29

2.3K 651 65
                                    


Jatuh, Jaejoong tak bisa menahan air matanya. Kenapa Yunho jahat sekali, ia bahkan sudah menceritakan sebenarnya tanpa ingin berdusta. Kenapa masalah itu menjadi besar? Ia mencintai Yunho, bukan Yunwoo. Tidak bisakah Yunho mengerti bahwa kesalahan awalnya malah mempertemukan mereka.

Tersedu-sedu, Jaejoong merasa hatinya sakit sekali. Ia tidak bisa melepaskan pria itu. Tidak, ia tidak bisa menerima apa yang Yunho katakan. Berdiam diri tidak akan mengubah apapun malah Yunho akan terus berpikir bahwa ia hanya bermain saja. Melakukan sesuatu agar pria itu percaya, Jaejoong lantas berdiri. Ia mengusap air matanya dan berlari mengejar Yunho.

Terlambat. Pria itu sudah menaiki skuternya. Ia kembali berlari dan nyaris terjatuh, tujuan Jaejoong adalah rumah pria itu. Ia tidak mau didiamkan. Dan hubungan mereka tidak akan bubar. Ia akan mempertahankan cintanya. Biar Yunho tahu bahwa ia serius.

Menyetop taksi, Jaejoong menyebutkan tujuannya. Ia mengirimkan pesan chat pada Yunho agar pria itu mendengarkannya. Tidak ada balasan, pria itu sedang mengemudi skuter. Nanti, Yunho akan membacanya, ia terus mengirim pesan chat pada Yunho.

.
.
.

Tiba di rumah Yunho, ia berdiri di depan pintu pagar hingga terbuka. Setelahnya, Jaejoong berlari masuk ke dalam. Ia berkeringat dan merapikan penampilan ketika masuk ke dalam rumah. Seorang pelayan mempersilahkannya masuk, dan meminta ia menunggu di ruang tamu.

"Aku ingin bertemu Yunho, apa dia sudah kembali?"

"Tuan muda? Tuan belum kembali!"

Jaejoong memggigit bibir bawahnya, ia mengangguk dan berucap, "Aku akan menunggunya kalau begitu, aku—"

"Ooh astaga, menantuku yang cantik! Mama segera turun dari lantai atas karena mendapat laporan kau datang ke sini!"

Ibu Yunho dengan senyum terbaiknya datang menghampiri Jaejoong. Memeluk dan mencium pipi Jaejoong yang baru berdiri, wanita itu senang sekali.

Jaejoong tersenyum tipis, meski ibu pria itu menyambutnya dengan sangat baik, berbeda dengan Yunho yang mengabaikannya. Ia juga tidak ingin mengadu pada, Yejin masalahnya dan Yunho. Tak ingin ia dicap pengadu oleh pria itu.

"Maaf Mama, aku berkeringat dan—"

"Kau tidak bersama Yunho?"

Nah, pertanyaan itu sangat tidak mengenakan. "Tidak, Yunho lebih dahulu. Aku pikir dia sudah tiba."

"Ah, anak itu."

"Dia mungkin ada keperluan mendesak, aku akan menunggunya tiba," mengumbar senyum, Jaejoong tak ingin wajahnya bisa dibaca.

"Baiklah, masuk saja ke kamar Yunho, hmm? Kamarnya ada di lantai atas, di depannya ada board Bertuliskan Yunho. Mama akan meminta pelayan membawakan cemilan untukmu!"

Yejin sangat baik, ia bersyukut bahwa calon mertuanya perhatian. Namun, apa itu akan terjadi. Ia dan Yunho akan baik-baik saja kan? Tersenyum, Jaejoong mengangguk. "Aku akan ke kamarnya nanti Mama," ujarnya.

"Sebenarnya Mama ingin menemanimu, tapi Taehee meminta Mama menemaninya untuk imunisasi Yoonah," Yejin tersenyum dan menggenggam tangan Jaejoong sebelum berlalu dari ruang tamu.

Jaejoong menjilat bibirnya, apa ia akan menunggu Yunho di kamarnya atau tidak? Tapi, mungkin akan lebih baik menunggu pria itu di sana. Melangkah masuk ke dalam, Jaejoong menaiki tangga. Ia mencari kamar Yunho sesuai petunjuk dari Yejin. Ah, ternyata setiap pintu kamar bertuliskan nama masimg-masing. Cukup unik.

Memutar kenop pintu, mata Jaejoong terbelakak melihat kamar pria itu. Serius, kamar Yunho besar, ada sofa set di sini, meja komputer, meja belajar dan beberapa hiasan serta koleksi pria itu.

Ia tidak akan menyentuh apa pun. Tak ingin membuat Yunho marah andai ia lancang memindah milik pria itu tanpa sadar. Duduk di sofa, Jaejoong menunggu Yunho datang dengan sangat sopan.

.
.
.

Eyd ga beraturan, typo dimana" -bow-.

Buat nemenin kalian yang ga malming sama yang terkasih -ehem-.

Thank for voted dan komentar.

.
.
.

Let Me Kiss YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang