Part 21 - Hope

7.1K 622 22
                                    

“Bagaimana? Apa sudah ada perkembangan tentang keadaannya?” tanya seorang pria yang berdiri di depan pintu kamar.

Orang di depannya menggeleng. Raut wajahnya menyiratkan penyesalan yang dalam.

“Belum ada perkembangan apapun, Beta. Kami sudah berusaha sebaik mungkin. Tetapi tenaga Luna belum juga pulih,” jawab healer itu sendu.

Sang Healer menghela napas berat. Lunanya belum juga bangun semenjak kejadian itu. Dan Alphanya juga sama, belum sadarkan diri. Namun alpha telah menunjukkan perkembangan yang baik dari terakhir kali para healer memeriksanya. Sedangkan sang Luna belum ada tanda-tanda perkembangan apapun.

“Beta Alert! Alpha sudah sadarkan diri.” mindlink salah satu warrior yang menjaga alphanya.
Alert yang mendengar kabar itu senang sekaligus sedih. Senang karena alpha sekaligus sahabatnya sudah sadarkan diri. Dan sedihnya adalah, alphanya sudah bangun sedangkan lunanya belum. Entah bagaimana reaksi Steve saat tahu matenya belum terbangun.

“Baiklah aku akan kesana,” jawab Alert lalu memutuskan mindlink mereka.

Alert, diikuti seorang healer, berjalan cepat menuju kamar Steve.
Benar saja, saat Alert tiba di ambang pintu, Steve sudah membuka matanya. Pria itu melihat sekitar dan mengernyit bingung. Dia langsung beranjak dari ranjangnya saat mengingat tidak bersamanya.

“Dimana mateku?” tanya Steve memandang semua yang ada di kamar itu dengan tajam.

Semua yang ada disana hanya bisa bungkam dan menundukkan kepala mereka. Alert yang menyadari aura mencekam di sekitarnya langsung angkat bicara.

“Sebaiknya kau beristirahat dulu Steve. Kau baru saja pulih,” ujar Alert yang langsung dihadiahi tatapan tajam dari iris biru laut yang memancarkan sedikit warna gold itu.

“KATAKAN DIMANA DIA SEKARANG!!” bentak Steve dengan Alpha-tone nya membuat semua yang ada disana berjengit kaget.

Steve memegang kepalanya yang terasa sangat sakit setelah dirinya berteriak tadi. Ia menggeram pelan dan menajamkan indra penciumannya. Saat itu pula ia mencium aroma matenya yang samar-samar.

Kakinya melangkah cepat keluar kamar. Mengikuti aroma mawar dan mint yang membawanya ke kamar lain yang terletak tak jauh dari kamarnya.

Alert yang hendak menyusul dan mencegah Steve mengurungkan niatnya karena ada seseorang yang menahan lengannya. Ia membalikkan badan, dan melihat matenya yang sedang tersenyum lembut ke arahnya.

“Biarkan saja. Mungkin dengan bersama matenya keadaannya akan semakin membaik. Begitu pula dengan Cia, dia juga pasti membutuhkan Steve disampingnya,” jelas Petra, Alert tersenyum kemudian mengangguk mengerti.

***

Steve's POV

Aku tidak tahu apa yang terjadi setelah kejadian kemarin. Cia memakai kekuatannya untuk mengeluarkan sihir hitam di dalam tubuhku. Saat aku membuka mataku tadi, hal pertama yang aku cari adalah gadisku. Aku sangat takut saat mengetahui ia tidak ada disampingku saat aku terbangun.

Alert dan yang lainnya tidak menjawab pertanyaanku saat aku bertanya pada mereka dimana mateku berada. Betaku itu bahkan melarangku untuk sekedar pergi dari kamar. Sungguh aku tidak peduli dengan kondisiku sekarang, yang aku inginkan hanya mateku. Aku ingin bertemu dengannya.

Disinilah aku sekarang. Tempat dimana mateku terbaring dengan damai enggan membuka mata indahnya. Ini semua salahku. Seandainya Cia tidak melakukan hal nekat seperti kemarin, sekarang dia pasti baik-baik saja.

Vasílissa Mou ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now