Part 17 - Wedding Party

9K 620 4
                                    

Cia's POV

Aku merasakan ada yang menepuk-nepuk pipiku. Membuatku melenguh dan terbangun dari mimpi tidurku. Aku mencoba membuka mataku yang terasa sangat berat ini.

“Bangun, sayang. Kau harus makan dulu.” aku sayup-sayup mendengar suara orang yang sangat aku kenal.

Dia terus membangunkanku, sesekali mengguncang pelan tubuhku. Mataku mengerjap beberapa kali, melihat siapa gerangan orang yang sudah membangunkanku.

“Steve?” tanyaku dengan suara lirih dan mata yang menyipit. Aku bangun dan menyenderkan tubuh di kepala ranjang.

“Jam berapa ini?” tanyaku lagi.

“Jam 4 sore. Kau belum makan dari tadi siang, kan? Aku membawakannya untukmu,” ujarnya.

Ia memberikan sepiring omelet yang terlihat sangat lezat. Aku memakannya sampai habis. Kemudian ia memberikan segelas air putih yang langsung ku minum. Setelah makan, ia beranjak dari tempatnya.

Steve mengambil dua buah kotak berbeda ukuran dari atas meja rias. Ia memberikannya padaku, membuatku mengernyit bingung.

“Apa ini?” tanyaku setelah ia meletakkan kotak itu di hadapanku.

“Kita akan menghadiri pesta pernikahan sahabatku. Dan kau akan memakai itu,” jawabnya sambil menunjuk kotak itu dengan dagunya.

Aku baru ingat kalau pesta itu akan diadakan nanti malam. Sesuai janjinya, Steve sudah menyiapkan semuanya untuk aku datang ke pesta nanti.

“Aku juga sudah membelikanmu beberapa pakaian untuk kau kenakan sehari-hari. Semuanya sudah ada di walk in closet.”

“Kau membeli banyak pakaian untukku? Apa itu tidak berlebihan?”

“Tentu saja tidak, sayang. That's my duty,” katanya seraya mengelus pipiku lembut.

Ia tersenyum sangat manis. Matanya menatapku lekat, seolah aku akan pergi dari sisinya. Aku pun membalas senyum pria itu. Seolah teringat sesuatu, aku menatap kakiku yang terkilir tadi. Lalu sedikit menggerakannya.

“Kakiku?”

“Sudah diobati. Tadi aku meminta dokter khusus untuk mengoleskan obat yang dibuat oleh seorang witch. Hanya membutuhkan waktu sebentar lukamu sembuh.”

“Terimakasih.”

Steve mengangguk. “Aku akan menunggumu di bawah. Petra akan membantumu bersiap.” kemudian ia melangkah keluar kamar.

Beberapa menit kemudian Petra datang dengan senyum lebarnya. Ia kemudian menghampiriku yang sedang duduk di tepi ranjang.

“Cepatlah mandi Cia. Aku akan membantumu bersiap agar tampak cantik,” ujarnya dengan antusias.

Aku langsung berjalan menuju kamar mandi. Beberapa menit kemudian aku telah selesai mandi dan keluar dari sana. Kulihat Petra yang sedang duduk di kursi meja rias dan sibuk dengan alat-alat make upnya.

Saat menyadari aku berjalan ke arahnya, ia bangkit berdiri dan menarik tanganku lembut agar duduk di kursi meja rias. Aku hanya menurut dengan apa yang akan ia lakukan.

Ia mulai memoles wajahku dengan make-up yang sederhana dan tidak berlebihan. Yang terakhir ia memakaikan lipstik berwarna rose bud. Tangannya sangat ahli dalam merias wajahku. Aku yang tidak pernah berdandan hanya diam.

“Nah, sudah selesai!” ucapnya bangga dengan hasil yang ia dapatkan.

Aku melihat diriku di depan cermin. Dia sangat pandai merias wajah. Walaupun ia jarang sekali memakai make-up.

Vasílissa Mou ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now