9. Hwacheon County

212 52 45
                                    


Tidak hanya berdua, tapi bertiga. Tidak hanya sepasang kakak-beradik, tapi tiga sahabat.

Guanlin, Seonho, dan Woochan akhirnya benar-benar pergi mengunjungi Wooseok sore ini. Dengan menggunakan taksi, mereka bertiga sampai di tempat penahanan Wooseok.

Mereka diperbolehkan untuk menemui sang tahanan. Wooseok sudah menjalani sidang pertama, tapi putusan hakim belum dijatuhkan. Ia masih harus menunggu sidang berikutnya untuk mendapat keputusan.

Dengan dibatasi oleh sekat kaca dengan lubang-lubang kecil, tiga sahabat itu akhirnya bertemu dengan sahabat lama mereka. Hanya ada satu kursi di bagian pengunjung, dan Woochan yang duduk di sana. Guanlin dan Seonho berdiri di belakang anak itu.

Atmosfernya canggung, bahkan beberapa menit sudah terlewati, tapi belum ada yang buka suara.

Hingga akhirnya si kecil lah yang mengawali. "Kak Wooseok apa kabar?"

Pertanyaan itu tampaknya mampu mencairkan suasana. Hal itu terbukti dari keluarnya suara tawa seorang Jung Wooseok. "Bukankah seharusnya aku yang bertanya begitu padamu? Kau babak belur begitu, apa sekarang sudah merasa baikan?"

"Sudah." Woochan mengangguk semangat. "Apalagi setelah bertemu dengan Kak Wooseok," lanjutnya. "Aku juga membawa Kak Guanlin dan Kak Seonho. Ini seperti sebuah reuni kecil, bukan?"

Seonho tersenyum, sementara Guanlin masih setia memasang wajah datar.

"Halo, Seonho. Kabarmu bagaimana?" Wooseok melempar pandang ke arah Seonho.

"Kabarku baik, Kak. Ya ampun, ternyata Kak Wooseok masih bertambah tinggi, ya? Padahal kupikir pertumbuhan tubuh Kakak sudah terhenti beberapa tahun silam. Sungguh tidak adil!"

Perkataan Seonho juga semakin membuat suasana menghangat. Guanlin yang tadi berekspresi datar kini tersenyum kecil.

"Lalu kau bagaimana, Guanlin?" Kali ini Wooseok beralih pada Guanlin. "Masih membenciku?"

Untuk sejenak atmosfer kembali membeku. Pasalnya, senyum Guanlin lenyap dan ia juga tak kunjung menjawab.

Tapi untung suasana itu tak bertahan lama. Sang pria Lai menghela napas, kemudian menjawab, "Bohong kalau aku berkata tidak, tapi membenci bukan berarti tidak peduli. Aku masih peduli padamu, Kak. Kuharap setelah ini kau akan berubah menjadi lebih baik dan kembali pada kami. Kau tahu kalau tangan kami selalu terbuka untukmu, 'kan?"

Kini Wooseok tersenyum. Mata elangnya tampak basah. Bisa dipastikan pria itu sedang menahan tangisnya. "Aku benar-benar minta maaf." Suaranya pun mulai serak. "Kupikir Woochan sama denganku, sama-sama tidak mendapat perhatian dari orang yang kami sayangi. Kupikir memberontak adalah jalan terbaik untuk mendapatkan perhatian itu. Aku benar-benar bodoh. Kumohon maafkan aku."

Seonho terlihat mengusap air mata di pipinya, sementara Guanlin dan Woochan mencoba tetap tegar menghadapi permintaan maaf Wooseok.

"Kak, jangan jadikan kesalahan sebagai sumber penyesalan, jadikan kesalahan sebagai pelajaran. Kami belajar banyak dari ini, dan kupikir Kakak juga iya. Daripada menyesal, mari kita sama-sama memperbaiki diri. Kelak pasti semuanya jadi lebih baik."

Entah sejak kapan Guanlin punya pemikiran yang dewasa seperti itu, tapi Wooseok bisa tersenyum penuh haru mendengar perkataan itu.

"Andai tidak ada kaca bodoh ini sebagai pembatas, maka aku pasti sudah memeluk kalian saat ini."

"Aku bisa memecah kaca ini, Kak Wooseok."

"Woochan, jangan berulah."

Seonho hanya tertawa mendengar perdebatan tiga lelaki dengan wajah mirip di hadapannya. Benar. Guanlin, Woochan, dan Wooseok sebenarnya memiliki wajah yang mirip satu sama lain. Orang yang tidak tahu pasti akan menganggap bahwa mereka bertiga adalah saudara kandung karena kemiripan rupa.

The Chicks - GuanHo feat WoochanWhere stories live. Discover now