Part 8 - Escape

10.6K 837 8
                                    

Cia's POV

Saat aku tertidur, samar-samar aku mendengar bisikan seseorang mengatakan hal yang membuatku merasa nyaman dan seseorang itu mencium keningku.

Jendela rumah sakit terbuka sedikit kasar. Aku yang mendengar itu langsung terbangun dan mengedarkan pandangan. Ruangan ini sangat gelap. Apa listriknya padam?

Aku melihat ada seseorang yang berdiri membelakangiku di dekat jendela yang terbuka. Orang itu mengenakan pakaian hitam bertudung. Minimnya pencahayaan membuatku menyipitkan mata untuk melihat lebih jelas siapa orang itu. Hanya cahaya bulan yang masuk melalui jendela yang menjadi penerangan.

“Si-siapa kau?” tanyaku takut. Orang itu berbalik dan berjalan mendekat kearahku dengan perlahan. Aku semakin ketakutan dan semakin beringsut mundur.

“Jangan takut, manis,” ucapnya membuatku merinding seketika.

Aku yakin ia sedang menyeringai sekarang. Aura yang dikeluarkannya sangat berbahaya. Tetapi suaranya seperti tidak asing di telingaku. Apa aku mengenal orang ini? Aku menelan ludahku susah payah. Menggenggam erat kalung pemberian ibuku dan berdoa dalam hati, berharap akan ada yang menolongku.

Mataku membelalak terkejut saat melihatnya membuka tudung yang menutupi seluruh wajahnya. Tubuhku semakin bergetar ketakutan dan keringat dingin mulai membasahi tubuhku saat melihat siapa orang yang sekarang ada di hadapanku.

Seringaian licik masih terlihat jelas di wajah orang itu. Dia melihatku yang semakin ketakutan dengan tatapan mengejeknya. Langkahnya semakin berjalan mendekat kearahku.

“A-apa yang akan kau lakukan?”

“Ternyata kau adalah orang yang selama ini kami cari,” katanya.

Tangannya bergerak memegang lenganku erat. Aku memberontak berusaha melepaskan diri dari cengkramannya.

“Berteriaklah sesukamu, tidak akan ada yang dapat mendengar teriakanmu itu,” ucapnya.

Saat itu pula asap hitam yang keluar dari tubuhnya mengelilingi kami.
Ia berdecak beberapa kali.

“Sayang sekali, gadis lugu sepertimu akan mati di tangan kami.” dan tawanya seperti melodi kematian di telingaku.

“Tolong!” teriakku, air mataku sudah tidak bisa ku bendung lagi. Sekarang aku sudah benar-benar ketakutan.

“Ssttt … kenapa kau takut begitu? Apa wajahku menyeramkan, hm?” bisiknya tepat di depan wajahku.

Matanya menyorot tajam. Telunjuknya mengangkat daguku.
Aku kembali berteriak ketakutan. Sepertinya hal itu justru membuatnya marah. Dia menipiskan bibirnya. Tangannya beralih mencengkeran rahangku.

“Sudah ku bilang, manis. Tidak akan ada yang bisa mendengarmu. Aku sangat membenci suara tangisanmu dan teriakanmu,” desisnya dan cengkraman tangannya semakin mengerat. Iris matanya berubah menjadi merah gelap.

Tanganku terus berusaha melepaskan diri dari cengkraman tangannya. Ia sepertinya juga sudah emosi karena melihatku yang tidak menurut padanya. Sampai ia menyentakkan tangan sampai kalung yang sedari tadi ku genggam terlepas dari leherku. Saat aku akan mengambil kalung itu, tiba-tiba ada bayangan hitam yang menghantam tubuhku membuatku menjerit dan kegelapan menghampiriku.

Dan aku tidak tahu apa yang terjadi padaku selanjutnya.

Cia's POV End

***

Gadis itu mengerjapkan matanya beberapa kali. Tubuhnya terasa sakit dan kepalanya terasa berat. Hal pertama yang dia lihat adalah ruangan minim cahaya dengan pintu jeruji besi. Seperti penjara. Bukan, ini memang penjara. Lebih tepatnya penjara bawah tanah. Bau anyir langsung menghantam indra penciumannya. Hawanya lembab dan pengap.

Vasílissa Mou ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now