6. Door to Hell

212 52 28
                                    


WARNING! This part is little bit hurt!

.

.

.

Suasana hening itu mencekam, atmosfernya mengancam, membuat individu ragu berbuat macam-macam, sehingga mereka memilih untuk tetap diam.

Kecuali Lai Guanlin.

"Kak Tzuyu, sepertinya kita harus bicara."

Meskipun Guanlin berbicara dengan Bahasa Mandarin, Seonho sepertinya dapat memahami maksudnya. Tanpa suara, lelaki muda itu mulai melangkah meninggalkan Guanlin dan Tzuyu.

Tapi ia bahkan belum sampai mendapatkan tapak kedua ketika telapak tangannya digenggam oleh Guanlin. "Kau di sini saja. Kau sedikit bisa memahami Bahasa Mandarin, 'kan? Jadi kuharap kau bisa mengerti pembicaraan kami."

Seonho sebenarnya tak paham, tapi ia juga tak lagi memiliki niatan untuk kabur. Jadilah ia mengangguk dan menutup bibirnya rapat-rapat supaya Guanlin dan Tzuyu bisa bicara tanpa gangguan.

"Kak Tzuyu." Guanlin menoleh kembali pada Tzuyu. "Apa Kak Tzuyu menyukaiku?"

Bukan hanya Tzuyu yang terkejut karena pertanyaan frontal Guanlin, Seonho yang kemampuan Bahasa Mandarinnya pas-pasan pun tampak mengerti dan juga kaget.

"Hah? Kau ini bicara apa, Guanlin? Aku tid—"

"Tidak perlu malu, Kak. Tidak apa-apa kok kalau Kak Tzuyu menyukaiku. Tapi maaf, aku saat ini menyukai orang lain, jadi aku tidak bisa membalas perasaan Kakak."

Dengan serius dan hati-hati Guanlin menerangkan, matanya sesekali melirik ke arah Seonho, sedikit banyak berharap supaya anak itu mengerti apa yang ia katakan, juga mengerti perasaannya.

Di lain sisi, Tzuyu yang tadi tertegun karena perkataan Guanlin kini justru tertawa keras. Gadis anggun bertubuh langsing itu ternyata bisa juga terbahak tanpa mempedulikan penampilan.

"Sepertinya kau salah paham, Guanlin," ucapnya di antara tawanya. "Tampaknya kau berpikir begitu karena aku terus saja mendekatimu selama aku berada di Korea. Benar, 'kan? Padahal aku tidak bermaksud seperti itu. Apa menurutmu, aku bisa memendam rasa pada seorang laki-laki yang sudah kuanggap seperti adikku sendiri?"

Guanlin mengerjap bingung. Sebentar, ia belum terlalu bisa menangkap maksud dari perkataan sang murid pertukaran.

Melihat Guanlin yang masih bengong, Tzuyu kembali bicara, "Kau mungkin sudah lupa, tapi saat kita masih kecil, aku memang sudah menganggapmu sebagai adikku. Adikku meninggal, bahkan sebelum sempat dilahirkan, dan saat itu aku bertemu denganmu. Aku langsung merasa bahwa kau itu seperti adik walaupun kau acuh padaku. Aku benar-benar tulus menganggapmu sebagai adik, Guanlin."

Kali ini Guanlin paham. Perlahan urat malunya muncul, menghadirkan rona merah di pipinya. Bodoh, ternyata ia sudah salah mengartikan perlakuan Tzuyu kepadanya. Bodoh juga karena ia tak mengingat satupun kenangan masa kecilnya bersama Tzuyu di Taiwan.

"Lagipula aku sudah memiliki kekasih di Taiwan, Guanlin. Ia sangat tampan, dan yang terpenting, ia tidak memakai nama Edward sebagai nama kerennya di media sosial."

Ini namanya kesialan ganda. Sudah malu karena salah paham, sekarang pakai dihina segala gara-gara nama samaran yang sangat norak.

"Dan lagi, aku tahu kau punya perasaan pada anak ini, Guanlin." Tzuyu melirik Seonho yang tadi terdiam. "Kuharap ia segera peka pada perasaanmu jadi kalian bisa bersama."

The Chicks - GuanHo feat WoochanWhere stories live. Discover now