Part 15 - Destiny

8.5K 704 5
                                    

Cia's POV

Setelah makan malam selesai. Steve mengajakku ke taman belakang mansion. Taman ini luas sekali dengan penerangan lampu-lampu taman yang indah. Meskipun aku pernah ke taman ini, tetapi suasana saat malam hari terasa berbeda. Berkali-kali aku kemari pun sepertinya tak akan pernah bosan.

Cahaya bulan bersinar menerangi gelapnya langit malam. Angin berhembus pelan membelai wajahku dengan lembut. Suara binatang malam yang saling bersahutan seakan sedang bernyanyi membelah kesunyian malam. Kunang-kunang terbang di atas bunga dan rumput membuatnya terihat seperti serbuk cahaya.

Aku melangkahkan kaki menuju pinggir danau. Entah kenapa aku sangat suka melihatnya. Air danau yang jernih diterpa cahaya bulan perak, membuat danau itu semakin indah dan terlihat berkilau.

“Apa kau menyukainya?” tanya Steve yang berdiri tepat disampingku. Aku yakin mata biru lautnya sedang menatapku lekat.

Aku tersenyum dan mengangguk sebagai jawaban. Menghela napas dalam menikmati udara malam yang terasa dingin. Kami berdua duduk di tepi danau.

Cia's POV End

***

Mereka berdua duduk di tepi danau dengan kesunyian yang menyelimutinya. Steve tak melepaskan pandangannya dari gadis yang sedang duduk di sebelahnya. Gadis itu mencelupkan tangan kanannya ke air danau, menimbulkan riak-riak kecil.

“Cia.” panggil Steve.

“Hm?”

Cia menjawabnya dengan gumaman tanpa melihat ke arah Steve. Masih sibuk dengan kegiatannya, kini melihat kunang-kunang yang terbang mengelilinginya. Tangannya sesekali meraih mereka untuk ia sentuh. Kemudian terkekeh pelan saat tangannya berhasil menyentuh cahaya kunang-kunang itu.

“Aku ingin memberikanmu ini.”

Ucapan Steve membuat pandangan Cia teralihkan dari kunang-kunang itu. Beralih menatap tangan Steve yang sedang memegang sebuah kalung. Kalung pemberian ibunya.

“Dimana kau menemukannya?” tanya Cia.

“Di ruang rawatmu setelah kau diculik. Alert menemukan ini saat dia sedang menyelidiki ruangan itu.”

Cia hanya mengangguk mengerti. Steve bangkit dari duduknya dan duduk di belakang Cia. Ia memasangkan kalung itu di leher Cia, lalu membenarkan rambut panjang gadis itu.

“Terimakasih. Kalung ini sangat berharga untukku,” ujar Cia sambil mengenggam bandul kalung itu.

“Apapun untukmu,” balas Steve tulus.

Cia membalikkan badannya sehingga sekarang posisi mereka berhadapan. Mereka saling berpandangan cukup lama. Steve melihat ke dalam manik mata Cia, dan sialnya dia tidak bisa mengartikan tatapan gadisnya itu.
Kedua tangannya menengadah, sesuatu yang bercahaya keluar dari telapak tangan gadis itu. Sebuah berlian berwarna ungu pemberian Moon saat di mimpinya.

Steve melihat berlian itu dengan tatapan bingung.

“Aku ingin memberimu ini.” Cia menarik pelan tangan Steve dan meletakkan berlian itu di tangannya.

“Ini? Untuk apa?” tanya Steve beralih menatap wajah Cia.

“Seseorang mengatakan padaku jika aku harus memberikan ini padamu,” jawab Cia membuat kening Steve berkerut.

Vasílissa Mou ✔ [Revisi]Where stories live. Discover now