7. Dwarf Planet

211 43 23
                                    


Guanlin awalnya ragu. Ia belum siap bertemu dengan adiknya saat ini. Ia masih butuh waktu untuk menata hati dan pikirannya. Matanya bahkan masih sembab karena cukup lama menangis di pelukan Seonho.

Tapi nama terakhir yang disebut meyakinkannya, mendorongnya untuk berlaku sebagai pria sejati, tidak lari dari masalah. Lagipula, Seonho berkata bahwa Guanlin sebaiknya memakai rok saja jika kali ini ia tidak berani mengambil kesempatan kedua yang tersaji di depan mata. Tentu saja Guanlin tak mau dipandang sebelah mata begitu.

Berkat dorongan—yang disertai dengan hinaan—itu, Guanlin akhirnya bersedia mendorong pintu ruang rawat adiknya, membawa tungkai panjangnya memasuki ruangan bercat putih yang kental dengan aroma obat itu.

Ia bisa melihat sosok Woochan duduk bersandar di kepala tempat tidur. Wajahnya masih pucat, pipinya memar, sudut bibirnya robek, dan kepalanya dililit oleh perban. Tangan kanannya juga diperban. Ia mendengar dari ayahnya bahwa tulang di bagian itu retak sehingga perlu mendapat perawatan. Kondisi adiknya memang terbilang buruk.

Langkah kakinya akhirnya sampai di samping ranjang, ia dengan canggung menatap adiknya yang juga sedang menatapnya.

"Kakak itu Lanky atau Naruto?"

Tiba-tiba saja Woochan menyuarakan pertanyaan yang aneh. Apa luka di kepalanya akibat pukulan benda tumpul berdampak pada kinerja otaknya?

Tapi Guanlin mencoba memahami jikalau kepala adiknya memang sedikit miring sekarang. "Bukankah kau bilang kalau aku seperti Lanky?"

Namun secara tak terduga Woochan menggeleng. "Tidak, Kak. Sebenarnya aku lebih menyukai serial Naruto daripada Monster, Inc. ataupun Monster University."

Sungguh, Guanlin yakin bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan kepala adiknya. Haruskah ia memanggil dokter?

Tapi belum sampai ia beranjak untuk memanggil sang ahli penyembuh, suara adiknya menahan tindakannya. "Kak, jika aku diberi kesempatan untuk tinggal di dunia alternatif, maka aku ingin tinggal di dunia Naruto." Guanlin masih belum menanggapi. "Aku ingin menjadi Konohamaru, jika bisa. Dan kakak bisa menjadi Naruto. Kakak tahu? Konohamaru itu sangat mengagumi Naruto meskipun di dalam diri Naruto bersemayam Kyūbi yang sangat mengerikan."

Jujur, Guanlin masih belum mengerti kemana arah pembicaraan ini.

"Aku sebenarnya sama seperti Konohamaru, Kak. Aku tetap mengagumi Kakak meskipun dalam diri kakak bersemayam monster yang membenciku."

Dan akhirnya Guanlin paham, ini bukan kisah Konohamaru Sarutobi dan Naruto Uzumaki, tapi kisah Jo Woochan dan Lai Guanlin.

"Kakak bukanlah Lanky, si pemeran pembantu yang kurang diperhatikan. Kakak adalah Naruto, pemeran utama dalam cerita kita. Ibu bilang, Kakak menyalahkan diri Kakak atas semua yang terjadi. Jangan seperti itu, Kak. Semua ini salahku. Sebagai pemeran utama, Kakak adalah tokoh protagonisnya, aku yang antagonis."

"Woochan..."

"Meskipun Kakak mengabaikanku dan tak peduli padaku, tapi tidak seharusnya aku marah dan mengambil jalan yang salah. Ayah dan Ibu sudah melarang kita untuk tidak dekat-dekat dengan Kak Wooseok, tapi aku melanggar. Aku adalah si jahat di sini, Kak. Kakak tidak bersalah."

Guanlin sebenarnya bukan lelaki cengeng, bahkan ia tidak menangis ketika lututnya lecet gara-gara tersandung batu lalu terjatuh. Tidak, Guanlin itu lelaki sejati, kok.

Tapi detik ini juga cairan asin terjun dari mata indahnya, ia tak kuasa melihat Woochan yang justru menyalahkan dirinya sendiri, padahal bisa saja adiknya itu melimpahkan semua tuduhan padanya.

The Chicks - GuanHo feat WoochanWhere stories live. Discover now