Part 23 - The Journey

6.9K 583 12
                                    

Hari sudah semakin gelap. Langit pun sudah menunjukkan warna jingga bercampur ungu. Matahari kembali ke tempat persembunyiannya, berganti dengan sang Dewi malam yang akan menghiasi langit yang gelap.

Ketiga orang itu masih terus berjalan semakin masuk ke dalam hutan. Sudah sejak satu jam yang lalu mereka meninggalkan wilayah Heraklees Pack.

“Lebih baik kita istirahat dulu. Hari sudah semakin malam,” usul Zeth yang diangguki oleh kedua gadis di sebelahnya.

“Tapi dimana?” tanya Ovra bingung. Matanya menatap sekeliling yang sudah semakin gelap, ia mencari-cari tempat yang pas untuk mereka beristirahat.

“Kalian tunggu disini. Aku saja yang mencari tempatnya.” Zeth mengubah dirinya menjadi burung phoenix yang ukurannya lebih kecil. Lalu ia terbang meninggalkan Cia dan Ovra untuk mencari gubuk ataupun gua yang bisa mereka tempati.

Sekitar lima menit Zeth mengitari hutan, ia akhirnya menemukan sebuah gua yang lumayan besar. Ia pun segera kembali ke tempat Cia dan Ovra tadi. Dia menuntun mereka berdua ke tempat yang ditemukannya.

“Baiklah, sekarang kita harus beristirahat. Besok pagi kita akan melanjutkan perjalanan.” ujar Ovra sambil merentangkan kedua tangannya ke atas.

“Aku akan keluar mencari kayu untuk membuat api unggun. Kalian tetap disini dan jangan kemana-mana sebelum aku kembali.” Zeth melangkah keluar gua. Ia mencari beberapa kayu di hutan untuk membuat api unggun supaya saat hari semakin malam mereka tidak kedinginan.

Ovra dan Cia menunggu di dalam gua dengan perasaan was-was. Beberapa menit kemudian Zeth kembali dengan beberapa kayu di tangannya. Zeth memiliki kemampuan mengeluarkan api dari tangan, jadi membuat api unggun tidaklah sulit untuknya.

Mereka tidur bersandarkan dinding gua dan beralaskan daun agar tidak terlalu dingin. Untung saja saat berangkat tadi mereka sudah memakai jubah untuk menghangatkan tubuh.

Cia semakin mengeratkan jubah yang ia kenakan saat angin malam berhembus menerpa tubuhnya. Jika saja ada Steve disampingnya maka pasti ia tidak akan merasa kedinginan, karena ada Steve yang akan memeluk tubuhnya agar merasa hangat. Saat ini ia belum merasa mengantuk.

Pandangannya mengarah ke luar gua yang sunyi dan gelap. Hanya suara binatang malam yang saling bersahutan dan suara api yang membakar kayu. Ia sedikit mendongak untuk melihat langit malam.

Cia memikirkan apa yang sedang dilakukan Steve di packnya. Belum ada satu hari ia meninggalkan Steve, tetapi kenapa rasanya ia sudah sangat merindukan pria itu. Apa Steve juga merindukannya?

Sudut bibirnya tertarik keatas saat memikirkan kebersamaan mereka. Ia sangat merindukan senyum pria itu yang mampu membuat hatinya berdesir. Cia pun memejamkan matanya saat rasa kantuk mulai menyerangnya. Berkelana ke alam mimpi.

***

Steve's POV

Saat Cia memutuskan untuk pergi. Dan aku dengan berat hati memenuhi keinginannya. Namun, aku menyuruh seorang elder kepercayaanku untuk mengikutinya diam-diam. Aku tidak mau terjadi hal buruk pada mate-ku. Elder bernama Hector itu baru saja memberiku kabar jika mate-ku dan kedua guardian-nya sedang beristirahat di sebuah gua yang letaknya jauh dengan wilayah packku.

Aku semakin khawatir dengan keadaannya. Bagaimana jika dia kedinginan atau kelaparan di sana? Jika saja aku bisa ikut aku akan ikut. Tetapi tanggungjawabku sebagai seorang alpha tidak bisa aku tinggalkan. Jadi aku hanya bisa mengandalkan Hector untuk mengawasi mate-ku diam-diam. Memberitahu kabarnya setiap kali dia berpindah tempat, sekaligus mengawasi sekitarnya agar tidak ada sesuatu yang berbahaya mengintai mate-ku.

Vasílissa Mou ✔ [Revisi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang