itu masih mengobrol dengan Youngmin usai acara penyambutan berakhir. Lantas kenapa sekarang ia berada di depannya dan bertanya menggunakan Bahasa Mandarin?

"Kau bicara padaku?" Dengan terpaksa Guanlin menggunakan bahasa ayahnya untuk balas bertanya.

Gadis bertubuh semampai itu malah tertawa manis mendengar pertanyaan Guanlin. "Tentu saja," ucapnya di sela tawa. "Aku bicara padamu, Edward Lai."

Mata Guanlin membola mendengar nama panggilan yang disematkan oleh si murid pertukaran. Kenapa gadis itu bisa tahu nama panggilan yang sangat laknat itu? Setahunya, hanya sahabat dekatnya sejak SMP yang tahu tentang masa lalu suramnya di dunia media sosial. Lantas kenapa gadis aneh di depannya juga tahu? Seonho yang secara teknis tumbuh bersamanya selama belasan tahun saja nihil pengetahuan tentang hal itu.

"Kau mengenalku?" Akhirnya Guanlin bertanya.

Dengan masih mempertahankan senyumnya, Tzuyu menjawab, "Tentu saja. Kita pernah bertemu limabelas tahun yang lalu."

Astaga, limabelas tahun, katanya? Itu artinya, usianya baru dua tahun kala itu. Mustahil jika ia mengingat secara rinci apa-apa saja yang terjadi saat itu. Kenangan tentang ayahnya saja tak mampu ia ingat.

"Saat itu kau datang ke Taiwan bersama orang tuamu untuk mengunjungi nenekmu. Aku adalah tetangga nenekmu, dan kita bertemu di rumah nenekmu waktu itu."

Guanlin masih belum merespon. Bagaimana bisa gadis di depannya ini masih mengingat dengan jelas kenangan yang bahkan hanya terjadi secara singkat itu? Oh, ayolah. Seingat Guanlin, ia tidak pernah mengunjungi Taiwan untuk waktu yang lebih lama dari lima hari karena mendiang ayahnya sibuk bekerja di Korea.

"Iya, pertemuan kita waktu itu memang sangat singkat, dan kau pun bersikap acuh padaku saat itu. Tapi aku memang tidak pernah melupakanmu. Bahkan saat kau sudah kembali ke Korea, aku setiap hari bertanya tentang dirimu pada nenekmu, makanya aku bisa tahu banyak hal tentang dirimu sampai sekarang, termasuk tahu tentang akun media sosialmu."

Stalker. Guanlin yakin bahwa gadis itu adalah seorang penguntit. Atau lebih buruk lagi, gadis itu adalah psikopat. Guanlin jadi merinding. Ia harus kabur sekarang.

Jadi cepat-cepat pria itu memutuskan untuk berjalan meninggalkan si gadis aneh.

Tapi sayang, gadis aneh itu sudah lebih dulu menangkap lengannya, menahan geraknya. "Mau kemana?" Tanyanya. "Kau memiliki tanggung jawab untuk mendampingiku di sekolah ini. Aku adalah seniormu, jadi kau harus hormat padaku."

Selamat tinggal hari bebas, selamat datang hari penuh siksa.

—Ӂ—

Guanlin menghela napas lega saat ia sudah kembali ke kelasnya. Kewajiban untuk mengikuti pelajaran membuatnya terbebas dari si murid pertukaran yang menyebalkan. Sungguh, Guanlin lebih memilih untuk mempelajari materi trigonometri yang rumit daripada harus berhadapan dengan Tzuyu.

"Hey, Guanlin." Jinyoung di belakangnya memanggil. Guru Matematika mereka baru saja keluar dari kelas karena suatu urusan, jadi murid-murid untuk beberapa waktu terbebas dari cengkeraman pelajaran penuh angka.

Dengan terpaksa Guanlin menoleh ke belakang. "Apa?" Tanyanya dengan singkat dan malas.

"Bagaimana siswa pertukarannya? Kudengar, ia sangat cantik."

"Aku tidak peduli dengan wajahnya."

"Oh! Kau benar-benar sudah tidak normal!"

Guanlin mendengus kasar dan kembali menghadapkan badan ke depan. Haruskah Guanlin memasukkan Jinyoung dalam daftar hitamnya?

The Chicks - GuanHo feat WoochanWhere stories live. Discover now