Part 19 - Oddity

6.7K 579 24
                                    

Cia terbangun, matanya mengerjap beberapa kali. Dia menatap ke atas. Ruangan dengan nuansa putih dan aroma obat-obatan yang menyengat di indra penciumannya.  Tangannya memegang kepalanya yang sedikit pusing. Ia juga merasakan ngilu pada punggung tangannya yang diinfus.

“Cia! Syukurlah kau sudah sadar,” ujar seorang gadis yang baru saja masuk ke ruang rawatnya. Ia kembali keluar untuk memanggil seorang dokter.

Kemudian gadis itu kembali dengan seorang dokter dan perawat di belakangnya. Wajahnya menunjukkan kelegaan yang teramat sangat.

“Kondisi Luna sudah semakin membaik. Ia hanya perlu memulihkan tenaganya dalam beberapa hari dan butuh banyak istirahat,” ucap dokter itu setelah memeriksa kondisi Cia. Perawat di sebelahnya mengecek selang dan botol infus, sesekali mencatat.

“Baiklah. Terimakasih dokter.”

“Sama-sama Nona. Saya permisi.” ia membungkuk hormat kemudian keluar diikuti perawat dibelakangnya.

“Bagaimana keadaanmu?” tanya Petra.

Cia mengangguk lemah. “Lebih baik,” jawabnya dengan suara serak.

Petra mengambil segelas air minum di atas nakas dan memberikannya pada Cia.

“Berapa lama aku tak sadarkan diri?” tanya Cia.

“Satu hari.”

Seketika ingatannya kembali pada kejadian kemarin. Saat para Skliros menyerangnya. Lalu Steve yang menyelamatkannya. Steve?!

“Dimana Steve?” tanya Cia panik dan langsung terduduk. Melupakan rasa sakitnya. Ia hanya ingin bertemu dengan pria itu.

Petra menelan salivanya susah payah. “Kau tenang saja. Di-dia baik-baik saja. Tadi Alert memberi tahuku jika Alpha sudah sadar sebelum kau,” jawab Petra dengan nada tak yakin.

Cia melihat raut wajah Petra yang berubah. Takut dan menyesal. Ia curiga jika Petra menyembunyikan sesuatu darinya.

“Ke-kenapa kau menatapku seperti itu?” tanya Petra terbata.

“Aku ingin bertemu dengannya,” tegas Cia.

“Jangan!” seru Petra saat melihat Cia akan turun dari kasurnya. Cia mengernyitkan dahi.

“Kau dengar ucapan dokter tadi bukan? Kau harus banyak beristirahat. Percayalah padaku, Alpha pasti baik-baik saja. Bukankah dia werewolf? Pasti bisa menyembuhkan lukanya sendiri. Alpha yang memintaku untuk menjagamu. Jika terjadi apa-apa padamu aku yang akan terkena masalah,” lanjut Petra panjang lebar.

Ia mengatakannya dengan yakin, meskipun terselip kebohongan disana. Ia merasa menyesal telah membohongi sahabatnya ini. Tetapi Petra melakukan ini demi Cia.

Cia menghembuskan napasnya berat. Kepalanya mengangguk. “Baiklah, kau benar. Aku yakin dia akan baik-baik saja,” ucap Cia mencoba berpikir positif.

Petra menghembuskan napas lega.
“Kau ingin jalan-jalan?” tawar Petra.

“Iya.”

“Baiklah. Aku akan menemanimu.”

Petra mengambil kursi roda. Membantu Cia duduk di kursi roda itu kemudian mendorongnya perlahan.

Vasílissa Mou ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now