Part 1 - Who is he

23.1K 1.3K 36
                                    

“Cia! Sampai kapan kau akan tidur?! Kau itu tidur atau mati, hah?!” teriak seorang wanita paruh baya kepada seorang gadis yang sedang meringkuk di atas alas tipis.

Mendengar teriakan tersebut sontak membuat gadis itu membuka matanya dan berdiri dengan cepat. Ia terlalu kaget, tubuhnya gemetar karena terbangun tiba-tiba. Napasnya memburu, kepalanya sedikit pening.

“Ma-maafkan aku, Bu,” lirih gadis itu.

“Cih! Tidak sudi aku menjadi ibumu," sentak wanita itu. Melirik sinis kearah Cia yang menunduk takut dan diam tak membalas.

“Cepat buatkan kami sarapan!” wanita itu melenggang pergi dari loteng tempat Cia tidur.

Cia buru-buru membereskan alas tidur dan selimutnya yang tipis. Dia sedikit merapikan rambutnya yang berantakan karena bangun tidur. Tubuhnya yang kurus terbalut dress lusuh berwarna biru cerah dengan lengan pendek dan panjangnya sedikit dibawah lutut. Namun kesederhanaannya tidak menghilangkan kecantikannya. Setelah itu ia langsung bergegas menuju dapur, memasakkan makanan untuk ibu dan saudara angkatnya. Kemudian menyajikannya di meja makan.

Ibu dan saudara angkatnya duduk di bangku meja makan. Mereka mulai makan. Sedangkan dirinya kembali ke dapur saat melihat dua orang tersebut. Ia memang biasa menyisihkan sedikit nasi dan lauk untuk ia makan di dapur. Ibunya tidak mengizikannya makan bersama di meja makan. Dan saudaranya itu pun tidak memiliki niat untuk mengajaknya.

Setelah mereka selesai makan, ia membereskan meja makan dan membersihkan seluruh rumah. Jika mereka pulang dan rumah tidak bersih, ibunya pasti akan menghukumnya. Sudah beberapa kali dirinya mendapat hukuman itu seakan tak pernah puas dan sudah menjadi makanan sehari-hari.

“Jangan lupa, saat kami pulang. Rumah ini harus dalam keadaan bersih,” perintah Lusi, sang Ibu.

“I-iya.”

Keni, saudarinya, pergi ke sekolah sedangkan Ibunya pergi entah kemana. Mungkin saja bekerja. Acacia yang berdiri di ambang pintu menatap iri kearah Keni yang membawa tasnya. Terus saja melihat dua orang itu sampai masuk ke dalam mobil lawas dan pergi meninggalkannya sendirian di rumah ini. Seperti biasa. Tidak boleh keluar rumah. Padahal dirinya juga ingin merasakan apa itu sekolah dan punya teman.

Acacia menghela napas panjang. Pikirannya melayang pada beberapa tahun silam. Beberapa memori masih melekat di pikirannya. Tentang kedua orangtua kandungnya dan tentang bagaimana dirinya bisa terdampar di rumah ini. Orangtuanya sudah tiada sejak dirinya berumur lima tahun. Kenangan itu masih terus ada sampai saat ini. Bagaimana dua orang tercintanya itu meregang nyawa demi melindunginya. Berlumuran darah di depan matanya. Dan dirinya hanya bisa menangis. Tahu apa anak kecil tentang masalah seperti itu?

Paginya dia ditemukan oleh pria dan wanita petani, juga satu orang anak kecil seumuran dengannya. Menemukan dirinya di tengah ladang milik suami istri itu tanpa tahu kemana orangtua kandungnya pergi. Acacia yang masih kecil tetap tidak tahu apa-apa karena sebagian memori itu hilang begitu saja. Mereka membawanya pulang untuk tinggal bersama. Acacia merasakan kembali kehangatan keluarga itu sampai ia sangat betah dan tak keluar rumah. Namun hanya sesaat. Setelah pria petani yang ia sebut Ayah itu meninggal karena serangan hewan buas satu tahun setelah dirinya tinggal bersama keluarga kecil itu.

Semua kehangatan sirna sudah. Tergantikan dengan bentakan dan makian setiap hari yang ditujukan untuknya. Mereka menganggap dirinya pembawa sial. Lusi selalu menyalahkannya atas kematian Evan, suaminya. Tidak segan-segan menghukumnya. Memukulnya, mencambuk, bahkan mengurungnya.

Acacia kembali pada kesadarannya saat ini. Ia merasakan sesuatu mengalir di pipinya lalu tangannya mengusap. Ternyata dia menangis tanpa sadar. Lagi. Gadis itu memutuskan untuk menghilangkan rasa tak nyaman karena mengingat kembali memori itu. Lebih baik sekarang dirinya sedang pergi ke hutan untuk berjalan-jalan. Hanya di waktu ini dirinya bisa bebas kemana saja. Semua pekerjaan rumah sudah terselesaikan. Dan ia harus pulang sebelum jam makan siang.

Vasílissa Mou ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now